NovelToon NovelToon
Dikejar Berondong Bucin

Dikejar Berondong Bucin

Status: sedang berlangsung
Genre:Berondong / Janda / Selingkuh / Cinta Terlarang / Cerai / Beda Usia
Popularitas:20.8k
Nilai: 5
Nama Author: Meymei

Anindya, seorang Ibu dengan 1 anak yang merasa sakit hati atas perlakuan suaminya, memilih untuk bercerai dan mencari pelampiasan. Siapa sangka jika pelampiasannya berakhir dengan obsesi Andra, seorang berondong yang merupakan teman satu perusahaan mantan suaminya.
“Maukah kamu menikah denganku?” Andra.
“Lupakan saja! Aku tidak akan menikah denganmu!” Anindya.
“Jauhi Andra! Sadarlah jika kamu itu janda anak satu dan Andra 8 tahun lebih muda darimu!” Rima.
Bagaimana Anindya menghadapi obsesi Andra? Apakah Anindya akan menerima Andra pada akhirnya?
.
.
.
Note: Cerita ini diadaptasi dari kisah nyata yang disamarkan! Jika ada kesamaan nama tokoh dan cerita, semuanya murni kebetulan. Mohon bijak dalam membaca! Terima kasih.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meymei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

19. Tak Ingin Terpuruk

"Ibu jangan bercanda!"

"Kamu lihat sendiri jam berapa Ibu Anindya dan Ibu menghubungimu!" Ibu Faris berjalan keluar rumah.

"Dan untuk kamu Rani, sadarlah posisimu sebagai istri kedua! Kamu tak bisa menjauhkan Faris dari urusan istri pertamanya!" Ibu Faris melajukan motornya meninggalkan rumah Rani.

"Plak!" tamparan Faris tepat di pipi kiri Rani.

"Kenapa kamu menamparku, Mas!"

"Semua salahmu, Ran! Kamu sengaja mematikan ponselku dan tidak memberitahuku!"

"Aku hanya mengira kecelakaan saja, mana aku tahu jika Ayah Anindya meninggal!" Rani tak Terima dengan tamparan Faris.

"Paling tidak, katakan jika ada yang menghubungi ku!"

"Jika aku mengatakannya, kamu akan meninggalkanku. Sedangkan waktumu hanya tersisa satu hari untukku!"

"Kelewatan kamu, Ran!"

"Jangan menyalahkanku! Kamu juga menikmatinya, kalau tidak kamu akan menolakmu dan tetap mencari ponselmu!" Kata-kata Rani telak membungkam Faris.

Salahnya yang tergoda dengan permainan Rani, hingga ia meluapkan niatnya untuk mencari ponsel. Kini menyesal pun percuma. Faris pun meninggalkan Rani untuk membersihkan tubuhnya. Ia mengenakan setelan kemeja dan peci , kemudian pergi ke rumah Anindya tanpa berpamitan.

Sesampainya di rumah Anindya, banyak pelayat yang berkumpul dan membantu proses pemakaman termasuk kedua orang tua Faris. Faris pun mendekat dan membantu.

Jenazah amanah segera dikebumikan bakda maghrib tanpa menunggu Anindya. Hal ini Ibu Anindya putuskan atas persetujuan Anindya yang tak ingin ayahnya berlama-lama menunggunya. Sehingga semua orang tetap disana untuk melaksanakan sholat maghrib bersama dilanjutkan sholat jenazah.

"Tidakkah menunggu Anindya?" tanya Faris kepada sang ayah saat jenazah akan diberangkatkan.

"Anindya yang mau." jawab Ayah Faris singkat.

Ayah Faris pun bersiap di salah satu sisi keranda untuk membantu mengangkat. Faris yang masih terdiam segera tersadar kala Ibu Faris menepuk punggungnya dan menyuruhnya ikut mengangkat keranda.

Perjalanan mengantarkan jenazah keliang lahat berjalan lancar. Salah seorang sepupu terlihat merekam semua prosesi dengan bantuan lampu sampai semua pelayat meninggalkan pemakaman untuk melaksanakan pembacaan tahlil di rumah Anindya.

Sementara itu, Anindya masih di bandara menunggu keberangkatan. Penerbangan sore semua sudah full, hingga ia mengambil penerbangan malam. Anindya mengajukan izin mendadak kepada pimpinan Puskesmas ketika mendengar sang ayah kecelakaan, sekitar habis dzuhur ia baru mendapatkan travel ke Balikpapan. Tetapi ketika Anindya masih dalam perjalanan, ia mendapatkan kabar jika sang ayah telah berpulang.

