Kehidupan Weni semakin memburuk semenjak dia menikah dengan Aldi Wijaya. Weni mengira dia akan bahagia dengan pernikahan nya dengan Aldi, tetapi semua nya salah.
Hingga Weni memutuskan untuk pergi karena sudah lelah dengan semua nya.
"Maaf aku menyerah, dan aku akan pergi sesuai keinginan kamu"
Weni Widjadja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hnislstiwti., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dukungan
Weni dan kedua Orangtua nya pulang dengan secepat nya, apalagi Weni ia sudah ingin kembali ke Restorannya.
"Bagaimana kedepannya, Nak?" tanya Bunda Kirana.
"Aku tak tau, Bun. Aku bingung dengan mereka semua" jawab Weni dengan menghela nafas nya.
"Kau jangan khawatir Nak, jika mereka bersedia ikut kita akan pindah dari Kota ini, Ayah akan menjual Rumah dan ladang di kampung. Di Kota lain kita akan membuka usaha dengan uang mu dan uang Ayah" ucap Ayah Cokro tegas.
"Tapi kita akan kemana, Ayah?" tanya Weni dengan bingung
"Kita akan ke Kota kelahiran Ayah" jawab Ayah Cokro.
Kemudian sang Ayah kembali fokus dengan mengemudikan mobil nya. Dia sudah memikirkan nya sebelum mereka kesini untuk menemui Keluarga Wijaya.
"Aku akan buktikan bahwa kita juga bisa sukses dengan di atas kaki kita sendiri. Bun, aku minta tolong ya, tolong kumpulkan berkas-berkas ku" ucap Weni dengan dingin.
"Sudah Nak, kita tinggal pergi saja. Bahkan Rumah dan ladang pun sudah Ayah tawarkan pada juragan disana" balas Bunda Kirana tersenyum
"Aku takut kalau Weni akan menjadi wanita dingin seperti mendiang Kaka, Suami ku" batin Bunda Kirana.
Sesampai nya di Restoran, Weni dan Orangtua nya langsung saja masuk kedalam.
Disana karyawan nya sudah menunggu sejak tadi.
"Mbak" panggil Hana
Weni duduk di hadapan mereka dengan membuang nafas kasar. Lalu ia menatap mereka satu persatu dengan nanar.
"Maafkan aku, aku tidak bisa mempertahankan Restoran ini. Mereka meminta nya kembali dan mengembalikan uang nya padaku" ucap Weni menundukan kepala nya.
Ayah dan Bunda nya langsung ikut duduk disana dengan menghela nafas.
"Jika kalian ingin, kalian bisa ikut bersama kami pindah ke Kota lain" ucap Ayah Cokro.
"Apakah boleh?" tanya Hana dengan antusias.
"Tentu saja boleh, kami disana juga akan mendirikan usaha sendiri" jawab Bunda Kirana tersenyum.
"Kami ikut" ucap Diki dan Amar.
"Aku jugaaaaa" timpal Zidan, Vio dan Dise.
Lalu Weni menatap pada Hana dan Reni dengan bingung.
"Aku tidak bisa ikut Mbak, karena aku akan menikah 1 minggu lagi. Tapi jika boleh, nanti kami akan menyusul" ucap Reni dengan menundukan kepala nya.
"Tentu saja boleh, kau bisa menghubungi salah satu dari kami" balas Weni lembut.
"Lalu kamu?" tanya Weni pada Hana.
"Tentu saja aku ikut dong" jawan Hana dengan antusias.
"Mbak berjanjilah pada kami, bahwa tidak akan ada air mata ataupun menyembunyikan sesuatu. Karena kami sudah menganggap Mbak adalah Kakak kami" pinta Vio dengan lirih.
"Benar Mbak, bangkit dan tunjukanlah bahwa Mbak adalah wanita kuat yang tidak bisa di remehkan" timpal Dise
"Lelaki yang bo*oh yang hanya melihat Mbak sebelah mata, mereka yang pintar tidak akan melihat semua nya dari luar saja" ucap Amar tersenyum.
"Aku yakin, suatu saat nanti kebahagian akan berpihak pada Mbak" timpal Diki.
Weni berkaca-kaca saat mendengarkan ucapan dari karyawannya. Ia merasa mendapatkan dukungan kembali dengan percaya diri.
Kedua Orangtua Weni pun nampak tersenyum saat melihat mereka yang saling mendukung satu sama lainnya.
"Yasudah kalian sana beres-beres karena nanti sore kita akan pergi" ucap Ayah Cokro.
Mereka menganggukan kepala dan pergi dari sana. Sedangkan Weni dan Orangtua nya langsung ke ruangan Weni.
