Anggi Saraswati adalah seorang ibu muda dari 3 anak. Awal mula pernikahan mereka bahagia, memiliki suami yang baik,mapan,dan tampan merupakan sebuah karunia terbesar baginya di tengah kesedihannya sebagai yatim piatu penghuni panti.
Tapi sayang, kebahagiaan itu tak bertahan lama,perlahan sikap suami tercintanya berubah terlebih saat ia telah naik jabatan menjadi manajer di pusat perbelanjaan ternama di kotanya . Caci maki dan bentakan seakan jadi makanannya sehari-hari. Pengabaian bukan hanya ia yang dapatkan, tapi juga anak-anaknya,membuatnya makin terluka.
Akankah ia terus bertahan ?
Atau ia akan memilih melepaskan?
S2 menceritakan kisah cinta saudara kembar Anggi beserta beberapa cast di dalamnya dengan beragam konflik yang dijamin menarik.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch.20 Be model
Hari ini adalah hari yang super sibuk bagi Anggi dan adik-adiknya yang juga merupakan partner kerjanya. Mereka akan melakukan pemotretan pakaian-pakaian yang telah dihasilkan oleh konveksi milik Anggi. Foto-foto itu nanti akan mereka unggah di akun sosial media Anggrek Fashion dan juga di market place untuk mempermudah para pembeli yang sibuk tak sempat mampir ke toko dan lebih suka membeli secara online. Ada juga yang dibukukan seperti katalog agar para pembeli bisa melihat-lihat sambil bersantai maupun dibawa pulang.
Anggi, Tita, dan Lia telah dirias sedemikian rupa, membuat kecantikan mereka makin menyala. Sedangkan Raju dan Aji hanya didandani seadanya supaya nampak lebih segar dan cerah.
"Wuih, ganteng banget gue! Nggak nyangka, akhirnya bisa jadi model juga gue." ujar Aji sambil terkekeh melihat bayangannya di cermin
"Sok kegantengan loe. Dasar triplek." ejek Lia. Lia dan Aji memang selalu seperti itu, layaknya Tom and Jerry yang setiap bertemu selalu bertengkar dan saling mengejek.
"Eitz, jangan salah, biar body gue kayak triplek begini , fans gue banyak dan jangan shock aja ntar kalo fans gue bakalan nambah." ujar Aji sombong
"Idih, belum terkenal aja udah sombong, gimana kalo udah terkenal, jangan-jangan kita-kita dilupain " lirih Lia, Lia memang orangnya sedikit perasa
"Eh eh eh, nggak kok, gue nggak akan mungkin kayak gitu, percaya deh. Kalian itu bagian dari hidup gue yang paling berarti. Terutama mbak Anggi, tanpa mbak Anggi, hidup gue nggak akan seindah dan seberarti ini." ujarnya tulus. "Dah ah, Ya, jangan pasang muka cemberut gitu, ntar cantiknya ilang lho."
"Cie, udah sadar kalo sebenarnya Lia itu cantik." ledek Luna
"Iya emang Lia itu cantik, Sakin cantiknya bikin gue lebih milih nutup mata dari pada liat dia." elak Aji membuat Lia yang sedang didandani Luna melengos kesal
Kini giliran Anggi yang menjalani sesi pemotretan. Ada 7 jenis busana muslim yang harus ia kenakan. Dibantu penata gaya, kini ia sudah bersiap berdiri di depan kamera. Dengan make up minimalis membuatnya tampak lebih muda dari umurnya. Bahkan ia tak tampak sekali sebagai seorang wanita yang telah memiliki anak sebab tubuhnya masih sangat langsing. Para kru yang ada di lokasi pun tak percaya saat ada yang mengatakan bahwa Anggi adalah seorang janda dengan 3 anak.
"Cantik ya owner Anggrek Fashion itu. Katanya dia janda, apa benar?" tanya salah seorang kru
"Katanya sih gitu, anak-anak yang tadi ikut pemotretan pakaian anak katanya itu anaknya." ujar kru yang lain
"Hah, masa'!" ucapnya tak percaya. "Nggak keliatan lho, masih cantik banget, body nya pun masih wow, anak gadis mah kalah. Mana baik dan ramah lagi. Kira-kira janda cerai mati apa hidup ya?"
"Penasaran banget."
"Suer, gue penasaran banget. "
"Tadi sih karyawannya bilang cerai hidup. Lakinya selingkuh. "
"Hah! Bodoh banget kalau ada laki-laki yang rela ngelepasin permata demi besi karat. Kalau itu gue, udah gue kekepin aja di rumah, takut kek gini ni, banyak yang naksir." ujarnya sambil terkekeh.
.
.
.
"Gimana mas, hasil fotonya? Jelek ya?" tanya Anggi yang merasa tak percaya diri apalagi saat melihat sang fotografer tampak sangat serius memperhatikan gambar yang telah berhasil ia tangkap
"Eh , mbak Anggi, jelek dari mana? Malah ya menurut aku hasilnya itu sempurna. Baru ini saya foto ibu-ibu anak 3 tapi kayak gadis muda. Pasti orang-orang pada nggak nyangka kalo mbak udah punya anak. Liat nih, cantik-cantik banget hasil fotonya. " ujar sang fotografer seraya menunjukkan hasil fotonya
"Jangan panggil mbak ah mas, aku kan lebih muda dari mas, masa' dipanggil mbak. Panggil saja saya Anggi." ujar Anggi. "Oh ya, makasih banget ya mas, foto-fotonya beneran bagus. Pasti itu karena mas emang udah pengalaman, jadi hasilnya bagus."
