Karena takut dikeluarkan dari sekolah dan dicabut beasiswanya, Dara terpaksa menyembunyikan kehamilan dan melahirkan bayinya di sekolah.
Dara tidak sendirian tapi dibantu oleh ayah sang bayi dan anggota geng motornya. Bisakah mereka menyembunyikan dan membesarkan bayi itu sampai mereka semua lulus sekolah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DHEVIS JUWITA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kesalahan Semalam
Dara bersiap sekolah dengan jantung berdebar, dia tidak suka perasaan ini karena mengurangi konsentrasinya untuk belajar.
"Apa aku meminta putus saja?" gumam Dara.
Gadis itu sudah punya niat seperti itu tapi jika sudah bertemu dengan Galang, dia jadi lemah.
Sesuai dengan perkataan Galang, pemuda itu menjemput Dara untuk pergi ke sekolah. Padahal gadis itu hanya perlu jalan kaki sebentar saja karena gedung sekolah dan gedung asrama saling berdekatan.
"Ayo!" seru Galang yang menunggu Dara di atas motornya.
Dengan gugup Dara naik ke jok belakang motor Galang dan pemuda itu langsung memutar gas motornya yang membuat Dara kaget.
"Pegangan!" pinta Galang.
"Kalau tidak, nanti kau bisa jatuh!"
Otomatis Dara melingkarkan kedua tangannya di perut Galang.
Pemandangan itu bisa dilihat oleh satu sekolah termasuk Satria dan Morgan.
"Gila tuh anak, ternyata benar-benar jadian," komentar Satria.
"Pakai acara pamer lagi," timpal Morgan.
Mereka tahu kalau Galang tidak pernah mau mempublikasikan hubungan jadi ketika melihat Galang terang-terangan menunjukkan kepemilikannya terhadap Dara, mereka cukup terkejut.
"Galang..." panggil Dara dengan nada lirih ketika sudah turun dari motor. "Besok tidak perlu menjemputku lagi!"
"Kenapa?" tanya Galang.
"Aku malu, kita jadi pusat perhatian. Apalagi kakak kelas nanti semakin mengataiku macam-macam," ungkap Dara. Dia tidak mau cari masalah.
Kalau pun pacaran seharusnya mereka diam-diam saja.
"Sudah aku bilang tidak ada yang akan berani padamu jika tahu kalau kau berpacaran dengan Galang Bamantara," sahut pemuda itu meyakinkan.
Dan perkataan Galang memang benar adanya, tatapan sinis yang biasanya Dara dapatkan dari siswi-siswi yang tidak menyukainya, kini tidak ada lagi.
Kabar tentang Dara dan Galang yang berpacaran langsung menjadi buah bibir satu sekolah.
"Kalau begini, bagaimana caranya mengajak putus," gumam Dara. Dia hanya bisa pasrah sekarang.
Semua yang dialaminya sungguh di luar ekspektasinya.
Sementara Galang yang tidak suka diremehkan, bisa tertawa di hadapan kedua temannya.
"Tidak ada yang bisa menolak pesona dadi Galang Bamantara," ucapnya menyombongkan diri.
"Ini baru tahap pertama, kau pasti tahu tahap selanjutnya, bukan?" Morgan kembali mengingatkan misi yang harus dijalani oleh Galang.
"Ish, kalian memang membawa pengaruh buruk," ketus Galang. Dia sadar sepenuhnya kalau kedua temannya itu membawa dampak negatif.
Tapi, Galang tidak bisa menjauhi mereka.
"Hanya kau saja yang masih perjaka di antara kita, kau harus menunjukkan pada kami kalau kau benar-benar laki-laki sejati dan pantas menjadi ketua V yang sesungguhnya," timpal Satria memanas-manasi.
"Akan aku tunjukkan pada kalian," balas Galang percaya diri.
.
.
"Dara..." panggil Fiona.
Dara yang tengah menyalin tugas menghentikan pekerjaannya sejenak. Dia melihat Fiona sudah berdiri dia depannya.
Gadis itu adalah teman satu asrama dengan Dara, hanya saja Fiona masuk sekolah sudah dari tahun lalu. Mereka sering bertemu ketika jam makan malam di asrama tiba.
"Apa kau benar berpacaran dengan Galang?" tanya Fiona tanpa basa-basi.
"Ya begitulah," jawab Dara dengan canggung.
"Apa kau yakin dengan Galang yang baru kau kenal? Dia itu kan suka gonta-ganti pacar, aku takut kalau kau disakiti," ucap Fiona. Dia banyak mendengar tentang Galang yang badboy dan tidak mau Dara jadi korban.
