Azalea Margarita seorang artis cantik papan atas yang begitu membenci Adiknya sendiri karena sakit lumpuh, Azalea tidak pernah tersenyum sekalipun terhadap Adiknya, bahkan Azalea lebih memilih tinggal di hotel milik Ayah nya karena begitu tidak ingin melihat Adik nya yang lumpuh.
Sifat dan karakter Azalea yang begitu keras, hingga begitu sulit untuk bisa jatuh cinta terhadap laki-laki manapun, hingga akhirnya Azalea di jadikan bahan taruhan oleh Fauzan Harkas sesama artis pemeran utama, dan CEO muda yang royal gemar berpesta demi mencari ke senangan ya itu Ronald Jensen.
Apey pemuda dari desa mencoba mencari ke beruntungan mengadu nasib ke kota, dengan bekal ilmu bela diri dan ke ahlian bisa menyetir, Apey mencoba adu nasib mencari rejeki ke kota demi bisa membahagiakan ke dua orang tuanya, yang ingin mempunyai ladang atau sawah sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon saksi pena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sarapan pagi.
Pak Wiguna dan Bu Maharani di dalam kamar mendengar teriakan teriakan Azalea hanya senyum senyum saja, keduanya sudah menebak jika Azalea sedang di paksa oleh Apey untuk menemui Randika.
''Kalau di pikir pikir aneh ya Pah, harusnya Azalea yang sudah mulai belajar mengelola bisnis Papa ataupun Mama, tapi ini kok malah jauh sekali, malah ingin menjadi artis yang sudah pasti akan menjadi perbincangan jika salah sedikit saja,'' ucap Bu Maharani yang keduanya duduk di sisi tempat tidur.
''Iya Mah, tapi popularitas Azalea bagus juga, buktinya sudah beberapa film yang di bintanginya sukses tembus reting tertinggi, Papa tidak akan menghalangi ataupun menghambat bagi masa depan yang Azalea inginkan, jika saja Azalea tidak sampai membenci Adiknya sendiri, Papa pasti akan terus mendukungnya,'' ucap Pak Wiguna.
''Apa kira kira Azalea tidak akan jenuh jika di rumah terus?'' tanya Bu Maharani.
''Kita lihat saja nanti Mah, yang penting untuk saat ini Azalea sudah berada di rumah, mengenai syuting Azalea, nanti Ririn yang akan mengurusnya,'' jawab Pak Wiguna.
Bu Maharani menoleh ke Pak Wiguna yang duduk di sampingnya.
''Pah, kira kira kenapa Azalea tidak berani melawan Apey, apa karena wajah Apey ganteng?'' celetuk Bu Maharani.
Pak Wiguna langsung senyum lebar mendengarnya lalu menoleh.
''Siapa sih Mah wanita yang tidak suka melihat wajah laki-laki ganteng? Mama saja dulu waktu Papa masih muda samakan, langsung terpesona melihat wajah Papa?'' goda Pak Wiguna jadi ke masa lalunya.
''Papa pede sekali, siapa yang duluan pura pura menabrakkan badan supaya bisa saling kenal? Mama apa Papa?'' tanya Bu Maharani mengangkat alisnya.
''Haha haha, salah Mama kenapa tidak menghindar?'' tanya balik Pak Wiguna teringat masa mudanya.
''Bagaimana Mama bisa menghindar, Mama sedang jalan bertiga sama teman Mama, masa Mama yang berada di tengah yang Papa tabrak, harusnya kan temen Mama yang di samping kalau Papa tidak sengaja nabrak Mama yang di tengah?'' tanya balik Bu Maharani.
''Haha haha, ya habis Mama yang paling cantik ada di tengah, ya sudah Papa tabrak Mama saja yang di tengah,'' jawab Pak Wiguna dengan tawa lepasnya.
''Tuh ngaku kan sekarang, siapa yang terpesona duluan?"' tanya Bu Maharani jadi panjang.
''Iya Papa ngaku,'' jawab Pak Wiguna mengangguk.
''Lagian Papa, Mama bahas Apey malah bahas ke masa muda,'' sambung Bu Maharani.
''Iya, Apey selain ganteng juga baik. Papa berharap Apey selalu jujur terbuka terhadap keluarga kita, dan juga terhadap pekerjaannya, dan Papa berharap Apey benar benar bisa di andalkan untuk menghadapi Azalea,'' ucap Pak Wiguna menoleh.
''Mungkin tidak Pah, jika anak kita Azalea sampai menyukai Apey?'' tanya Bu Maharani.
''Mama setuju jika itu sampai terjadi?'' tanya balik Pak Wiguna.
''Kalau anak kita Azalea nya mau dan merasa bahagia, kenapa Mama mesti tidak setuju?'' tanya balik Bu Maharani.
''Iya Mah, dengan perasaan itu kadang semuanya bisa berubah, dari jelek bisa menjadi baik dan juga sebaliknya dari baik bisa merubah menjadi jelek, moga saja Apey bisa merubah sikap Azalea menjadi baik, Papa pun tidak akan keberatan dengan pertanyaan Mama itu,'' jawab Pak Wiguna.
Waktu terus berputar hari menjelang pagi Bi Minah sudah beres masak menyiapkan sarapan di meja sarapan, Apey sudah rapih mengenakan kemeja dengan rambut sedikit klimis tersisir rapih, Pak Wiguna sudah mengenakan jas rapih begitupun dengan Bu Maharani sudah mengenakan jas rapih, Randika sudah mengenakan seragam sekolahnya, namun Azalea di kamar masih tertidur pulas belum bangun.
''Bi sarapan untuk Azalea bawa saja ke kamarnya,'' titah Bu Maharani.
