Menikah di usia muda sungguh bukan keinginan ku. Namun aku terpaksa harus menikah di usia muda karena perjanjian kedua orang tuaku.
Aku dengannya sekolah di tempat yang sama setelah kami menikah dan hidup bersama namun rasa ini muali ada tapi kami tidak saling mengungkapnya hingga suatu hari terjadi sebuah kecelakaan yang membuat kami.... ayo simak lanjutan ceritanya di novel Benci jadi cinta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pelangi senja11, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20. Rencana Lidia
Rangga tidak tau harus berkata apa lagi, lebih baik diam daripada orang tuanya curiga kepadanya. Pikir Rangga.
"Bagaimana, apa kamu mau menginap disini, dirumah mertuamu?" tanya Vina pada Putranya.
Mendengar pertanyaan Mamanya Rangga melongo, dia sungguh tidak percaya dengan pertanyaan Mamanya.
"Kalau begini sama saja bunuh diri." Gumam Rangga dalam hati. Rangga berniat tidak bersama Rena, tapi kalau harus tinggal dirumah mertuanya sudah pasti Rangga akan dekat dengan Rena, karena tidak mungkin Rangga menjauhi Rena kalau dirumah mertuanya.
"Tapi Ma," perkataan Rangga terpotong karena Vina sudah membuka suara lagi.
"Baiklah Kak Zuhra, Rangga biar disini, kalau begitu kami izin pulang." pamit Vina sembari bangkit dari duduknya dan menuju pintu utama.
Rangga mengikuti Kedua orang tuanya dari belakang hingga sampai dipintu utama.
"Ingat, sayangi istrimu, dan jaga dia, kalau sampai kamu membuatnya menangis Mama akan mengutuk mu menjadi Malin kundang." Ancam Vina pada Putranya.
Lagi-lagi Rangga hanya bisa menelan salivanya. Rangga lebih memilih mengangguk, dari pada urusannya semakin panjang.
"Iya Ma, itu pasti, Rena sekarang sudah jadi istri ku, jadi aku harus bertanggung jawab atas dirinya." Jawab Rangga memilih aman.
"Nana, ingat ya, jangan bilang siapa-siapa tentang pernikahan Kakak mu, rahasiakan, biar Kakakmu lulus sekolah.
"Iya Mak." Jawab Nana singkat. Setelah itu dia sibuk lagi dengan benda pipih nya.
"Kamu Rena, jadilah istri yang berbakti dan patuh pada suamimu, layani dia dengan baik, jangan menolak keinginannya selama itu tidak melanggar dalam agama." Azuhra menasehati Putrinya karena takut kalau Rena tidak bisa melayani suaminya dan tidak patuh.
Azuhra khawatir karena Rena gadis bar-bar, tanpa Azuhra sadari kalau Rena sudah berubah seratus persen.
"Baik Mak, Rena akan selalu ingat nasehat Mak." Jawab Rena karena dia memang sudah berniat seperti yang Mamanya katakan.
Tidak lama kemudian, Rangga kembali lagi dimana Azuhra, Rena dan Nana sedang mengobrol.
"Nak, ajak suamimu istirahat dikamar, pasti dia capek!" titah Azuhra saat melihat Rangga sudah kembali.
Rena mengangguk patuh apa yang Mamanya suruh. "Ayo Bang!" Ajak Rena dengan lembut.
Tanpa berkata apapun, Rangga mengikuti Rena menuju kamarnya dilantai dua.
Sampai dikamar, Rangga dibuat takjub melihat kamar Rena yang begitu luas dan rapi, disana Rangga bisa melihat foto dan kawan-kawannya waktu masih di Malaysia.
Rangga tidak bisa menafikan kalau Rena yang sekarang menjadi istrinya sangat cantik dan mempesona.
Rangga melihat bermacam pose difoto Rena yang terpajang di dinding dan juga dimeja lampu tidur.
Rangga begitu terfana melihat kecantikan foto-foto istrinya itu.
"Abang kenapa melamun, Abang istirahat saja dulu, Aku mau membantu beres-beres dibawah." Rena beralasan kalau dia harus ber beres-beres dibawah, padahal Rena gugup dan canggung berada satu kamar dengan Rangga walaupun Rangga sudah menjadi suaminya.
Rangga tersentak, dia merasa malu karena ketahuan sedang memandang foto-foto istrinya.
"Oh, baiklah," jawab Rangga, lalu dia duduk ditepi tempat tidur. Sedangkan Rena langsung keluar dari kamar itu.