"Jangan khawatir, aku bisa menjaga diriku," balas Dara. Dia berusaha menanggapi sebaik mungkin walaupun hatinya tidak baik-baik saja.
"Kita murid yang sama-sama mendapatkan beasiswa dan beasiswa itu bisa dicabut kapan saja, jadi aku harap kau tidak membuat kesalahan," Fiona memberi peringatan. Dia tidak mau ikut campur lagi untuk urusan pribadi Dara yang penting dia sudah memberitahu kewajibannya.
Dara jadi tidak bisa berkonsentrasi lagi, sebaiknya dia membicarakan ini pada Galang.
Sepulang sekolah, gadis itu mencari Galang di parkiran sekolah dan pemuda itu memang berada di sana.
"Gal..." panggil Dara.
"Kenapa begitu lambat?" Galang mengusap rambut Dara dan meminta gadis itu naik ke jok belakang. "Kita pergi ke kafe dulu!"
Dara setuju, mungkin di kafe itu dia bisa berbicara dengan santai.
Seperti sebelumnya, Galang akan memesan minum dan dessert.
"Makanlah, pasti makanan di asrama tidak enak, 'kan?" tanya Galang.
"Bagiku enak," jawab Dara. Dia membuka tasnya dan mengambil ponsel. Lalu dia berikan pada Galang di sana.
"Sepertinya aku tidak bisa menerima ponsel ini lagi dan hubungan kita sebaiknya tidak perlu diteruskan sebelum terlanjur!"
"Kau meminta putus? Padahal kita belum seminggu jadian," protes Galang.
"Apa yang membuatmu berubah pikiran? Bukankah kita sudah sepakat sebelumnya?"
Dara menghela nafasnya panjang dan berusaha menjelaskan pada Galang kalau pacaran akan mempengaruhi fokusnya belajar, sebelum perasaan mereka terlalu dalam lebih baik dihentikan dari sekarang.
Namun, Galang tidak menyerah. Dia juga berusaha meyakinkan Dara kalau hubungan mereka tidak akan mempengaruhi beasiswa yang didapatkan gadis itu.
"Percayalah padaku," ucap Galang seraya mengecup telapak tangan Dara.
Dara merasakan desiran itu lagi dan mulai luluh dengan perkataan Galang yang memabukkan. Dia akan memberikan kesempatan pemuda itu untuk membuktikan semua perkataannya.
Dan benar saja, Galang tidak memaksakan kehendak dan mencoba masuk ke dunianya Dara.
Hubungan mereka berjalan seperti bagaimana semestinya. Seiring berjalannya waktu, Dara mulai jatuh hati pada Galang.
"Berapa nomor kamarmu?" tanya Galang melakukan panggilan telepon.
"Kenapa?" Dara justru bertanya balik.
"Aku datang ingin merayakan ulang tahunmu," jawab Galang.
Dara langsung melihat kalender dan melihat tanggal, benar saja hari ini adalah hari ulang tahunnya yang ke tujuh belas tahun. Tepat di hari dua bulan Dara dan Galang jadian.
Tanpa pikir panjang, Dara memberitahu berapa nomor kamarnya dan Galang dengan berbagai cara menyelinap ke dalam kamar itu.
"Galang!" seru Dara ketika melihat pemuda itu benar-benar datang ke kamarnya.
Galang membawa kue dan hadiah untuk Dara.
"Selamat ulang tahun pacarku," Galang menyalakan lilin di atas kue lalu meminta Dara meniupnya. Bahkan dia bernyanyi yang membuat Dara tertawa geli.
Dara menutup matanya dan meniup lilin dari kue itu. "Terima kasih, Gal!"
Gadis itu merasakan tatapan Galang berbeda dari biasanya malam ini. Apalagi tangan pemuda itu mengusap bibirnya.
"Gal..." Dara tidak bisa melanjutkan kelimatnya karena tiba-tiba Galang menempelkan bibir dan bergerak liar dengan lidahnya.
Dara ingin menolak tapi Galang begitu pandai menggodanya. Bahkan dia tidak sadar kalau bajunya dilepas satu persatu oleh pemuda itu.
"Kau sudah percaya padaku, 'kan?" tanya Galang sebelum melakukan hal lebih jauh lagi.
Dara menganggukkan kepala dan Galang seperti mendapat sinyal bahwa boleh melakukan hal lainnya.
Sepasang sejoli itu tenggelam dalam kenikmatan yang baru mereka rasakan satu sama lain, Dara dan Galang belum sadar akan konsekuensi yang mereka lakukan malam itu.