" Akh Sakit, lepaskan tanganku pak. "
" Diam! dan jangan pernah memanggil saya dengan sebutan pak karena saya tidak pernah menikah dengan ibumu."
Gadis itu bungkam mendengar bentakan dari pria dewasa yang kini sedang menyeret nya dengan kasar menuju sebuah ruangan bawah tanah yang terlihat gelap dan amat menyeramkan. di ruangan tersebut hanya terdapat sebuah sel dan satu meja lengkap dengan dua kursi yang terlihat usang. Pria itu melempar gadis tersebut ke dalam sel tahan dengan kasar hingga sang gadis jatuh tersungkur kemudian mengunci sel tahanan dari luar.
" Aaaaa... " gadis itu berteriak karena di dalam sel tahanan itu banyak sekali kecoa dan tikus.
" Aaaaaa... lepaskan saya pak, tolong."
Sementara sang pria hanya tersenyum puas sambil memainkan kunci gembok yang ada di tangannya.
" Mengapa anda tega terhadap gadis kecil yang tidak berdosa seperti saya. "
" Hahaha... tidak berdosa katamu? justru semua ini terjadi karena dosa yang telah kau lakukan."
Dosa apakah??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lindasarie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kembali
Sinar matahari pagi menerobos jendela hingga masuk ke salah satu kamar yang ada di sebuah villa pribadi. Sinar matahari itu mengusik tidur seorang gadis karena silau menerpa wajah cantiknya.
Gadis itu yang tak lain adalah Daisy. Daisy mulai membuka matanya namun sedikit menyipit. Ia merasakan ada beban berat yang menimpa tubuh mungilnya akan tetapi ia belum menyadari keadaan di sampingnya.
Daisy mulai meraba sesuatu yang melingkar di perutnya. Dan Daisy seketika tersadar karena yang ia raba adalah tangan kekar seorang pria. Sontak saja Daisy bangun dan terduduk, dan pergerakan Daisy pun membangunkan Pria tersebut yang tak lain adalah Abrisam.
Abrisam pun tak kalah kaget sebab ia keduluan bangun oleh Daisy, pasalnya ia berniat akan bangun lebih cepat dan segera keluar dari kamar itu sebelum Daisy terbangun. Akan tetapi mungkin karena terlalu lelah jadi Sam tidur dengan sangat pulas.
Untuk beberapa menit mereka terpaku. Setelah sadar Daisy segera menarik selimut dan menutupi tubuhnya. Sangat terlihat jika Daisy ketakutan melihat Sam kembali dan bahkan satu ranjang dengan nya. Masih terekam jelas bagaimana Sam menid*ri nya dengan kasar. Dan Daisy semakin ketakutan kala Sam semakin mendekatinya.
" Jangan mendekat! " Daisy mulai gemetar
Sementara Sam berusaha meraih tangan Daisy
akan tetapi Daisy justru menepisnya.
" Pergi! pergi dari sini! " Daisy masih ketakutan.
Namun tanpa di duga Sam malah menarik tubuh Daisy kedalam pelukannya. Daisy semakin meronta dan memukul mukul dada Sam. Akan tetapi Sam semakin mengeratkan pelukannya.
" Lepasin brengs*k! " Daisy terus meronta dan memukul mukul Sam.
" Bibi...tolong...bibiii...." Daisy berteriak teriak memanggil bi Ina. Namun percuma saja sebab kamar itu di lengkapi peredam suara.
" Ssssssttt...Kalau masih berteriak dan meronta, aku akan mengulangi kejadian tempo hari " Sam berusaha menghentikan Daisy dengan mengancamnya. Apa tidak ada cara lain selain mengancam tuan Sam? hehe..
Dan hal itu membuat Daisy menghentikan teriakannya dan mulai tenang dalam pelukan Sam, meskipun rasa takut masih menyelimutinya.
Sam mengusap lembut kepala Daisy dan berbisik dengan nada tak kalah lembut " Biarkan seperti ini sebentar saja, aku merindukanmu "
Daisy hanya diam, namun tak bisa di pungkiri ia merasa heran karena mendengar kata rindu dari Sam dan tumben pria itu berbicara dengan lembut padanya. Akan tetapi Daisy tidak peduli.
" Maaf " kata itu yang kembali keluar dari bibir Sam dengan masih membelai lembut kepala Daisy. Sementara Daisy masih tetap diam belum mengeluarkan sepatah kata pun.
Sam mengurai pelukannya dan kini ia menangkup wajah Daisy sementara Daisy berusaha memalingkan wajahnya enggan menatap Sam.
" Kenapa tidak mau makan Hem? Apa tidak suka makanannya? " Sam berbicara dengan nada lembut.
