Apa yang kau harapkan dari seseorang yang pergi tanpa pamit?Tidak menyangka Naura bertemu kembali dengan sang mantan suami. Ardan,
saat anaknya menceritakan seorang pria baik yang ia kenal. Namun, di balik kemarahannya pada Ardan, ada perasaan yang sulit di mengerti oleh Naura.
memutuskan untuk menghilang tetapi takdir selalu mempertemukan. Meski masih tidak suka dengan kelakuan Ardan. Rasa bersalah yang di tunjukkan Ardan, membuat Naura mencoba memaafkan kembali.
Dan Ardan juga mencari tahu alasan pergi tanpa pamit yang di lakukan oleh Naura.
Ketika keduanya sudah mendapatkan jawabannya. Apakah dunia akan setuju bahwa itu adalah hal yang tepat?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ylfrna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mengagumimu Dalam Diam
Kevin tidak mengerti, "Jawaban seperti apa yang kau inginkan?"
"Aku menyukaimu Naura, aku mengagumi mu karena aku mencintai mu Naura" Ucap Naura sembari membalikkan badan , lalu menatap laki-laki tersebut
Dari reaksi Kevin tentu ia sangat terkejut
"Haa- tentu saja kau tidak akan mengatakan itu, karena pada dasarnya. Hanya aku yang mengagumimu"
Kevin semakin terlonjak kaget, ia terdiam dalam keheningan
"Katamu seorang pengecut? Akulah seorang pengecut itu, menyimpan rasa ini sudah lama, aku menyukai kau sudah jauh-jauh hari, bahkan ketika kau berlari sangat jauh, aku tetap mengejar mu. Ketika kau memiliki kekasih, aku selalu berharap kau meninggalkan dia untukku-"
Naura terdiam sejenak, air matanya sudah menitik
Kemudian "Bukankah permintaan ku sangat jahat? Ya. Ku akui, dan. Terkadang aku sadar diri tetapi itu hanya bertahan sebentar, besoknya aku menyukai mu lagi dan berharap kalian putus. Tetapi-"
"Naura-" Kevin bangkit dari duduknya
Naura menepis air matanya lalu tertawa getir "Tetapi langkahku terhenti ketika kau mengatakan akan menikah, aku tidak sanggup lagi berlari mengejar mu, dan aku juga tidak sanggup melihat mu lagi, biarkan aku menjadi pengecut lagi untuk menyelamatkan diriku."
Kevin kehabisan kata-kata, selama ini ia tidak mengerti perasaan Naura. Kevin tidak pernah menganggap hubungan mereka lebih dari sekedar teman yang telah menjadi saudara.
"Naura, ku rasa kau salah dengan perasaanmu"
"Tidak, aku sudah mengeceknya berulang kali. Sekarang biarkan aku pergi, persahabatan kita cukup sampai disini"
Kevin mendekati Naura, dan Naura terlihat mundur dari tempat ia berpijak. Tentang perasaannya, biarkan itu menetap disana sampai waktu yang tidak di tentukan
"Stop" Ucap Naura,
"Jika kau mendekat aku tidak tau apa yang terjadi"
"Naura"
"Kau sudah mendengar penjelasan ku? Sekarang kau boleh pergi, karena sekarang kau tidak memiliki alasan untuk memintaku tinggal. Kau dan aku sudah seharusnya memberikan jarak"
Melihat Kevin hanya diam, Naura yang keluar dari kamar. Ia menuju taman, menyusul anak-anaknya.
Rasanya belum sanggup Naura menemui Alan dan Alana. Naura bersandar pada bangku kosong. Meratapi kesedihan. Namun, sedikit ada kelegaan karena ia berhasil mengungkapkan rasa yang ia pendam selama ini.
Kau berharap apa sama orang lain? Ia hanya bisa mengusik mu, menyalahkan mu.
...----------------...
Pagi ini sedikit sendu atau benar-benar dalam keadaan yang tidak baik-baik saja.
Naura memeluk tangan di depan dada, menatap kosong pada layar ponsel yang tidak berdering sama sekali
Pesannya terkirim bahkan ceklis dua, pertanda sudah di baca bukan? Lalu kenapa ia enggan untuk sekedar membalas? Naura mencoba berpikir positif mungkin Kevin sedang mengalami cacat tangan atau tangannya sedang di pinjam orang lain. Terserah dia!
Naura menghela nafas, tangannya membelai rambut putri semata wayangnya. Gadis kecil itu masih tertidur pulas.
"Kau tidak akan membalas pesan dari sahabat mu?" Tanya Widya, ia yang akan menjadi calon istri Kevin
Kau tau Kevin sangat mencintainya.