Tepat pukul 3 WIB, Ayah Anindya berpulang. Anindya yang mendengarnya menangis pilu dengan Ardio dalam dekapannya. Sopir travel sampai menghentikan mobilnya dan keluar untuk memberikan ruang untuk Anindya. Cukup lama Anindya menumpahkan tangisnya, ia pun meminta agar sang ayah segera dikebumikan dan tidak perlu menunggunya. Setelah itu, ia meminta sopir travel untuk melanjutkan perjalanan.

Kini Anindya sudah berada dalam pesawat. Ardio yang sedari tadi rewel karena merasakan perasaan sang ibu pun dengan pintar tidur pulas selama perjalanan udara. Sampai di bandara, Anindya dijemput oleh sepupunya yang kemudian menyerahkan rekaman video pemakaman Ayahnya.

Anindya kembali menangis melihat prosesi pemakaman sang Ayah. Ardio yanga da dalam gendongannya pun ikut menangis.

"Tenangkan hatimu! Anakmu bisa merasakan kesakitanmu." tegur sepupunya.

Anindya mencoba menenangkan hatinya dan mulai bisa berhenti menangis. Ardio pun ikut tenang dalam dekapannya. Sesampainya di rumah, acara tahlilan sudah selesai digelar. Beberapa sepupu yang masih tinggal pun menyambut Anindya.

Salah seorang sepupu mengambil alih Ardio dari tangan Anindya, mengatakan jika sang ibu ada di kamar dan belum ada makan apapun dari siang. Anindya juga menerima satu nampan berisi makanan dan air putih untuk ia bawa ke kamar sang ibu.

"Makan dulu, Bu." kata Anindya yang langsung disambut pelukan dan tangis sang ibu.

"Ayah, Nin. Ayah..." kata Ibu Anindya disela tangisnya.

"Iya, Bu. Anin disini untuk Ibu." Anindya menahan tangisnya sebisa mungkin.

Ia tak ingin sang ibu semakin terpuruk dengan dirinya yang ikut menangis. Dengan lembut ia mengusap punggung sang ibu, seolah menyalurkan kekuatan untuk orang tua satu-satunya kini.

"Ayah menyebut namamu sebelum menghembuskan nafas, Nin." kata Ibu Anindya setelah sedikit tenang.

"Ayah kangen sama Anindya ya, Bu."

"Kangen iya, tapi Ayah seperti mau mengatakan sesuatu, Nin! Tapi Ibu tidak tahu apa."

"Bagaimana Ibu tahu, Ayah mau mengatakan sesuatu?"

"Tangan Ayah seperti menunjuk sesuatu." kata Ibu Anindya dengan yakin.

Walapun Anindya tidak tahu pasti, ia tetap percaya dengan sang ibu dan mengatakan jika mungkin Ayahnya ingin berpamitan agar beliau tenang. Kemudian Anindya mengajak sang ibu untuk makan agar tetap memiliki tenaga untuk esok hari. Ibu Anindya mau makan jika Anindya juga menyuapkan ke dirinya. Anindya pun setuju, hingga satu piring makanan yang telah disiapkan sepupunya habis dimakan berdua.

Setelah makan, Ibu Anindya pun terlelap. Selain karena lelah, beliau juga masih belum sepenuhnya bisa menerima kepergian sang suami. Anindya yang mengerti perasaan sang ibu pun menepuk lembut pundak sang ibu dan merapikan selimut.

"Gimana?" tanya Budhe Anindya saat ia keluar dari kamar sang ibu.

"Ibu sudah tidur, Budhe."

"Kamu juga makan, kamu kan masih menyusui!"

"Sudah, Budhe. Ini tadi makan sama Ibu."

"Apa cukup?"

"Nanti kalau lapar, Anin makan lagi." jawab Anindya sambil tersenyum.

"Budhe ada lihat Mas Faris?" tanya Anindya kemudian.

"Tidak, Nin. Suamimu tadi datang setelah jenazah dimandikan. Setelah pemakaman, aku tak melihatnya lagi. Kalau mertua kamu baru saja pamitan sebelum kamu datang." Anindya mengangguk.

"Ardio mana, Budhe?"

"Ada di kamar, kamu susul sana. Kamu juga perlu istirahat." Anindya mengangguk dan meninggalkan Budhe yang bertanggungjawab atas acara tahlilan.

