ISTRI RASA SIMPANAN

Raka duduk di hadapan El yang meringis sakit saat dia mengoleskan cream obat. Raka mengoleskan cream obat di pipi dan bibir El yang memar. Raka juga pria yang tanpa sengaja melihat Kevin keluar dari kamar Elena.

"Apa kau ingin menjelaskan sesuatu El?" tanya Raka.

Airmata El terjatuh di pelupuk matanya.El mengusap airmata yang jatuh itu. "Maafkan aku, karna tidak jujur pada kalian."

Raka menatap mata El yang penuh airmata. "Katakan saja El, kenapa Kevin melecehkan dirimu?"

El mengeleng. "Dia hanya cemburu, miliknya di sentuh orang lain."

Kening Raka berkerut akan maksud dari perkataan El. "Apa maksudmu El?"

El menghela nafas menenangkan perasaannya. "Aku miliknya, Raka. Aku istri Kevin."

Raka terkesiap, matanya membulat tidak percaya akan kalimat yang El ucapkan. "Aku tidak salah dengar, kan? kau bilang istri Kevin?"

El mengangguk membenarkan perkataannya. Raka mengusap wajahnya lalu menatap El.

Raka bingung akan keadaan El. "Gimana mungkin kalian menikah El, kalian masih sekolah dan kau tahu sendiri Kevin mencintai Amel."

El terkekeh menangis. "Bisa Raka, dan kenyataannya aku memang istri Kevin. Aku capek, fisik dan hatiku sakit."

Raka memeluk El. "Katakan El... katakan semuanya."

El menjelaskan semuanya bagaimana dia dan Kevin menikah. Raka kaget dan merasa iba pada El. Selama ini El telah merahasiakan semuanya dari mereka.

"Apa Kevin sering menyiksamu El, apa dia sudah melakukan tugasnya sebagai suami?" tanya Raka.

Raka berhati-hati dalam bicara takut akan menyinggung perasaan El. Tapi melihat kondisi El sangat ini, Raka yakin jika Kevin sudah melakukan kewajibannya sebagai suami.

"Iya... Kevin sudah melakukannya, hampir setiap malam dan Kevin akan melakukannya dengan kasar jika aku tidak patuh padanya," lirih El.

Raka mengepalkan tangan merasa geram akan perbuatan Kevin. Benar-benar tidak punya perasaan Kevin, istrinya dia perlakukan kasar sedangkan kekasihnya dia perlakukan lembut dan penuh kasih sayang.

Raka mengusap lembut kepala El. "Jika kamu tidak kuat lepaskan saja El. Kau bisa minta pisah dari Kevin."

El mengeleng. "Pernikahanku belum genap 3 bulan Raka dan lagi Kevin adalah jodoh pilihan ibu."

"Tapi lihatlah kondisimu El, apa kamu sanggup terus begini?" ucap Raka.

El menatap Raka. ''Aku akan pergi, jika aku sudah tidak kuat lagi bertahan."

"Aku akan pergi memberitahu Dean," ucap Raka.

El mengeleng. "Jangan Raka... aku mohon jangan beritahu siapapun."

"Tapi kenapa El?" tanya Raka kesal.

El meraih tangan Raka. "berjanjilah padaku Raka, jika kamu akan merahasiakan ini."

Raka tidak dapat berkata apa-apa dan menuruti permintaan El.

Kisah apa yang kamu jalani El, batin Raka.

"Istirahatlah... aku akan keluar," ucap Raka.

Raka membaringkan tubuh El dan menyelimutinya dengan selimut. Raka keluar dari dalam kamar El tak lupa menutup pintu kamar.

*******

Braakkk... !

Kevin kaget Raka masuk dalam kamarnya dengan mendobrak pintu. Tangan Raka mengepal dan matanya menatap tajam Kevin yang berdiri di hadapanya. Raka mendekati Kevin lalu.

Bugh... bugh... !

Dua bogem mentah mendarat di wajah mulus Kevin.

Kevin mengusap bibirnya yang sedikit berdarah.

Kevin terheran-heran Raka datang dan langsung memukulnya. "Maksud loe apa, datang mukul wajah gue."

Raka berdecih. "Cih... itu tak seberapa dengan apa yang loe lakuin pada Elena."