''Iya Nya, Bibi sudah menyiapkannya!'' Bi Minah mengangguk langsung pergi ke belakang.
Pagi itu Randika sarapan bersama kedua orang tuanya merasakan begitu senangnya karena Azalea Kakaknya berada di rumah, Apey sarapan di meja belakang Bi Minah membawa sarapan untuk Azalea di atas nampan menuju tangga lantai dua.
Tok tok dua kali tangan Bi Minah mengetuk pintu kamar Azalea dua kali lalu membukanya terlihat Azalea masih pulas tertidur, Bi Minah meletakan nasi di atas meja lampu di samping tempat tidur.
''Non bangun Non sarapan dulu, dari kemarin Non tidak makan sama sekali,'' titah Bi Minah namun tidak berani menyentuh Azalea sedikitpun.
Azalea malah menarik selimutnya menutupi sekujur tubuhnya hingga ke kepala, Bi Minah hanya menghela nafasnya melangkah pergi keluar hendak memberitahukannya terhadap Bu Maharani
Apey yang sudah sarapan pergi menuju garasi hendak mengelap mobil dan memanaskannya terlebih dahulu, Bu Maharani di ruangan sarapan mendengar Azalea masih tidak makan meminta Bi Minah memberitahukannya terhadap Apey.
"Kak Azalea kenapa tidak mau sarapan Mah?" tanya Randika.
"Kan Kak Azalea sudah lama tidak sarapan bareng sama kita, Randika sabar ya," bujuk Bu Maharani.
"Randika sekolahnya harus lebih semangat, kan sekarang Kak Azalea ada di rumah," bujuk Pak Wiguna.
"Iya Pah Mah," Randika senyum mengangguk.
Pak Wiguna dan Bu Maharani saling tatap senyum bahagia, melihat raut wajah Randika kini terpancar begitu bahagianya.
Apey di depn rumah sedang mengelap mobil di hampiri Bi Minah, memberitahukan kalau Bu Maharani meminta Apey agar mau membujuk Azalea sarapan.
Apey yang kini mengerti sebagai tugasnya, melangkah menuju keran air sisi garasi, setelah bersih cuci tangan langsung melangkah masuk ke dalam rumah.
"Katanya artis tapi pemalas, tidur harus di bangunkan, sarapan harus di paksa, udah gede tapi kalah sama Randika rajinnya!" gerutu Apey sambil menuju kamar Azalea.
Tok tok dua kali tangan Apey mengetuk pintu dan langsung membukanya, terlihat Azalea masih menyelimuti sekujur tubuh hingga kepalanya dengan selimut.
Apey langsung menarik selimut Azalea hingga Azalea teriak kesal, mengira Bi Minah yang melakukannya, setelah membuka matanya ternyata Apey, Azalea langsung bangun duduk takut Apey nekat menarik ke dua kakinya.
"Itu Bi Minah sudah bawakan sarapan masih saja malas harus di bangunkan," tegur Apey.
Azalea merapihkan rambutnya yang kusut berulang mengusap matanya, diam tidak berani bicara apa apa.
"Ayo cepet saya harus mengantar Randika ke sekolah," titah Apey.
"Ya sudah sanah sih nganterin repot amat!" gerutu Azalea.
"Saya itung sampai tiga," ancam Apey ngangkat tiga jarinya.
"Iya iya, argh rewel!" gerutu Azalea dengan kesal langsung bangun pergi menuju kamar mandi.
"Jangan lama di kamar mandinya!" seru Apey.
Azalea masuk ke kamar mandi menutupnya dengan cukup kencang, membuat Apey menggelengkan kepal, Apey langsung mengambil nasi dan air minum di atas meja lampu sisi tempat tidur, membawanya ke kursi sofa tempat untuk bersantai lalu meletakannya di atas meja.
Tidak lama Azalea keluar dari kamar mandi habis cuci muka dan gosok gigi, melangkah menuju sofa lalu duduk menatap nasih di depannya, lalu menatap Apey yang berdiri di depannya layaknya mandor sedang melihat pekerjanya.
"Ya lo jangan lihatin gue gitu," gerutu Azalea.
"Kalau gak di lihatin kapan mau di makannya," tegur Apey.
"Rewel!" umpat Azalea mengambil nasi di atas meja.
"Minum dulu sedikit jangan langsung makan," tegur Apey.
"Argh! ribet banget cuma mau makan juga!" gerutu Azalea namun nurut meminum air dulu sedikit.
Azalea langsung menyantap nasinya sambil sesekali melihat Apey yang terus berdiri di depannya.
"Lo jangan lihatin terus!" tegur Azalea dengan wajah kesal.
"Ya udah cepet makan!" Apey melangkah duduk di ujuang sofa yang setengah melingkar.
Azalea kembali menyantap nasinya karena memang dari kemarin belum makan, hingga habis tidak tersisa, mengambil air minum menghabiskannya sama tidak tersisa, Apey langsung berdiri mengambil piring dan gelas yang sudah kosong.
"Awas, kalau pergi lagi dari rumah, saya akan lakukan hal yang sama seperi waktu di hotel!" ancam Apey langsung melangkah pergi.
"Dasar gilaaaa!" teriak Azalea dengan kesal.
Apey langsung keluar kamar menuju tangga membawa piring dan gelas di tangannya, setelah turun tangga langsung menuju dapur hendak menaruhnya di tempat cuci piring.
Di tempat lain pagi itu Ririn dari rumahnya meluncur menuju rumah Azalea, hendak memberitahukan undangan ulang tahun anak Pak Hermawan, sekaligus mau membicarakan mengenai Ronald bagaimana keputusan Azalea ke depannya yang kedua syaratnya sudah di penuhi oleh Ronald.
semoga aja hbs ini gak terjadi kesalahpahaman