Dikamar, Anindya menemukan Ardio yang pulas diapit dengan dua guling. Pakaiannya sudah diganti dan wangi. Anindya pun mengganti pakaiannya dengan pakaian rumahan dan menyusul Ardio. Ia sudah tak ada tenaga untuk mencari suaminya, ia tak ingin semakin terpuruk jika saja jawaban suaminya tak sesuai dengan apa yang ia harapkan. Ia akan menghubunginya besok. Tubuhnya benar-benar lelah hingga tak butuh waktu lama, Anindya terlelap.

Di sisi lain.

Rani hanya diam melihat Faris mengemasi barangnya. Ia akan pulang ke rumah orang tuanya karena ia sedang marah atas sikap Rani yang mematikan dan menyembunyikan ponselnya hingga ia tak tahu kabar. Bahkan Faris tak tahu jika saat ini Anindya sudah ada di rumah.

"Mas, bisakah kamu tinggal?" tanya Rani saat Faris akan keluar dari rumah.

"Tidak."

"Aku juga istrimu, Mas!"

"Kamu memang istriku, tetapi harusnya kamu tahu prioritasku bukan hanya kamu!"

"Aku tak suka kamu lebih mementingkan Anindya."

"Anindya tak ada sangkut pautnya disini. Kamu yang setuju menjadi istri kedua, jadi kamu harus tanggung konsekuensi menjadi yang kedua. Aku sudah menyempatkan waktu berbagi denganmu, tetapi kamu justru membuat ulah!"

"Maafkan aku, Mas. Aku juga tidak tahu akan seperti ini!"

Tanpa memedulikan Rani, Faris meninggalkan rumah dan memacu motornya. Rani yang melihat kepergian Faris pun hanya bisa menangis. Ia menyesali perbuatannya yang mana membuat Faris marah padanya.

1
Ira
Thanks thor
Meymei: sama2 kak
total 1 replies
Ira
Hrsnya kasih aja anaknya biar dia rawat sendiri kok mau nenek nya di jadikan babysister
Meymei: kalau untuk nenek gak ada yg nama babysitter kak 😁
total 1 replies
Ira
Mantap.. Thanks thor
Meymei: lanjut kak.. 😁
total 1 replies
Ira
Semangat thor.. Ingin hidup faris pusing 7 keliling
Meymei: ditunggu ya kak..
total 1 replies
Ira
Thanks thor...
Aku ingin lihat rumah tangga penghianat ama pelakor ..
Meymei: hihihi sabar ya kak
total 1 replies
Susi Raghisa
c anin ko murahan banget sih,,katanya ga mau tp berhubungan badan diluar nikah diem bae..lebih parah dari c faris mantannya
Meymei: tergantung perspektif masing2 kak 🙏🏻
total 1 replies
Ais Galby
sebnrnya anak nya anin itu nama nya arka apa ardio thor maaf cuma nanya aja
Meymei: Ardio kak, Arka anak Rani,, maaf typo
total 1 replies
Lee Mba Young
Kl ada lelaki suruh di teras saja, krn statusmu janda, mulut tetangga kn pedes.
Dian Rahayu
lanjut thor
Dian Rahayu
kapan nih up ya 😊
Lee Mba Young
semoga faris di pecat dr kerjaannya kl pengangguran mana mau si Rani.
orang macam faris itu sembuhnya kl jd gembel atau penyakitan
Lee Mba Young
bagus lah cerai saja tu bukti pernikahan buat jeblosin Faris ke penjara biar jd pengangguran. kl dah pengangguran mana mau tu si Rani. kl perlu viral kan jng smp km hancur sendiri, kl hancur semua juga hrs hancur termasuk Faris dan Rani.
Lee Mba Young
anindya lemah sih 😂 ntar hamil lagi repot habis enak enak ma lakinya.
kl pintar pasti cari bukti bawa ke pengadilan biar kena hukuman tu si Faris.
Alisa Erlani
duh thor kpn terbongkar nya enak bener jdi paris itu celup sana celup sini jijik banget🤑
Meymei: sabar ya kak.. 🤭
total 1 replies
Okto Mulya D.
Faris parahhh
Okto Mulya D.
piye tha..malah melirik istri orang yakkk
Okto Mulya D.
gelooo...istri dilihat orang malah dianya yang nafsuuu
Okto Mulya D.
Suaminya cuek bebek..
Okto Mulya D.
hehhh Faris, istri dianggap barang mainan..parahhhh..kasihan tohh
Okto Mulya D.
Nasibmu Anindya...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!