NovelToon NovelToon
Permainan Terlarang

Permainan Terlarang

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Cinta Murni / Pembantu / Pembaca Pikiran
Popularitas:15.6k
Nilai: 5
Nama Author: Alim farid

**Sinopsis:**

Luna selalu mengagumi hubungan sempurna kakaknya, Elise, dengan suaminya, Damon. Namun, ketika Luna tanpa sengaja menemukan bahwa mereka tidur di kamar terpisah, dia tak bisa lagi mengabaikan firasat buruknya. Saat mencoba mengungkap rahasia di balik senyum palsu mereka, Damon memergoki Luna dan memintanya mendengar kisah yang tak pernah ia bayangkan. Rahasia kelam yang terungkap mengancam untuk menghancurkan segalanya, dan Luna kini terjebak dalam dilema: Haruskah dia membuka kebenaran yang akan merusak keluarga mereka, atau membiarkan rahasia ini terkubur selamanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alim farid, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 17

damon sekali lagi membiarkan bibirnya bertemu dengan bibir luna, namun kali ini, ciuman itu bukan sekadar sentuhan. Ada intensitas yang menggelora, mengalir dari setiap gerakan bibirnya. Dulu, damon selalu merasa muak dengan ide mencium wanita, sesuatu yang dianggapnya sepele dan tak berarti. Namun entah bagaimana, bersama luna, segalanya berubah. Ada sesuatu yang tak terjelaskan, seolah mencium gadis ini memberikan kepuasan yang lebih dari sekadar nafsu, seolah ada rasa memiliki yang ia temukan di sana. Meski demikian, kekuasaan atas situasi itu sepenuhnya berada di tangannya, mengendalikan setiap detik yang berlalu.

Ciuman yang semakin dalam dan penuh gairah itu seolah membakar atmosfir di sekitar mereka, sementara luna yang tak berpengalaman hanya mampu mengikuti, terombang-ambing dalam kebingungan dan ketidakpastian. Baginya, ini adalah pengalaman pertama, sesuatu yang baru dan mengejutkan, terutama karena orang yang melakukannya bukanlah orang lain, melainkan kakak iparnya sendiri. Dalam keheningan yang melingkupi mereka, waktu seolah berhenti, setiap detik terasa seperti menit, dan setiap menit seperti selamanya.

Lama setelah itu, damon akhirnya melepaskan bibirnya dari luna, meninggalkan gadis itu dengan sensasi terbakar di bibirnya yang kini terasa sedikit bengkak. Tanpa memberi jeda bagi luna untuk kembali ke kenyataan, damon mengeluarkan perintah dengan nada yang dalam dan penuh tekanan, "Lepaskan atasanmu." Suaranya berat, penuh otoritas, dan membuat mata luna melebar dalam keterkejutan.

"Tidak mau!" jawab luna dengan nada tegas, meski tubuhnya sedikit bergetar. Kedua tangannya secara naluriah menyilang di depan dadanya, sebuah usaha untuk melindungi dirinya dari apa yang akan terjadi selanjutnya.

damon mendesah pelan, tak ingin terjebak dalam negosiasi panjang. "Aku hanya ingin menikmati bagian itu sebentar saja. Tak akan lebih dari itu, aku berjanji. Setelah itu, kita akan pulang," bujuknya, suaranya berusaha terdengar meyakinkan. Namun luna tak begitu saja percaya. Ia masih teringat janji damon sebelumnya—janji yang hanya akan menggunakan jarinya—tapi kenyataannya, damon tak hanya berhenti di sana. Mulutnya juga ikut bermain.

"Nona kecil, kau ingin melakukannya sendiri, atau aku yang harus membantu?" damon menambahkan, kali ini dengan suara yang lebih dolunan, lebih mengancam, membuat luna merasa tak punya pilihan lain.

"Bagian dada saja, kakak sudah janji," gumam luna pelan, nyaris tak terdengar. Tentu saja, damon hanya bisa tertawa kecil mendengar permohonan gadis itu.

"Ya, sayang. Masih ada banyak waktu untuk bagian yang lain nanti," jawabnya dengan senyum penuh arti, sambil mengedipkan mata nakal.

luna ragu-ragu, tetapi akhirnya mulai membuka atasan yang ia kenakan. "Orang-orang di luar sana tidak bisa melihat kita, kan?" tanyanya dengan nada khawatir, matanya melirik ke luar jendela dengan cemas, takut akan kemungkinan terburuk.

damon menghela napas, setengah frustasi, setengah geli. "Untuk apa aku membeli mobil semahal ini jika momen pribadi kita bisa dilihat orang-orang di luar sana? Cepatlah, luna," desaknya, sedikit kesal karena luna bergerak terlalu lambat menurutnya.

Saat atasan luna akhirnya terbuka, kulit halusnya tersingkap di hadapan damon. Pria itu menatapnya dengan mata penuh kekaguman sebelum akhirnya jemarinya mulai menjelajah, menyentuh kulit lembut itu dengan keahlian yang terlatih, membuat luna tak mampu menahan napasnya.

"Jangan tegang begitu. Ini bukan pertama kalinya aku menyentuhmu, bukan?" ujar damon dengan nada santai, meski di dalamnya tersirat godaan yang halus. luna hanya bisa menahan cemberut. Memang, ini bukan kali pertama, tetapi tetap saja, setiap kali damon menyentuhnya, sensasi yang ditimbulkan selalu baru dan membingungkan, membuatnya gugup tak karuan, meski hal itu telah terjadi berulang kali.

