Kiss Me

Stela memanggil pelayan untuk memesan makanan, dia melihat-lihat menu lalu menyebutkan menu-menu yang dia inginkan. “Dan satu lagi, tolong buatkan secangkir kopi.” Ucap Stela pada pelayan itu lalu memberikan menu tadi ke pada pelayan itu, lalu dia menatap Arsen. “Kamu pasti belum minum kopi hari ini.” Ucap Stela sambil tersenyum lebar tanpa memperdulikan Anya yang kini sudah kebakaran jenggot.

Stela sengaja ingin memperlihatkan betapa dekatnya dirinya dengan Arsen, dia bahkan sampai tersenyum puas saat melihat Anya merengut.

Arsen hanya diam, jika dulu mungkin dia akan menurut semua keinginan Stela bahkan dia menyukai apapun yang Stela suka. Namun kali ini…

“Tidak perlu kopi, tolong buatkan lemon tea hangat saja.” Ucap Anya pada pelayan itu, lalu ia tersenyum lebar pada suaminya tanpa memperdulikan sosok Stela yang ada di depan mereka. “Sejak SMP Kak Arsen tidak bisa minum kopi, Bunda juga ngelarang karena Kak Arsen sering kali pusing kalau minum kopi.” Ucap Anya sambil memeluk lengan suaminya dan bersikap manja di depan Stela.

Stela mengernyit, sejak kapan Arsen menyukai lemon tea, setau dirinya Arsen selalu minum kopi bersama dengannya. Walaupun, Arsen nyaris tidak pernah menghabiskan kopi itu, walaupun satu dua kali seruput, bukan kah pria itu menyukai kopi yang sama dengannya, pikir Stela.

“Gulanya satu sendok saja, lemonya jangan terlalu banyak.” Ucap Anya dan Arsen berbarengan, hal itu semakin memperkuat jika ucapan Anya benar.

Lagi-lagi Anya mengetahui apa yang Arsen suka, Arsen sendiri bahkan sampai bingung bagaimana dia tau kebiasannya.

“Baik, Tuan.” Ucap pelayan itu, lalu dia undur diri.

Walau Arsen sangat ingin tau bagaimana bisa Anya tau minuman kesukannya, Arsen lebih memilih mengurungkan niatnya untuk bertanya.

“Saking bencinya dulu, aku sampai hapal semua hal tentang Kak Arsen. Rupannya gak sia-sia aku memperhatikannya dari dulu.” Gumam Anya dalam hati.

Stela semakin di buat kesal oleh Anya, dia juga sedikit kesal pada Arsen karena tidak menyalahkan apa yang di ucapkan Anya. Sudah jelas kalau selama ini apa yang Stela suka pasti Arsen menyukainya.

Namun tiba-tiba Stela terdiam, mengingat beberapa adegan di masa lalu. Arsen selalu menjawab “Terserah atau apa saja.” Saat Stela bertanya mau pilih menu apa.

Deg.

“Apa selama ini Arsen memakan apa yang aku suka karena demi diriku?” Tanya Stela dalam hati, seketika hatinya terasa nyeri saat baru menyadari hal itu.

“Ah, aku baru inget. Apa Kak Stela adalah sahabat Kak Arsen sejak SMA?” Tanya Anya sambil menatap Arsen dan Stela bergantian. “Sayang sekali Kak Stela gak pernah di ajak ke rumah Bunda, kalau Kakak sering di ajak ke sana mungkin kita bisa kenal sejak dulu.” Ucap Anya dengan sengaja, Arsen bingung bagaimana Anya tahu jika Stela sahabatnya.

Sementara Stela mengepalkan kedua tanganya kesal karena rupannya wanita bernama Anya itu sudah ada di hidup Arsen sejak lama, lalu wanita itu sudah lebih lama dekat dengan keluarganya. Dadanya terasa sakit, rasa irinya mulai memanas bagaiaman bisa dia yang sudah lama bersahabat dengan Arsen sama sekali tidak tau kehidupan pribadi Arsen seperti apa.

“Tidak masalah, kita bisa mulai dekat dari sekarang ia kan sayang?” Tanya Anya sambil melingkarkan kedua tangan Anya di perut suaminya, Arsen mengangguk lalu mengelus kepala Anya lalu tanganya menyentuh pundak polos Anya.

