Jesica Marry adalah nama yang selalu identik dengan ketangkasan, kecerdasan tajam, dan bahaya. Sebagai agen rahasia elit yang tak tertandingi, kehidupannya adalah rangkaian misi berisiko tinggi yang selalu berhasil ia tuntaskan. Namun, dalam sebuah misi yang sarat pengkhianatan, Jesica harus menghadapi nasib tragis, kematian yang kejam.
Saat ia yakin semuanya telah berakhir, jiwanya terhempas melintasi dimensi dan waktu, tersedot ke dalam raga yang rapuh namun bermahkota, tubuh Ratu Amora dari Kerajaan Dandelion.
Ratu Amora dikenal seantero negeri sebagai sosok yang menyedihkan, seorang ratu yang bodoh, mudah dimanipulasi, dan terabaikan oleh suaminya sendiri, Raja Arthur, serta seluruh istana. Ia hanyalah boneka yang tak punya kekuatan, hidup dalam bayang-bayang hinaan dan kekejaman diam-diam.
Namun kini, di mata Ratu Amora yang dulu kosong, bersinar kilatan tajam milik Jesica Marry.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hofi03, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
HUTAN KOTA
Raja Arthur dan rombongannya kini bergerak melewati jalur perimeter yang mengelilingi tembok luar Istana Lemos, sebuah jalur yang ditutupi oleh pepohonan rindang dan dikenal sebagai Hutan Kota.
Mereka sudah sangat dekat, hanya satu belokan lagi menuju Gerbang Utama Istana.
Meskipun sudah berada di dalam tembok kota, Raja Arthur merasa ada yang tidak beres, keheningan malam terlalu sempurna.
Tiba-tiba, dari kegelapan di antara pepohonan, muncul bayangan yang bergerak cepat dan senyap. Bukan bandit, melainkan patroli Ratu Amora.
Unit Malam yang baru di bentuk oleh Ryken, yang kini bertindak sebagai unit pengintaian dan pembersihan internal, sedang melakukan patroli rutin. Mereka mengenakan pakaian gelap tanpa lencana mencolok, bergerak dengan disiplin yang dingin.
Pergerakan mereka tidak lepas dari tatapan mata tajam Raja Arthur.
Patroli itu terdiri dari delapan prajurit yang dipimpin oleh seorang letnan. Mereka segera mengenali rombongan Raja Arthur dan dengan sigap memberi hormat.
"Salam Yang Mulia Raja Arthur!" ucap sang Letnan dengan suara tenang.
"Hem"
Jawab Raja Arthur, mengangguk kan kepala nya singkat.
"Kami diperintahkan oleh Menteri Pertahanan Ryken, untuk melakukan patroli pembersihan di sekitar perimeter Istana, terutama setelah ada laporan aktivitas mencurigakan!" ucap Letnan, tegas.
"Aktivitas mencurigakan apa?" tanya Raja Arthur, memicingkan mata nya.
"Kami menangkap beberapa individu yang mencoba menyebarkan desas-desus palsu di antara penjaga dan masyarakat tentang kerusuhan di Istana, Yang Mulia, mereka mengaku dikirim oleh teman-teman yang ingin menyelamatkan Istana," jawab Letnan itu datar.
Lentan itu sama sekali tidak menyebut nama Tuan Victor atau Tuan Edgar.
Mendengar jawaban sang Letnan, Raja Arthur menyipitkan matanya, ini jelas merupakan referensi terselubung terhadap upaya sabotase Tuan Victor dan Tuan Edgar.
Ternyata Ratu Amora tidak hanya memblokir musuhnya, tapi Ratu Amora secara aktif membersihkan jejak mereka di perimeter Istana.
"Dan apa yang kalian temukan?" tanya Raja Arthur, dingin.
Letnan itu maju selangkah, nadanya berubah menjadi lebih serius.
"Kimi menemukan ini Yang Mulia," jawab Lentan itu sopan.
Dia menyodorkan sebuah gulungan perkamen yang tampak lusuh, gulungan itu tidak berstempel, tidak ada lencana resmi.
Raja Arthur langsung mengambil gulungan perkamen itu dan membuka nya.
Di bawah cahaya obor yang dibawa rombongannya, Raja Arthur membaca isinya, ternyata gulungan perkamen Itu adalah surat yang ditulis dengan tulisan tangan yang tergesa-gesa:
Kepada teman-teman kami, kami telah mendengar Singa Utara datang dengan senjata aneh. Ratu telah mengunci dirinya dengan Pangeran Kevin.
Ratu Amora adalah tiran yang sangat kejam dan tidak punya hati, segera sebarkan berita bahwa Raja Arthur harus segera mengamankan Pangeran Kevin, sebagai calon Raja masa depan. Kita harus beraksi sekarang sebelum Ratu Amora memenjarakan kita semua.
Surat itu tidak bertanda tangan, tetapi Raja Arthur mengenali gaya bahasa yang histeris, gaya yang sangat mirip dengan narasi yang selama ini digembar-gemborkan oleh Tuan Elar.
Raja Arthur menatap Letnan itu, dengan rahang mengeras.