"Kak damon, kakak sudah janji tidak akan menyentuh bagian itu!" sergah luna dengan nada panik saat ia merasakan tangan damon mulai bergerak turun, mendekati pusarnya, mencoba menembus batas celana jins yang ia kenakan. Pria itu benar-benar tak bisa diandalkan.

damon tertawa pelan, sebuah tawa yang terdengar samar-samar di tengah keheningan kabin mobil. "Aku hanya bercanda," katanya, meski jemarinya terus saja bergerak liar, memainkan setiap bagian tubuh luna yang ia inginkan, hingga akhirnya luna harus menahan tangannya dengan kekuatan yang tersisa.

"Mengapa? Kau tahu, sekarang tak ada yang bisa menghentikanku. Aku tahu kau sudah tegang, jadi nikmati saja," ucap damon dengan nada rendah, penuh bujukan, sementara jemarinya kembali menggoda, menjelajahi setiap sudut tubuh luna dengan ketelitian yang luar biasa, seolah mengenal setiap jengkal kelemahan gadis itu.

luna tak lagi mampu menahan diri. Desahannya terdengar lirih, penuh ketidakberdayaan, saat tubuhnya menyerah pada kenikmatan yang damon berikan. Pria itu tahu betul cara menemukan titik-titik sensitifnya, membuat setiap pertahanan yang ia bangun runtuh tanpa perlawanan berarti.

Di dalam hatinya, luna meminta maaf kepada elise, kakak iparnya, atas tindakan yang tak seharusnya ini. Tapi apa yang bisa ia lakukan? Godaan itu terlalu kuat, hasrat yang terbangun tak dapat dibendung, dan kenikmatan ini begitu menggoda.

"Enak?" tanya damon, menghentikan sejenak kegiatannya, menatap luna yang masih memejamkan mata, menikmati sisa-sisa kenikmatan yang mengalir di tubuhnya. Pria itu tersenyum puas, melihat luna terhanyut dalam permainan yang ia ciptakan dengan begitu sempurna.

Dalam hati, damon berharap luna akan jatuh cinta padanya. Sekali lagi, ia mengecup bibir luna dengan lembut, kali ini dengan perasaan yang lebih tulus, bukan sekadar dorongan nafsu semata. Meski damon dikenal sebagai pria berbahaya dengan reputasi yang tak diragukan, ada saat-saat di mana sisi melankolisnya muncul ke permukaan, seperti saat ini. Ia berharap suatu hari nanti, luna akan menerima perlakuannya bukan hanya karena dorongan fisik, tetapi karena ada perasaan cinta yang saling terbalas di antara mereka.

Pada awalnya, damon mengira ketertarikannya pada luna hanyalah permainan semata, sesuatu yang berlandaskan pada keinginan fisik yang sederhana. Namun, seiring berjalannya waktu, perasaannya tumbuh dan berkembang menjadi sesuatu yang lebih dalam, lebih rumit. Ia menyadari bahwa ia benar-benar jatuh cinta pada gadis ini, meskipun ia sendiri tak bisa mengerti bagaimana perasaan itu bisa tumbuh begitu cepat, begitu mendalam.

"Aku mencintaimu," bisik damon dalam hati. Namun, ia tahu belum saatnya untuk mengatakannya langsung kepada luna. Gadis itu mungkin belum memiliki perasaan yang sama, dan damon tak ingin merusak semuanya dengan mengungkapkan perasaannya terlalu cepat. Untuk saat ini, biarkan luna berpikir bahwa dirinya hanyalah pria brengsek yang bermain-main dengan perasaannya.

Setelah beberapa saat, luna membuka matanya, tertegun melihat damon menatapnya dengan pandangan yang begitu dalam, tatapan yang mengirimkan gelombang kebingungan ke dalam pikirannya. Apa arti dari tatapan itu? Namun sebelum ia bisa mencari tahu lebih jauh, tatapan damon berubah dingin, dan ia segera memalingkan wajahnya.

"Kamu mau kembali ke kantor, atau kita langsung pulang?" tanya damon, suaranya terdengar berdeham, seolah mencoba menyembunyikan perasaan canggung yang tiba-tiba muncul.

"Pulang," jawab luna singkat, tanpa keraguan. Ia sudah tak ada pekerjaan lagi hari ini, jadi untuk apa kembali ke kantor?

Namun kemudian, luna menambahkan, "Tapi kalau kak damon ingin kembali ke kantor, aku bisa naik taksi saja. Turunkan aku di halte depan." Ia tak ingin mengganggu urusan kakak iparnya lebih lama.

"Tidak, aku akan mengantarmu," jawab damon dengan nada tegas. Namun, dengan segera ia menyadari posisi luna yang masih berada di pangkuannya. "Tapi kau akan terus duduk di pangkuanku seperti ini?"

luna yang tersadar segera berpindah ke kursi samping, wajahnya memerah malu, dan dengan cepat ia mengenakan kembali atasan yang tadi dilepaskannya.

Dalam keheningan yang aneh, luna mencuri pandang pada damon yang duduk di sampingnya. Ada sesuatu yang berubah pada pria itu, sebuah perubahan yang tak bisa ia pahami sepenuhnya. damon yang tadi begitu aktif dan penuh godaan, kini kembali dingin dan pendiam, nyaris tak berkata-kata. Ada apa dengan kakak

1
Endang Yusiani
mirip-mirip
Alim Farid: apanya mirip"kak
total 1 replies
Debby Tewu
lanjut ceritanya
Debby Tewu
lanjut dong veritanya
Divana Mareta
lanjut thor...
Subrianti Subrianti
Luar biasa
Alim Farid: makasih kakak 🙏🙏🙂
total 1 replies
bb_yang_yang
Yuk, thor, update secepatnya! Pembaca mu sudah tidak sabar lagi. 😍
Jock◯△□
Ganti tanggal jadi sekarang ya thor!
Asnisa Amallia
Gimana ceritanya bisa sehebat ini? 😮
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!