"Kamu orangnya suka merendah ya, Nggi. Tapi serius deh, aku emang udah pengalaman, tapi kalo emang orangnya nggak bagus di foto, hasilnya pasti nggak akan sebagus ini. " ucap fotografer tersebut yang dikenal dengan nama Theo.
"Ah, mas Theo bisa aja. Tapi sekali lagi makasih,ya mas atas kerja samanya." ucap Anggi tulus
.
.
.
Hari sudah sore, jam kerja Adam telah usai, ia pun mengendarai mobilnya menuju rumah. Bila dulu sepulang kerja ia selalu melipir entah itu ke apartemen Adinda, jalan-jalan, kadang menghabiskan harinya dengan berolahraga panas di ranjang hotel bersama Adinda. Tapi karena sekarang Adinda telah menjadi istrinya, jadi ia tak memiliki kegiatan lain di luar selain kembali ke rumah apalagi saat ini ia sedang dalam masa krisis keuangan.
Mobil Adam telah memasuki halaman rumahnya, setelan itu ia turun ,hendak masuk ke dalam rumah, tapi setelah ia tekan bel berulang kali, pintu tak kunjung terbuka. Untunglah ia memiliki kunci cadangan di dompetnya.
Saat memasuki rumah, hanya kegelapan dan kesunyian yang ia rasakan. Sangat berbeda saat ia bersama Anggi dulu. Anggi selalu menyambut kepulangannya dengan hangat, tak lama kopi pun tersedia di meja. Belum lagi suara canda tawa anak-anaknya yang senantiasa menghiasi rumahnya, memberikan keriuhan tersendiri di rumahnya dulu.
"Apa kabarmu dan anak-anak kita, Nggi? Ntah mengapa di saat seperti ini aku justru merindukan kalian." gumamnya sembari menyusuri setapak demi setapak jalan menuju kamarnya hingga suara bell rumahnya menghentikan langkahnya.
Ia pikir itu Adinda, tapi untuk apa ia memencet bel, sedangkan wanita itu memiliki kunci sendiri.
Adam pun segera membalik badan menuju pintu rumah dan membukanya.
"Mama..." gumamnya pelan
Belum sempat Adam mempersilakan ibunya masuk, Bu Tatik dan Sulis justru langsung menerobos pintu rumah lalu menghempaskan bokongnya di sofa rumah Adam.
"Ada apa ,ma? Kenapa wajah maka ditekuk seperti itu?" tanya Adam
"Kau masih bertanya kenapa, hah? " Adam mengernyitkan dahinya karena belum paham maksud kedatangan ibunya itu. "Mengapa kau mengurangi jatah bulanan mama, Dam? Kamu tau, kebutuhan mama banyak." sentak Bu Tatik
"Ma, bukan maksudku mengurangi tapi saat ini aku memang sedang dalam masalah keuangan. 3 bulan ini aku nggak mendapatkan bonus karena selalu gagal mengejar target. Ntah mengapa target dan proyek yang ku kerjakan selalu gagal 3 bulan ini. Belum lagi aku harus membayar cicilan rumah jadi keuanganku benar-benar sedang tidak stabil." ujar Adam lirih. Ia pun meraup wajahnya kasar dan menarik rambutnya.
"Tapi tetap nggak bisa gini. Mama banyak yang harus dibayar. Besok mama juga harus membayar arisan , kalau uang yang kamu kasi cuma segini, gimana mama bisa makan sebab uang yang kamu kasi hanya cukup untuk bayar arisan mama." kesal Bu Tatik
"Ma ,tolong ngertiin Adam! Kenapa mama nggak minta bantuan Anton, suami Sulis? Sekali-sekali minta sama dia. Sulis kan tidur di rumah mama harusnya ia juga berkontribusi untuk urusan mama." saran Adam
"Lha, nggak bisa gitu mas. Penghasilan mas Anton itu cuma seberapa, nggak akan cukup. Apalagi dia masih menanggung sekolah adik-adiknya." delik Sulis
"Adam benar, Lis. Atau kamu kerja saja dari pada nganggur di rumah. Anton juga jarang pulang jadi mendingan kamu kerja." saran Bu Tatik
"Kerja? Ma, mama tau sendiri Sulis nggak pernah kerja."
"Karena itu dicoba, bukannya cuma malas-malasan aja." delik Adam
"Gini aja Dam, kamu cariin Sulis kerjaan di tempat kerja kamu, bisa?"
"Ma ,Sulis nggak ... "
"Bisa ma, mumpung ada lowongan sebagai kasir." potong Adam
"Bagus ,Dam. Pokoknya kamu harus kerja, Lis.!"
Mata Bu Tatik sibuk memindai sekeliling, seperti ada yang kurang pikirnya.
"Adinda mana ,Dam?"
"Nggak tau ma, mungkin lagi jalan bareng temennya.
aku malah suka karakternya Stefani ibunya nata coco 😁
keibuan banget sabar banget 🥰
yang ada dendam merenggut jiwa dan hati diri
bukann tambah bahagia yang ada tambah menderita oleh dendam itu sendiri