Disana Weni di bantu oleh Bunda nya untuk membereskan semua nya. Ia tidak membawa apapun selain pakaiannya.
Sedangkan Ayah, dia sedang menerima telpon dari sang juragan yang akan membeli Rumah serta tanah nya.
"Kita akan menata semua nya dari awal, Mbak. Aku yakin sekali suatu saat nanti nama Weni Widjadja akan melambung terkenal dengan segudang prestasi" ucap Hana dengan sangat yakin.
"Kami akan selalu bersama mu, Mbak. Jangan lihat kami oranglain tapi lihat kami sebagai saudara. Kami akan selalu mendukung apapun keputusan Mbak, jangan berkecil hati, oke" timpal Vio.
"Terimakasih, kalian memang terbaik" balas Weni dengan berkaca-kaca.
Weni memilih menunggu Ayah dan Bunda nya bersama mereka di halaman depan. Semua sudah siap dan berkumpul untuk pergi bahkan kunci Restoran pun sudah Weni kirimkan ke Mansion Wijaya.
***
Saat ini, Ayah dan Bunda Weni sedang di jalan kembali ke Restoran , mereka akan menjemput Weni dan yang lainnya.
"Yah, kapan kita akan jujur pada Putri kita? Bunda kasihan melihat Weni" ucap Bunda Kirana.
"Sebentar lagi, aku ingin Weni sukses dengan hasil sendiri bukan bantuan atau manjaan dari kita. Kita sudah sepakat bukan , saat usia Weni 1 tahun kita akan menjadi orang sederhana" balas Ayah Cokro lembut.
"Dan sahabat mu juga seperti nya lupa siapa kita sebenarnya. Mereka terlalu di lena oleh kekuasaan dan harta jadi begitu" gerutu Bunda Kirana.
"Biarkan saja, kita lindungi saja Weni dan mencoba menghilangkannya dari jangkauan mereka. Aku yakin, kalau mereka tahu tentang kita mereka akan mencari kita" ucap Ayah Cokro dengan serius.
"Ayah benar, apalagi Aldi dia pasti akan mengejar Weni kembali" balas Bunda
"Tapi aku yakin kalau Weni akan seperti Kakak ku , dia akan dingin dan datar dengan orang sekitar nya" ucap Ayah.
"Iyaa, dia sudah persis mendiang Kakak mu, Ayah" balas Bunda
Mereka terus bercerita hingga mobil yang di lajukan oleh Ayah Cokro sampai di depan Restoran.
Ayah melihat wajah Weni yang sudah cemberut karena kesal.
"Ihh kenapa lama sekali sih Ayah" omel Weni dengan kesal.
"Maaf ya, jalanan macet sayang" elak Ayah dengan wajah memelas.
Weni hanya mencebikan bibir nya saja, lalu mereka menyusun barang-barang nya di belakang mobil.
Mobil yang Ayah bawa mobil bak, jadi mereka akan duduk di belakang sedangkan Ayah dan Bunda nya akan duduk di depan.
Weni sengaja menjual mobil nya untuk nambah modal mereka di sana. Bahkan Hana dan yang lainnya pun ikut mengumpulkan uang untuk mereka selama disana sebelum mendapatkan pekerjaan.
Amar dan Diki terus saja berceloteh di sepanjang jalan, mereka bernyanyi dan bergurau dengan satu sama lainnya.
Mereka menikmati perjalanan nya meski dengan mobil bak, mereka tidak mempermasalahkan nya selagi itu baik.
Weni merasa bersyukur atas apa yang mereka lakukan, dia seperti mendapatkan keluarga kedua bersama mereka.
"Kita semua akan sukses dan kita juga akan menunjukan pada Dunia bahwa kita bisa" batin Weni dengan yakin.
"Kita akan menghilang dan kembali hadir dengan kesuksesan" ucap Amar yakin.
"Iyaa, kita akan bekerja keras dan tanpa menyerah" timpal Dise.
"Terimakasih ya, padahal kalian tidak perlu ikut dengan ku. Kalian bisa mencari pekerjaan yang layak tanpa harus memulai nya dari nol" ucap Weni dengan terharu.
"Ck, kita itu Adik Mbak jadi kita akan mengekor Mbak kemana pun, kecuali ke kamar pengantin sih" gurau Hana dengan tawa renyah nya.
Mereka tertawa dengan guraun Hana begitupun dengan Weni, ia terkekeh mendengar ucapan Hana yang absurd.
.
.
.
yg gak baik itu bram sama Weni dan keluarga nya
kalo orang jahat pasti saling mendukung sesama penjahat