"Dari mana kalian mendapat ini?" tanya Raja Arthur dingin.
"Kami menemukannya tersembunyi di bawah batu di sini, Yang Mulia," jawab Letnan, menunjuk ke sebuah sudut gelap.
"Kami menduga ini adalah jalur komunikasi internal antara sisa-sisa dewan tua di Istana dan antek-antek mereka di luar," lanjut sang Lentan.
Pukulan telak yang direncanakan Ratu Amora telah mencapai sasarannya, surat ini, yang kemungkinan besar sengaja di jatuhkan oleh Mina atau Unit Malam, berfungsi ganda.
Serangan dari Ratu Amora tepat sasaran dan sangat akurat, bahkan sekelas Raja Arthur tidak menduga bahwa ini bagian dari rencana jebakan Ratu Amora.
Memperkuat Tuduhan Kedua Amora. Mengkonfirmasi bahwa Tuan Victor dan Tuan Edgar, atau antek-antek mereka, sedang panik dan berencana untuk beraksi.
Menjatuhkan Elar. Isinya sangat mirip dengan bisikan Tuan Elar selama perjalanan.
Raja Arthur berbalik menatap tajam, pada Tuan Elar, yang kini pucat dan berkeringat dingin di belakang Raja.
"Elar!"
panggil Raja Arthur, dengan suara sedingin es.
"Jelaskan ini!" ucap Raja Arthur keras.
"Y-yang Mulia! Itu adalah palsu! Trik Ratu Amora! Dia yang menulisnya! Dia mencoba memfitnah Tuan Victor dan Tuan Edgar!" teriak Elar, tanpa sadar membela mereka dan mengkhianati dirinya sendiri.
"Palsu?" tanya Raja Arthur, senyum sinis nya muncul.
"Surat ini ditemukan di luar gerbang, sebelum Saya tiba! Ratu Amora tidak akan mempertaruhkan reputasinya hanya dengan secarik kertas murahan ini! Tetapi, surat ini persis seperti yang kau bisikkan padaku selama dua hari terakhir, Elar. Persis!" teriak Raja Arthur, marah besar.
Arthur melempar gulungan itu ke tanah, dengan aura suram yang mengerikan.
"Amankan Tuan Elar! Dia akan dibawa ke Istana dalam rantai, Saya ingin penyelidikan penuh terhadap aktivitas mencurigakan ini!" perintah Raja Arthur tegas.
"Baik Yang Mulia!"
Prajurit dari rombongan Arthur, yang melihat bahwa sang Raja kini berada di ambang kemarahan terhadap Tuan Elar, segera menahan Tuan Elar yang sedang gemetaran itu.
"Kalian telah melakukan tugas yang baik. Lanjutkan patroli kalian," ucap Raja Arthur menatap Letnan Unit Malam.
"Atas perintah Anda, Yang Mulia," jawab Letnan itu, membungkuk.
Raja Arthur Lemos, dengan hati yang berat dan pikiran yang kini hampir sepenuhnya berpihak pada fakta dan efisiensi Ratu Amora, memacu kudanya lagi.
Raja Arthur telah membersihkan musuh Ratu Amora bahkan sebelum ia menginjakkan kaki di halaman Istana. Di balik semua kebingungannya, Raja Arthur secara naluriah menghargai keteraturan dan tindakan tegas.
"Istana sudah dekat," gumam Raja Arthur.
Fajar sudah mulai menyingsing, mewarnai langit dengan jingga.
Raja Arthur kini sudah bisa melihat menara-menara tinggi Istana kerajaan Lemos, dirinya sudah sangat dekat dengan tujuan akhirnya.
Tidak membutuhkan waktu lama, kini Raja Arthur, telah sampai di hadapan Gerbang Utama Benteng Istana Lemos, sebuah gerbang besar dari besi tempat yang biasanya dijaga oleh regu kehormatan dan musik penyambutan.
Namun, fajar baru saja menyingsing, dan Istana diselimuti oleh keheningan yang dingin, tidak ada regu kehormatan, tidak ada sorakan penyambutan, hanya penjaga gerbang yang siaga.
Bahkan penjaga gerbang itu bukan pengawal tua yang lelah, melainkan prajurit muda dengan baju zirah baru, berdiri tegak dan disiplin, mereka membawa tombak yang baru diasah dan memancarkan aura kesiapan.
Saat melihat kedatangan Raja Arthur, Sersan penjaga segera memberi hormat yang sempurna, bahkan lebih formal daripada yang dilakukan di gerbang kota.
"Salam Agung Yang Mulia Raja Arthur Lemos! Selamat datang kembali ke Istana Lemos!" ucap Sersan, tegas dan sopan.
"Siapa yang bertanggung jawab di sini?" tanya Raja Arthur, suaranya terdengar berat dan dingin, setelah perjalanan panjang dan rentetan kejutan.
entah kenapa kali ini suka banget sama novel mengenai kerajaan kerajaan,,, biasanya langsung skip,,,, laaahhh novel ini sampai ditungguin dikepoin kapan updtae😍😍😍