Demi melindungi nyawa adiknya, Jazzy Hao mengasingkan diri di kota kecil dan rela menjadi menantu sampah di keluarga Lin.
Setiap harinya Jazzy Hao akan melakukan pekerjaan kasar di rumah seperti mencuci pakaian, memasak, mencuci piring, membeli sayur dan membersihkan lantai rumah.
Tiga setengah tahun lalu dia pergi meninggalkan keluarganya tanpa membawa sepeser uang pun.
Dalam keadaan seperti itu, dia bertemu lelaki tua yang mengetahui identitasnya dan membuat perjanjian untuk menikahi cucunya.
Lalu apa yang akan terjadi selanjutnya?
Apakah Jazzy Hao akan bertahan di keluarga Lin sebagai menantu sampah?
Simak terus keseruan cerita selanjutnya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon jazzy bold, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PEMBUKAAN KLINIK
Kota Beichan.!!
Hari Minggu, adalah hari dimana semua orang berlibur dan berkumpul dengan keluarga.
Biasanya setiap orang-orang di kota Beichan akan berkumpul di restoran atau Mall saat hari libur. Tapi, untuk hari ini, mereka semua berkumpul di jalan Yunhai.
Di perkirakan ada hampir 1000 orang yang berkumpul disini. Baik itu pria, wanita, tua, muda atau yang masih anak-anak, mereka rela berdesak-desakan disini.
Jika ada turis yang hadir, mungkin mereka akan berfikir di jalan Yunhai adalah tempat wisata, tapi nyatanya tidak ada tempat wisata apapun di jalan Yunhai.
Jalan Yunhai termasuk jalan yang sepi dan tidak banyak di lewati masyarakat, tapi untuk hari ini, hampir seluruh jalan Yunhai di padati masyarakat yang hadir.
Beberapa masyarakat yang tidak update berita juga bertanya-tanya apa yang sedang terjadi.
"Hei, apa yang terjadi disini? Apakah ada kasus kecelakaan?" Pengendara motor listrik bertanya pada salah satu kerumunan.
"Tidak tahu, tapi sepertinya itu kasus pembunuhan, sebab aku melihat banyak media dan banyak selebgram yang melakukan live." Seorang bibi yang membawa keranjang sayur berkata.
"Jangan sembarangan." Seorang remaja berkacamata berkata, "Saat ini, di jalan Yunhai ada klinik kesehatan gratis yang bernama Klinik kesehatan Juxing Corp."
"Yahh.. Hari ini adalah hari dimana pembukaan klinik kesehatan gratis milik perusahaan Juxing Corp. Tadi malam aku juga melihat berita nya di Instagram."
Wanita yang tampak sangat Trendy membenarkan pernyataan pemuda berkacamata.
"Apa itu perusahaan Juxing Corp, aku belum pernah mendengar?" Bibi yang membawa keranjang sayur berkata dengan bingung.
"Yah, nak, perusahaan apa itu Juxing Corp? kenapa mereka membuka klinik gratis?" Pengendara motor listrik nampak sedikit bingung juga bertanya.
Remaja itu membenarkan kacamatanya lalu berkata, "Juxing Corp adalah perusahaan yang menjual obat tulang keropos, dan baru-baru ini mereka meluncurkan produk baru, yaitu obat struk otak."
"Asal kalian tahu saja, baru-baru ini mereka bahkan menjual resep obat tulang keropos mereka agar bisa membuka klinik gratis seperti ini di berbagai negara Jiangnan."
"Apa.....??"
"Kau tidak bercanda bukan? Itu... Itu perusahaan raksasa di kota Hangzhou.?? Bisa-bisanya mereka mau mengobati orang-orang kecil dan miskin seperti kita, terutama di kota terpencil seperti Beichan."
Bibi yang membawa keranjang sayur, dan paman yang membawa motor listrik, merasa tidak percaya pada apa yang baru saja mereka dengar.
Gadis yang tampak Trendy itu berkata, "Benar, jika kalian tidak percaya maka kalian bisa menunggu beberapa saat lagi untuk mengambil nomor antrian."
Di sisi lain, di dalam klinik.
Pedro bersama beberapa orang lain, sedang menyampaikan pembukaan di depan media dan masyarakat yang hadir.
"Para masyarakat kota Beichan dan semua media yang hadir. Di saksikan oleh kalian semua, hari ini Klinik Juxing Corp resmi di buka."
Setelah berkata, Pedro langsung menggunting pita.
Dum! Dum! Dum!
Seiring dengan pita di gunting, kembang api juga ikut di nyalakan sebagai bentuk syukur pada dewa dan berharap dewa akan memberikan kesehatan bagi semua makhluk.
"Permisi, permisi, tolong selamatkan anakku."
Seorang pria dan wanita, yang nampaknya suami istri datang membawa balita yang penuh dengan darah. Mereka mencoba menerobos kerumunan yang padat demi bisa mengobati anaknya.
Dai Mubai yang dari awal berada di depan juga beraksi dengan cepat dan berkata, "Mohon berikan jalan, menyelamatkan orang adalah yang utama."
Dengan bantuan Dai Mubai, anak itu di bawa kedalam klinik.
"Gila, bukankah itu sudah di ambang kematian? Apa gunanya di bawa ke klinik kecil? Apa dia berfikir ada dewa di klinik itu?" Pemuda yang berjubah putih dengan rambut di sisir rapi mencibir.
Orang lain yang ada di samping merasa marah pada pemuda itu, kemudian dia langsung mengutuk.
"Bodoh, kau itu orang udik, mana mungkin tau kehebatan perusahaan Juxing Corp? Apa kau tau presiden misterius mereka menciptakan obat yang menentang kehendak langit?"
Seorang pria berkata dengan mata melotot.
"Hehe, jika anak itu bisa sembuh, aku akan memakan kotoran kalian semua." Pemuda berbaju putih berkata dengan percaya diri.
Menurutnya balita yang sudah berdarah di kepalanya tidak mungkin bisa di sembuhkan di rumah sakit besar, apa lagi disini hanya klinik kecil.
Beberapa orang juga sebenarnya berfikir sama dengan pemuda itu.
Secara medis, balita itu harus di operasi secepatnya, tapi bisa-bisanya di bawa kesini, padahal disini bukan untuk pasien dengan penyakit parah.
Di dalam klinik, Pedro juga menyadari bahwa kondisi anak ini sangat parah. Kepalanya terluka parah, lalu sudah kehabisan banyak darah akibat perjalanan.
"Tuan, selamatkan anakku, tolong selamatkan dia." Ibu anak itu sudah histeris.
"Aku akan mencoba yang terbaik, tapi kalian harus tau, kami cuma klinik kecil." Pedro berusaha menenangkan wanita itu.
. . .
Yang tidak mereka sadari, ada salah satu pria di antara kerumunan yang tampak mencibir. Kemudian dia berkata pada orang di sebelahnya, "Rekam terus apa yang terjadi, saat klinik ini tidak bisa menyembuhkan anak tadi, langsung sampaikan di media, bahwa mereka hanya penipu."
"Aku 95% yakin anak itu akan mati kehabisan darah." Orang itu berkata dengan dingin.
"Baik, aku juga akan melakukan siaran langsung jika anak itu gagal di selamatkan." Orang yang memegang kamera menjawab datar.
. . .