Aluna terpaksa harus menikahi seorang Pria dengan orientasi seksual menyimpang untuk menyelamatkan perusahaan sang Ayah. Dia di tuntut harus segera memiliki keturunan agar perjanjian itu segera selesai.
Namun berhubungan dengan orang seperti itu bukanlah hal yang mudah. Apa lagi dia harus tinggal dengan kekasih suaminya dan menjadi plakor yang sah di mata hukum dan Agama.
Bagaimana kelanjutan kisah mereka? Baca terus ya, semoga suka! Dan maaf jika cerita ini agak kurang mengenakkan bagi sebagian orang🙏
Warning!
"Ini hanya cerita karangan semata. Tidak ada niat menyinggung pihak atau komunitas mana pun"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Whidie Arista, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28 - Jeff atau Luna?
Luna naik ke atap untuk memenuhi undangan Dean. Tampak Jeff disana tengah merapikan tempat yang akan mereka gunakan untuk barbeque.
“Kau sudah datang, kemarilah dan bantu aku,” Pintanya.
“Kemana dia?” tanya Luna karena tak melihat adanya Dean di tempat itu.
“Dia pergi membeli bahan-bahan untuk barbeque. Kalau tahu begini aku akan menyuruh asistenku belanja tadi,” keluhnya sembari menyalakan api di pemanggangan.
“Aku pikir ini rencanamu?” ucap Luna sembari memakan camilan yang ada di atas tikar yang Jeff gelar di lantai.
“Bukan, ini rencananya, padahal aku sedang membaca naskah tadi, dia memaksaku untuk naik kesini.” keluh Jeff.
‘Oh, jadi ajakan ini hanya untuk menutupi rasa malunya karena meminta maaf padaku tadi, ish ish ish.’
Tak berselang lama Dean pun kembali dengan kantong keresek besar di tangannya. Jeff sibuk mempersiapkan semuanya di bantu Dean, sedang Luna jangan ditanya, dia ada hanya untuk mencicipi hasilnya.
Dia duduk berselonjor kaki dengan minuman soda di tangannya.
Dean melirik tingkah Luna dengan ujung matanya, “kau tidak ingin membantu kami?” tanyanya tanpa menoleh.
“Aku tamu disini, jadi tugasku hanya mencicipinya.” Sahut Luna santai, dia malah merebahkan tubuhnya dengan tangan sebagai bantalan. Membuat kaus yang dikenakannya sedikit tertarik keatas, menampilkan kulit perutnya yang putih mulus dan sialnya Dean melihat itu.
Dean mendengus kasar sembari melepas jaket yang di pakainya, “pakai ini!” ucapnya sembari melempar jaketnya ke arah Luna.
Jeff ikut menoleh, namun Dean menahannya, “jangan lihat dia Jeff,” cegahnya.
“Ada apa?” tanya Jeff bingung.
“Pokonya jangan di lihat.”
Luna bangkit dari tidurnya, “kenapa aku harus memakainya, aku tidak mau.” tolak Luna seraya menjauhkan jaket tersebut dari tubuhnya.
“Kalau begitu ganti pakaianmu, kau ini wanita atau bukan sih. Apa kau tidak merasa malu selalu mengenakan pakaian pendek di depanku dan Jeff,” kesalnya.
Jeff melirik tampilan Luna, “Ayolah Dean menurutku ini biasa saja, Luna cocok mengenakannya. Mengapa sekarang kau terganggu dengan hal ini.” komentar Jeff.
Luna mendengus senyum, dia senang mendapat pembelaan dari Jeff. Sedang Dean hanya membuang muka sebagai respon.
“Luna cobalah ini,” Jeff menyodorkan sosis panggang ke hadapan Luna.
“Ini masih panas Jeff,” protes Luna.
“Hehe maaf, biar aku tiupkan.”
“Tidak usah aku bukan anak kecil.”
Dean mengepalkan tangannya, dia merasa jadi orang asing di depan kedua orang ini, dan anehnya ada rasa kesal yang sulit di jelaskan yang kini mengungkung hatinya. Mungkinkah dia cemburu melihat kedekatan Jeff dan Luna?
Akhirnya makanan pun matang, mereka duduk di atas tikar bersama sambil menikmati makanan yang baru saja mereka buat di bawah langit terbuka.
“Akhir minggu ini orang tuaku menyuruhku pulang kami sudah lama tidak bertemu,” ucap Jeff sambil menyesap minuman soda di tangannya.
“Baguslah, sudah lama aku tidak bertemu Bibi,” sahut Dean penuh semangat.
“Kau ingin ikut Luna?” ajak Jeff, namun belum sempat Luna menyahut Dean sudah menyambarnya lebih dulu.
“Mengapa kau mengajaknya Jeff, dia hanya orang luar. Ini acara keluarga kita tiap tahun,” ucap Dean.
Luna tersenyum kecut, ‘si brengsek itu mulai lagi.’ batinnya.
“Luna bukan orang luar Dean, dia bagian dari kita sekarang. Lagi pun dia adalah temanku, Ibu juga akan senang jika tahu aku punya teman wanita,” kekehnya.
“Bagaimana Luna, apa kau mau ikut dengan kami?” Luna melirik kearah Dean, air mukanya benar-benar masam tapi dia tak berani mendebat kata-kata Jeff.
“Emh baiklah, lagi pula aku tak punya tempat lain yang bisa aku singgahi selain makam Ayahku.” Ucap Luna mengiakan.
“Kalau begitu kita sepakat akan pergi Minggu ini.”
***
Waktu kepergian pun tiba. Rencananya mereka akan menginap disana selama tiga hari jadi barang bawaan pun cukup banyak. Luna dan Dean sengaja mengambil cuti, sedang Jeff dia memang tengah libur karena proyek film yang dibintanginya baru saja rilis jadi dia diberikan libur selama satu Minggu.
wkwkwkwkwk