"Tidak perlu, dia hanya membahas soal uang, aku kira tidak seharusnya ia membayar apa yang telah aku berikan kepada anaknya. Bagiku, Naura adalah saudaraku"
"Dia beruntung memiliki saudara seperti mu tetapi aku lebih beruntung memiliki calon suami seperti mu" Ucap Widya di sambut senyuman hangat oleh Kevin.
Tak lama setelah kepergian Widya, Kevin terdiam sejenak. Pikiran nya kacau setelah hari kemarin. Naura? Apa yang terjadi dengan mu? Kenapa kau menyukai ku dalam diam? Pertanyaan itu yang selalu di ulang-ulang olehnya.
"Kau tidak berhutang kepadaku Naura" Balasan pesan oleh Kevin
Bastian tertunduk lesu di depan layar Monitor sampai tidak menyadari kedatangan Ardan. Sedari kemarin. Naura tidak menjawab panggilan teleponnya. Dan sekarang ia sedang di luar kota bersama Ardan urusan pekerjaan.
"Aku rasa dia tidak khawatir menunggu kabarmu?" Ucap Ardan
Bastian tersenyum culas seraya meneguk minuman
"Kau harus tau satu hal"
"Tentang apa?" Tanya Bastian melirik serius
"Kau jangan terkejut, dia? Naura yang kau kenal adalah istriku yang kabur itu?" Ucap Ardan sembari memainkan gelas kosong
"Omong kosong apa yang kau katakan?" Bastian mengalihkan tatapan pada butiran hujan yang turun
Dirga tersenyum tidak terlalu serius
"Kenapa kau tersenyum?"
"Bastian kau tau aku, aku tidak suka kebohongan dan perkataan ku selalu ada buktinya" Ardan meletakkan ponsel nya di depan Bastian, ia memperlihatkan foto pernikahannya
Bastian memutar bola matanya. Tentu ia terkejut, tetapi bagaimana mereka di pertemukan. Dan orang yang di ceritakan Ardan selama ini adalah Naura yang ia sukai
"Kau masih mencintainya seperti yang kau katakan kepadaku?" Tanya Bastian menoleh ke arah Ardan dan berharap laki-laki itu mengatakan tidak
"Aku tidak ingin persahabatan kita hancur hanya karena wanita?"
"Ardan-"
"Kau tau aku akan menikah bersama Bilqis!"
Ardan menghela nafas, Bastian terdiam
"Dan andai aku bisa menebus kesalahanku?-" Ucap Ardan terdiam
"Apa yang membuat dia pergi?" Tanya Bastian
Ardan menghela nafas, sulit. Masalah mereka sangat sulit
"Aku melukainya dengan kata-kata kasar" Sorotan matanya begitu tajam
"Kenyataannya! Dulu bagiku, dia bukanlah istri yang istimewa, di rumahku, dia hanya seorang pesuruh"
Bastian menatap marah dan "Ternyata kau sangat bajingan"
Ardan tertawa getir dengan tatapan elang yang menusuk tajam
"Aku rasa mati lebih baik dari pada hidup bersama orang seperti kau" Ucap Bastian merasa sangat kesal. Ternyata orang yang menyakiti Naura adalah sahabatnya sendiri.
"Kau benar" Ucap Ardan
"Tetapi setelah melihat anak-anakku, aku ingin hidup lebih lama, aku ingin menyayangi mereka. Aku ingin di sisinya. Aku ingin Naura. Bas"
Bastian menghela nafas
"Aku tau ada Bilqis yang menemani ku setelah Naura pergi, aku tau Bilqis orang baik. Aku juga tau dia mencintai ku tetapi aku hanya ingin Naura Bas"
Bastian terdiam
"Aku kira aku tidak akan pernah menyesal menyakitinya, tetapi pikiranku salah, setelah dia menghilang, aku merindukannya, dan aku hanya bisa menemuinya dalam rasa sesal. Dan kau juga tau semua rasa cintaku telah habis di Naura." Ardan menundukkan tatapannya
Kemudian melanjutkan ucapannya "Aku tidak tahu harus apa sekarang? Aku benar-benar tidak tau? Aku harus bagaimana?" Tanya Ardan menangis terisak
Bastian masih mendengarkan kesedihan Ardan tanpa bereaksi sedikit pun
"Kemarin saat ia mengatakan jangan menemui ku lagi, aku baik-baik saja tetapi hari ini tidak. Emosiku berantakan, entah aku sedang baik-baik saja atau sedang hancur. Sesaat aku lupa, aku lah penyebab dari kekacauan ini"
"-Kau tau, setelah dia mengatakan itu aku tidak bahagia, aku malu. Setiap hari, aku terasa sakit ketika mendengar nama anakku, dan aku berharap Naura dan anakku kembali ke hidupku agar setiap hari aku tidak tersiksa lagi oleh rasa bersalah"
siapa yg mo daftar lagi masih dibuka nih😌