" Aku mau pulang! " Daisy menjawab dengan memalingkan wajahnya. Jujur saja ia masih merasa takut bertatap muka dengan Sam karena selalu terbayang raut ganas Sam tempo hari.
Sam menghela nafas " Baiklah, aku akan mengantarmu pulang "
Mendengar hal itu Daisy langsung menoleh dan menatap Sam.
" Apa tadi yang anda katakan? " Daisy berusaha meyakinkan pendengarannya.
" Aku tidak akan mengulangi kata kataku jika kamu masih memanggilku dengan sebutan anda " Sam tidak ingin mendengar Daisy memanggil nya dengan sebutan anda karena menurut Sam itu tidak enak di dengar.
Daisy menghela nafas dan mengulang pertanyaannya " Apa tadi yang k..kamu katakan? "
Sam tersenyum senang " Aku akan mengantarmu pulang sesuai permintaanmu " Sam pun mengulang kata katanya.
" Benarkah? " terlihat binar bahagia dari sorot mata peri cantiknya Abrisam itu.
" Ya. Tapi sebelum pulang kita sarapan bersama dulu, bagaimana? " Sam mengajak Daisy sarapan sebelum mengantarnya pulang.
" Baiklah " Daisy pun menerima tawaran Sam toh hanya sarapan. Yang penting ia bisa segera pulang dan berkumpul kembali dengan mama nya.
" Sekarang kamu mandi dan bersiap, aku akan mandi di kamar lain " Sam mengecup kening Daisy sebelum ia beranjak keluar kamar itu untuk membersihkan diri di kamar lain.
Lagi lagi Daisy terpaku dengan perlakuan Sam yang tiba tiba lembut padanya. Sangat berubah 180° dari sebelumnya.
Namun Daisy berusaha menepis lamunannya dan segera bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diri, karena ia sudah tidak sabar untuk bertemu kembali dengan mama nya.
Saat ini Sam dan Daisy sedang duduk di meja makan yang ada di villa pribadi itu. Tidak ada obrolan di antara mereka dan Daisy yang biasanya banyak bicara kini hanya diam, dan kecanggungan pun kini terasa di antara keduanya mengingat kejadian yang sudah mereka alami.
Selama makan, Daisy terus menundukkan wajahnya enggan menatap Sam. Sementara Sam terlihat curi curi pandang terhadap peri cantiknya.
Selesai makan, Sam menepati janjinya untuk mengantar Daisy kembali kepada kehidupannya. Sam merasa sudah sangat keterlaluan, padahal Daisy tidak salah sama sekali. Sam merutuki kebodohannya karena baru mengetahui yang sebenarnya setelah semua nya terjadi.
***
" Dinda...Dinda " terdengar teriakan pria paruh baya yang memasuki rumah mama Dinda begitu saja.
Mama Dinda yang sedang berada di kamar nya pun di kagetkan dengan teriakan tersebut.
Dan benar saja, pria paruh baya yang tak lain adalah pak Bramantyo ayahnya Daisy itu kini telah memasuki kamar mama Dinda.
" Kamu ini benar benar tidak mempunyai sopan santun! Berteriak-teriak di rumah orang " Mama Dinda menatap sinis kepada mantan suaminya yang kini sudah ada di hadapannya.
" Sudah hampir satu bulan anak buahku tidak bisa menemukan Sisy. " Pak Bramantyo terlihat frustasi.
" Cih... mana kesombongan mu yang sering kau banggakan? Sebagai ayah yang seharusnya melindungi anak gadisnya tapi kau malah selalu mengikuti keegoisanmu hingga kita kehilangan keduanya " Mama Dinda mengungkapkan isi hatinya.
" Jangan banyak bicara! bilang saja bahwa kau tidak becus mengurus anak " Pak Bramantyo pun tak mau kalah dan terus saja menyalahkan mama Dinda.
" Pak Bramantyo yang terhormat! Jika anda kemari hanya untuk menyalahkan dan memaki maki lebih baik anda keluar! " Mama Dinda berbicara dengan nada tegas namun terlihat jelas raut kesedihan yang begitu kentara.
Pak Bramantyo tersenyum sinis " Tanpa kau suruh pun aku akan keluar. Oh ya, aku menyesal pernah menikah denganmu Dinda! "
" Mama.. Papa.. "
Sontak saja pak Bramantyo dan Mama Dinda menoleh ke arah sumber suara. Disana terlihat Daisy tengah berdiri mematung di pintu sambil menitikkan air mata menyaksikan mama dan papa nya selalu saja saling menyalahkan.
" D... Daisy " Ucap pak Bramantyo dan Mama Dinda secara bersamaan.
Selamat malam semuanya 🤗
Ada yang mau visual Daisy sama Sam ngga nich? kalau mau komen yaa... Kalo kalian komen 'mau' insyaallah othor akan update versi othor yaaa💃