Yang baik hati boleh follow akun ig di bawah.
ig: by.uas
Tag: comedy, slice of life, sistem, Kaya raya, semi-harem.
Jadwal Update: Random—kalo mau upload aja.
Sypnosis:
Remy Baskara, pemuda sebatang kara tanpa pekerjaan, sudah lelah dengan hidupnya yang hampa. Saat hampir mengakhiri hidupnya, tiba-tiba sebuah suara menggema di kepalanya.
[Sistem "All In One" telah terikat kepada Host...]
Dengan kekuatan misterius yang bisa mengabulkan segala permintaannya, Remy bertekad mengubah nasibnya—membalas semua yang menindasnya dan menikmati hidup yang selama ini hanya ada dalam angannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bayu Aji Saputra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 18 - Ketemu mantan
Pagi hari telah tiba, matahari memancarkan sinar yang sejuk? Lah gimana jir matahari kok sejuk? Yaudah sih seterah author.
Remy keluar dari kamarnya, melihat Laila dengan atasan sporty long-sleeve dari Loro Piana dipadukan dengan legging high-waist dari Alo Yoga. Sepatu lari elegan dari Golden Goose dan aksesori topi baseball dari Hermès
"La!" panggil Remy kepadanya.
Laila menengok, memperlihatkan ekspresi tanda tanya. ???
"Mau kemana pagi-pagi?" tanya Remy, mengeluarkan bungkus rokok L.A ice dari saku nya.
Laila terlihat malas menjawab pertanyaan Remy. LAGIAN PAKAIAN NYA UDAH JELAS JELAS KEK ORANG MAU JOGING.
"Lo gak liat pakaian yang gue pake Rem?" tanya Laila balik. Geram nye.
Remy tertawa kecil, "Basa-basi aja kali," ucapnya seraya membakar ujung rokok. "Mau gue temenin gak? Nanti ada musuh bokap lo lagi."
"Umm.." Laila berpikir, kemudian mengangguk setuju. "Boleh deh, mau siap-siap dulu gak?"
Remy menyeringai, menyadari penampilannya yang jauh dari proper.
Kolor hijau cerah yang ia pakai sudah agak longgar, memperlihatkan sedikit garis pinggangnya.
Kaos putih yang ia kenakan tampak lecek, dengan noda kopi di dada yang sudah mengering sejak entah kapan.
Kakinya nyeker, memperlihatkan kuku yang sudah butuh perhatian lebih.
Tapi siapa peduli? Ini pagi hari yang santai—setidaknya untuk Remy.
"Siap-siap? Gini aja udah siap gue mah," jawab Remy sambil menghembuskan asap rokok ke udara.
Laila memandangnya dari atas sampai bawah, lalu menutup wajah dengan kedua tangannya. "Ya ampun, Rem. Lo niat mau keluar rumah gitu? Gue malu bawa lo."
Remy hanya mengangkat bahu, "Yah, gue kan cuma bodyguard dadakan. Lagian, musuh bokap lo bakal takut ngeliat gue yang santai gini. Mereka bakal mikir, 'wah ini orang pasti OP banget sampe pede keluar cuma pake kolor!'"
Laila menahan tawa, tapi akhirnya menyerah. "Yaudah deh, terserah lo. Tapi lo jalan di belakang gue, gue gak mau ada yang ngira kita kenal."
Remy melempar rokoknya ke tong sampah, meski meleset. "Santai aja, La. Gue bakal jadi bayangan lo."
Dia berjalan masuk ke rumah sebentar, mengambil sendal jepit yang salah satu talinya sudah hampir putus. "Nah, sekarang gue ready."
...****************...
Di jalan, mereka melewati kompleks perumahan elite yang masih sepi.
Laila mulai jogging santai, sementara Remy berjalan di belakangnya sambil menyeruput kopi kalengan yang entah dari mana dia dapat.
"Lah, lo ngapain bawa kopi?" tanya Laila sambil menoleh ke belakang.
"Ini kan jogging vibe, bukan kompetisi marathon," jawab Remy santai. "Gue support lo dari belakang, La."
"Support apaan? Kayak cheerleader gagal gitu?" Laila mendengus, tapi diam-diam merasa lebih santai dengan keberadaan Remy.
Tiba-tiba, seekor anjing golden retriever yang besar berlari menghampiri mereka.
Laila langsung berhenti, panik. "Rem, ada anjing gede! Gue takut!"
Remy memandangi anjing itu dengan ekspresi datar. "Tenang, La. Gue punya skill rahasia buat urusan begini."
Dia jongkok, lalu dengan gaya sok keren, dia memanggil anjing itu. "Sini, bos. Good boy."
Anjing itu justru menggonggong lebih keras, membuat Remy mundur setengah langkah.
"Oke, rencana A gagal. Pake rencana B." Dia berdiri, memegang sendal jepitnya dengan ancang-ancang.
"Lah, lo mau ngapain?!" Laila teriak panik.
"Ngusir pake sendal, klasik tapi efektif," jawab Remy serius.
Namun, sebelum sendal itu sempat dilempar, pemilik anjing muncul, seorang pria tua dengan pakaian jogging lengkap.
"Eh, maaf ya, ini anjing saya. Dia cuma mau main kok," katanya sambil menarik leash anjingnya.