Kevin tersenyum sinis. "Jadi loe sudah tahu hubungan gue dan El. Kalau loe udah tahu mending jangan ikut campur."

Raka meraih kerah kaos Kevin. "Bre***k loe Kev. Lepaskan Elena, loe sudah punya Amel."

Kevin melepaskan tangan Raka dari kerah kaos bajunya.;"Lepaskan... gue lepaskan El, dan loe mau El bersama Dean. Ck... jangan bodoh Raka."

Raka melotot. "Apa maksudmu?"

Kevin terkekeh geli. "Secinta-cintanya Dean dengan Elena, pasti dia akan kecewa. Elena sudah seutuhnya jadi milik gue. Bahkan tiap malam El selalu melayani gue, dan loe mau El bersama Dean?"

Raka tersentak, dia tidak berpikir seperti itu. Bagaimana nasib Elena jika berpisah dari Kevin. Dia akan menjadi janda muda di saat umurnya belum genap dua puluh tahun.

Lalu bagaimana dengan lingkungan di sekitar El. Orang lain tidak akan mendengar cerita yang sebenarnya. Orang lain akan terlanjur menilai dari apa yang mereka lihat.

"Kenapa... loe baru sadar jadi janda muda itu gak mudah," ucap Kevin sinis.

Raka terdiam lalu pergi keluar dari kamar meninggalkan Kevin. Perasaan kesal menghinggapi dadanya. Raka menghela nafas panjang lalu mengembuskannya.

"Bagaimana perasaan Dean saat tahu Kevin suami dari El. Apa Dean masih mau menerima Elena saat sudah tahu kondisi El?" gumam Raka lirih.

Raka masuk ke dalam kamar Elena.

Raka membangunkan El yang sedang tertidur lelap. Raka harus menyuruh El pulang sebab melihat kondisi wajah dan bibir El yang memar, tidak mungkin bisa di tutupi dengan Make Up.

Raka menguncang pelan tubuh Elena. "El bangun."

El mengeliat lalu mengucek matanya agar terbuka. El melihat Raka di hadapannya. "Ada apa Raka?"

"Kau harus pulang sekarang. Tidak mungkin kamu menunjukan wajahmu yang memar itu," ujar Raka.

El mengangguk. "Baiklah... tapi Bela gimana pulangnya?" tanya El.

Yang teringat akan sahabatnya Bela.

"Jangan khawatir, Bela biar aku yang mengantar," ucap Raka.

Raka memasukan pakaian El ke dalam tas. Jam menunjukan pukul lima pagi, belum ada yang keluar dari kamar. Itu artinya semua masih tidur kecuali Kevin tapi pria itu tidak keluar dari kamarnya.

Raka dan Elena berjalan perlahan menuruni anak tangga. Raka dan El keluar dari Villa menuju gerbang. Disana sudah ada supir Villa yang akan mengantar Elena.

Raka memasukan tas Elena ke dalam mobil. "Kamu pulang sekarang. Urusan disini biar aku yang urus. Untuk mobil kamu biar aku dan Bela yang bawa."

El mengangguk. "Terima kasih banyak Raka, aku pulang."

"Masuklah... setelah sampai kamu kasih kabar," ucap Raka.

El masuk ke dalam mobil, segera supir menyalakan mesin untuk jalan. El melambaikan tangan pada Raka dan Raka membalas balik.

Dari atas seorang wanita melihat Raka melambaikan tangan pada mobil yang berjalan. Keningnya berkerut seolah heran dan juga penasaran. Siapa di dalam mobil itu dan kenapa Raka melambaikan tangan ke arah mobil hitam yang melaju.

"Raka... melambaikan tangan pada siapa. Apa ada yang pulang pagi ini. Bukankah masih jam lima pagi," gumam Amel.

Amel bangun jam lima pagi karna dirinya ingin menikmati keindahan embun di perkebunan teh. Amel sudah janjian bersama Natalia dan juga Kevin untuk jalan-jalan di sekitar kebun teh dan danau.

Raka masuk ke dalam Villa setelah mengantar Elena pulang. Hatinya lega karna suasana masih sepi itu artinya tidak ada yang melihat dia dan El keluar.

" Raka?"

Tbc

Dukung Author dengan vote, like dan juga koment.