Dibalik pintu Rena memegang dadanya yang berdegup kencang saat dekat dengan Rangga.
"Tenang, tenang." Rena mencoba menetralkan detak jantungnya yang tadi berdegup.
Rangga merebahkan dirinya di atas tempat tidur itu, Rangga mencium wanginya sprei dan bantal membuatnya nyaman.
Rangga masih melirik foto-foto Rena, dia begitu terpesona, seakan lupa kalau dia membenci gadis yang sudah sah menjadi istrinya itu.
"Tidak, apa yang terjadi pada gue, gue tidak boleh jatuh cinta padanya," Rangga menepis semua pikirannya yang hampir mengagumi Rena.
Rangga mencoba memejamkan matanya, hingga tertidur, dia tidak mau hanyut dalam pesona Rena yang dia anggap penghalang kebebasannya.
Sementara disekolah, Ilham dan Azam, tidak sengat belajarnya karena tidak ada Rangga.
"Kok, si Rangga tidak masuk ya, apa dia sakit?" tanya Ilham merasa tidak lengkap tanpa adanya Rangga bersama.
Ilham dan Azam tidak tau kalau hari ini Rangga menikah, karena Rangga tidak memberitahu keduanya.
Rangga sengaja menyembunyikan semuanya dari kedua temannya, Rangga takut kalau pernikahannya akan tersebar luas dan akibatnya dia dibuang dari sekolah.
"Mana gue tau, emang gue Mak nya?" Azam asal jawab aja.
"Sialan Lo, gue jitak kepala Lo baru tau." Kesal Ilham pada sahabatnya itu
"Eh, si Nana dan si Rena juga bolos, kok bersamaan sih?" Azam baru menyadari kalau Rena dan Nana juga tidak ada.
Ilham melihat ke bangku disebelah Rangga duduk, karena Rena duduk disana, namun hari ini keduanya kosong, begitu juga bangku Nana, disana hanya ada Santi saja.
"Iya, kok kebetulan ya? Berarti kita hari ini tidak bisa cuci mata dong." Ucap Ilham. Keduanya tidak curiga pada Rangga dan Rena, dikepala Ilham hanya ada bayang Rena dan senyum manis Rena yang bisa membuat dia semangat belajar.
"Alah di otak Lo yang ada hanya cewek doang, kalau kepala Lo pecah bukan otak yang keluar, tapi cewek." ledek Azam.
"Hehehe, biasalah Anak muda." Jawab Ilham sembari menyingir.
"Azam, Ilham, kalian lagi ngapain, perhatikan kesini!" tegur guru matematika karena melihat Ilham dan Azam hanya mengobrol, tidak mendengar dan memperhatikan teori yang guru itu terangkan.
Azam dan Ilham segera diam, dia takut kalau guru matematika menanyakan dan menyuruhnya mengerjakan soal.
Sedangkan disebuah rumah yang tidak terlalu mewah, tapi rumah itu lumayan besar.
Didalam sebuah kamar tiga orang gadis sedang mengobrol sembari tidur-tiduran.
Tiga gadis yang tidak lain adalah, Lidia, Dina, dan Leni. Ketiga gadis itu berkumpul dirumah Lidia, karena ketiganya tidak sekolah.
Hari ini hari kedua mereka diskor, jadi beberapa hari lagi barulah ketiganya bisa masuk sekolah lagi.
"Gue sakit hati dan malu, kita diskor gara-gara si Anak baru itu," Ucap Lidia disela-sela obrolan ketiganya.
Lidia sungguh sangat malu pada teman-temannya yang lain, dia yang tidak pernah kalah dan takut pada semua murid, namun kali ini dia kalah sama yang namanya Rena.
"Benar, kita harus melakukan sesuatu pada Anak baru itu, kita tidak bisa tinggal diam." Ujar Dina yang juga sangat benci pada Rena karena sudah membuatnya malu dan diskor di sekolah.
"Gue setuju, Lo juga harus mendapatkan Rangga, selama ini Rangga 'kan tidak suka sama Lo, jadi jangan sampai Rangga suka sama si Rena Anak baru itu." Timpal Leni memanas-manaskan Lidia.
"Itu nanti kita pikirkan, yang terpenting sekarang, kita harus buat si Rena itu dikeluarkan dari sekolah. Atau kita jebak dia." Lidia tidak memikirkan Rangga dulu, yang dia pikirkan sekarang bagaimana cara membuat Rena malu dan dikeluarkan dari sekolah, agar hatinya senang.
"Gue punya ide, sini aku bisikan."
Bersambung.