Remy tersenyum kaku. "Oh, gak apa-apa, Pak. Saya juga mau main kok... main lempar sendal," ujarnya pelan.
Laila langsung menghela napas lega. "Gue gak tau harus malu karena lo atau bersyukur lo gak jadi ngelempar sendal, Rem."
"Ya liat situasi, La. Gue kan jago improvisasi," Remy menjawab dengan bangga sambil mengembalikan sendalnya ke kaki.
Remy dan Laila baru saja melanjutkan jogging mereka ketika terdengar suara perempuan yang sangat dikenal Remy.
"Eh, itu Remy kan ya?"
Remy berhenti sejenak, mendapati sosok mantan nya semasa SMP, Rena, berdiri di sana dengan seorang pria.
Rena mengenakan dress kasual yang mahal, sementara si pria terlihat memakai blazer rapi.
Mereka berjalan mendekat dengan senyum yang jelas bukan ramah.
"Ya ampun, Remy! Lama gak ketemu," sapa Rena dengan nada sinis. "Masih hobi nongkrong gak jelas ya? Eh, atau sekarang jadi apa sih? Security komplek?"
Pria di sebelah Rena, yang ternyata adalah pacar barunya, menambahkan, "Wah, lo ini mantannya Rena? Beruntung banget dia udah move on sih. Dulu kan katanya lo cuma berandalan, gak ada masa depan."
Remy hanya tertawa kecil, tak ingin menanggapi.
Tapi Laila yang mendengar ucapan itu langsung menoleh dengan tatapan tajam.
"Excuse me?" katanya dengan nada ketus.
Rena memutar matanya. "Oh, ini siapa? Temen sepermainan atau pacar? Kok gayanya casual banget sih. Gak nyangka, Rem, selera lo ternyata... menurun."
Laila menahan napas, tapi ekspresinya jelas-jelas menandakan amarah. "Mbak, ngomong-ngomong soal selera, kayaknya lebih baik ngaca dulu deh. Blazer cowok ini aja lebih murah daripada sepatu lari gue."
Pria itu langsung memasang wajah tidak terima. "Eh, asal ngomong aja, ya. Gue ini supervisor di cabang Trinova Global, tahu? Perusahaan teknologi yang nguasain pasar internasional. Gak sembarang orang bisa kerja di sana."
Remy masih santai, menyesap kopi kalengannya, sambil mengeluarkan komentar pendek. "Wah, keren juga."
Rena tertawa kecil. "Ya, jelas dong. Nggak semua orang bisa sukses kayak dia. Beda sama lo yang, ya... begini aja sejak dulu."
Laila menyipitkan mata, menoleh ke Remy. "Rem, lo denger itu? Dia bangga banget jadi supervisor, ya?"
Remy mengangguk santai. "Iya, hebat lah itu. Supervisor kan tanggung jawabnya besar." Tapi sudut bibirnya menunjukkan senyum yang sulit diartikan.
Laila menghela napas panjang, menahan tawa. "Gue kasih tau ya, Mas. Supervisor di cabang Trinova itu gaji awalnya cuma 25 juta. Gak buruk, tapi bukan sesuatu yang bisa di sombongin."
Pacar Rena terlihat tersinggung. "Kok lo tau? lo kerja di mana emangnya?"
Laila tersenyum tipis. "Gue gak perlu kerja keras. Uang dari keluarga juga udah cukup buat gue foya-foya."
Remy akhirnya bersuara sambil menepuk pundak si pria. "Santai aja, Bos. Gak perlu tegang. Kalau kerja di Trinova, semangat terus lah ya. Perusahaannya bagus kok."
Rena mencibir. "Bagus? lo tau apa soal Trinova? Lo kan cuma... ya, gini doang."
Remy tertawa kecil, matanya sedikit menyipit menatap mereka. "Tau kok. Lumayan ngerti, malah. Kan gue yang nulis target lima tahunnya waktu perusahaan itu baru di buat."
Pria itu tertawa kecil, tak percaya. "Ngawur banget. CEO Trinova Global itu bahkan gak pernah muncul di media. Dan lagian, gak mungkin orang kayak lo..."
Remy hanya tersenyum tipis, mengeluarkan tanda CEO Trinova berbentuk robot mirip Remy dari kantung celana. "Yah, maklum aja. Gue kan emang gak suka ribet sama sorotan media."
Rena dan pacarnya langsung terdiam. Laila, yang masih belum tahu fakta besar ini, hanya menatap Remy dengan bingung. "Rem... apa-apaan tuh barusan?"
Remy memandang Laila sambil tersenyum. "Gue bilang gue bodyguard dadakan, kan? Kadang-kadang CEO juga harus multitasking."
Dia berjalan santai melewati mereka, meninggalkan Rena dan pacarnya yang masih terpaku di tempat.
[Tanda CEO Trinova Global; Berbentuk mirip wajah Host, dengan sentuhan modern futuristik yang indah berhasil di ciptakan]
[Berhasil membuat seluruh orang yang mengetahui PT Trinova Global menjadi mengetahui tanda pengenal yang di sebut 'Visage One']
"Eh, tunggu dulu!" Laila menyusul Remy, hampir berteriak. "Lo beneran CEO Trinova Global?"
Remy hanya tertawa kecil. "Fokus jogging aja, ntar gue kasih tau."