Stela semakin di buat kesal karena Arsen tidak pernah membalas pelukannya, Stela kira Arsen tidak pernah membalas pelukannya karena peia itu menghormati dirinya yang memiliki suami, namun dengan tidak menolak pelukannya Stela pikir Arsen menyukainya dan menginginkan dirinya dengan begitu Stela bisa tetap kembali pada pria ini, pikirnya.

“Arsen…” panggil Stela, Arsen pun menatap pada Stela.

“Kenapa Stel—“

“Aku harap, perhatianmu dan sikapmu gak berubah padaku Arsen walau kamu sudah punya istri. Aku masih sangat membutuhkan mu Arsen. Aku harap kamu selalu ada untukku seperti dan selalu di sisiku seperti apa yang kamu lakukan selama ini. Aku pulang dulu sampai ketemu di jakarta.” Ucap Stela, seketika pelukan Anya mengendur begitu saja.

Stela pergi meninggalkan Anya yang di buat kesal olehnya, sementara Anya kini berdiri tanpa menoleh ke arah Arsen dan pergi begitu saja.

“Anya.” Panggil Arsen, namun saat ia hendak pergi menyusul Anya. Arsen tertahan karena pelayan itu datang memberi pesananya, denagn segera ia menyodorkan beberapa lembar berwarna merah dan segera pergi menyusul istrinya.

“Ya ampun, apa ini kenapa pipiku basah?” Gerutu Naya sambil menyeka pipinya, ia segera mengikat rambutnya. “Biarin aja kalo aku mau ikat rambut emang nya kenapa? Dia mau marah? Marah aja!” Gerutu Anya kesal, dia berjalan entah kemana denagn hati yang terluka.

“Anya gak kesal, Anya kuat.” Ucap Anya sambil berjalan dengan cepat dengan tangan yang mengelus-elus kepalanya berusaha menenangkan dirinya sendiri.

Anya berjalan ke pinggir pantai, sambil menyeka air matanya yang terus mengalir.

“Anya tunggu.” Tahan Arsen, Arsen menarik tangan Anya hingga wanita itu menghadap ke arahnya.

“Apa kenapa? Kamu mau bilang kalau itu wanita yang kamu cintai? Mau bilang kalau kamu gak bisa hidup tanpa dia? Lalu kenapa kamu tadi malam—“ Anya terisak dengan dada yang nyeri, ia tak bisa melanjutkan ucapannya.

Arsen segera memeluk Anya dengan erat, mencium pucuk kepala istrinya dan mengelus punggung wanitanya agar jauh lebih tenang. Namun apa Anya malah semakin terisak, terpihat jelas jika wanita itu terlihat terluka.

“Kamu jahat! Kalau kamu mencintai wanita lain, kenapa kamu melakukan itu denganku!” Pekik Anya sambil memukul-mukul dada bidang Arsen.

Arsen berusaha menarik wajah Anaya agar menatapnya, namun wanita itu meronta.

“Anya dengarkan aku dulu.” Pinta Arsen dengan nada lembut.

Namun Anya terus memalingkan wajahnya bahkan matanya tertutup guna menghindari tatapan mata suaminya.

“Kalau semalam kita tidak bercinta, mungkin kita masih bisa cerai dan kembali hidup seperti sebelumnya.”

Deg!

Di sela-sela isak tangisnya Anya mengeluarkan kata-kata yang membuat Arsen marah.

Seketika Arsen mencengkram kuat kedua pergelangan Anya. “Jangan pernah bicara soal perceraian!” Ucap Arsen dengan tegas dan terkesan dingin, bahkan pria itu kini mengeraskan rahangnya menahan amarah.

Arsen langsung mengangkat tubuh Anya begitu saja, jika di teruskan sudah pasti Arsen akan lebih marah dari ini karena itu Arsen lebih memilih membawa kembali ke dalam hotel.

“Diam! Atau aku akan menciumu di depan umum dan meneranjangimu seperti semalam?!” Tegas Arsen karena Anya terus berintak, seketika Anya pun dia di dalam gendongan Arsen.

.

To be continued…