Darson Rodriquez seorang gangster yang menculik Gracia Vanessa, dan dijadikan sebagai pemuas ranjang selama tiga hari. Gracia yang dijual ibu tirinya harus menerima penderitaan yang tiada akhir.
Bagaimana Gracia bisa terlepas dari genggaman Darson yang berniat menjadikan dirinya sebagai simpanan? bukan tanpa sebab bos gangster tersebut sengaja gadis itu berada di sisinya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon linda huang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menikah Besok!
"Siapa yang berbohong aku bukannya tidak tahu, Zanella, lebih baik jaga sikapmu. Jangan sampai terulang lagi!" kecam Darson dengan tatapan tajam, wajahnya memerah dengan amarah yang tertahan.
"Seret dia keluar, pukul sebanyak 20 kali, dan usir!" Perintah Darson pada anggotanya tanpa ragu.
"Siap, Bos," jawab anggotanya serentak yang menyeret Rico keluad dari sana.
"Terima kasih, Bos!" ucap Rico yang merasa sedikit lega, setidaknya sepuluh jarinya masih aman meski hatinya masih berdebar-debar.
Darson kemudian menarik tangan Gracia dengan kasar dan membawanya menuju kamar. Ia menutup pintu dengan keras dan menguncinya dari dalam, menciptakan suasana yang semakin mencekam.
"Aku tidak ingin tinggal di sini. Setelah malam ini, tidak tahu rencana apa lagi yang akan dilakukan istrimu," ujar Gracia dengan nada putus asa.
"Bukankah kau bisa mengatasinya? Untuk apa harus takut?" tanya Darson sambil melepaskan dasi dan jasnya dengan gerakan yang tegas. Tatapannya tetap tajam, seolah menembus jiwanya.
"Darson, aku tidak ingin menjadi korban dalam rumah tangga kalian. Jangan melibatkan aku!" jawab Gracia dengan suara yang bergetar.
"Hari ini kau kemana saja?" tanya Darson, menyelidik.
"Jalan-jalan! Untuk apa kau bertanya?" tanya Gracia dengan defensif.
"Keluarkan!" perintah Darson dengan nada memerintah.
"Keluarkan apa?" tanya Gracia dengan heran, mengernyitkan dahinya.
Darson dengan cepat menghampiri meja di samping kasur, mengambil tas wanita itu, dan tanpa ampun menuangkan semua isi dalamnya ke atas ranjang.
"Hei, apa yang kau lakukan? Kenapa bongkar tas aku?" tanya Gracia dengan kesal, mencoba merebut barang-barangnya.
Darson menemukan sebuah kotak obat dan mengangkatnya tinggi-tinggi. "Obat untuk pencegah kehamilan? Berani sekali kau membelinya diam-diam," ujarnya dengan tatapan penuh kemarahan.
"Apakah aku harus begitu bodoh hamil anakmu? Kamu bukan suamiku dan hanya pria selingkuhan," jawab Gracia dengan kesal, matanya berkobar marah.
Darson mencubit dagunya dengan erat, menyebabkan Gracia meringis kesakitan.
"Lepaskan!" pinta Gracia dengan suara penuh penderitaan.
"Apa kau sudah lupa, kalau aku akan membayarmu? Berani sekali kau menolak permintaanku!" ketus Darson, mendekatkan wajahnya dengan penuh intimidasi.
"Tidak masuk akal! Kalau kau menginginkan anak, seharusnya cari wanita lain. Aku tidak ingin hamil sebelum menikah. Menjadi simpananmu saja aku sudah malu. Apalagi harus melahirkan anakmu," jawab Gracia dengan tegas, mendorong pria itu menjauh darinya, matanya berkaca-kaca dengan campuran ketakutan dan keteguhan.
"Kau tidak layak menolak permintaanku. Jangan lupa, aku akan membayarmu jumlah yang lebih banyak dari sebelumnya," kata Darson sambil membuka kancing kemejanya satu per satu, matanya tidak lepas dari Gracia yang berdiri dengan wajah memerah marah.
"Aku tidak mau! Lebih baik kamu cari yang lain saja. Kalau sampai aku harus melahirkan anakmu, aku tidak sudi. Aku belum menikah dan tidak mau memiliki anak," jawab Gracia dengan tegas, suaranya bergetar antara marah dan takut.
"Kalau hanya menikah masalahnya, kita menikah saja besok," ujar Darson dengan nada datar, seolah-olah menikah adalah solusi mudah.
"Menikah? Apakah kau sedang bercanda denganku? Menikah asal-asalan dan tanpa cinta itu tidak akan bahagia," jawab Gracia dengan kesal, matanya berkobar dengan kemarahan yang sulit ditahan.
"Cinta? Kau sendiri saja tidak mengerti cinta. Apakah kau mengira masih layak menyebut kata cinta di depanku," ujar Darson dengan dingin, melepaskan kemejanya dan melemparkannya ke lantai.
"Aku tidak akan sudi menikah dengan seorang pria yang rumah tangganya hancur berantakan. Dengan istri pertama saja kau tidak bisa mengurusnya. Aku tidak ingin menjadi mesin untuk melahirkan anakmu," jawab Gracia, bergerak cepat menghampiri pintu dengan niat meninggalkan kamar itu.
Namun, Darson dengan sigap menarik lengannya dan mendorongnya ke atas kasur dengan kasar. Tubuh Gracia terhempas ke atas kasur, membuat napasnya tercekat.
"Jangan berpikir kau bisa menolakku," ujar Darson dengan suara rendah yang berbahaya, menekan tubuh Gracia ke bawah. Ia menahan kedua tangan Gracia di atas kepala, mencium lehernya dengan penuh nafsu.
"Jangan! Aku tidak sudi!" teriak Gracia, suaranya bergetar dengan campuran ketakutan dan kemarahan.
"Malam ini aku akan membuatmu hamil," ucap Darson dengan nada penuh tekad, menahan wajah Gracia dengan erat dan mencium bibirnya dengan dalam.
Ciumannya penuh dengan dominasi dan keinginan yang memaksa, membuat Gracia merasa terjebak dalam situasi yang tidak bisa ia hindari. Sensasi bibir Darson yang kasar dan penuh gairah membuat tubuh Gracia bergetar, meskipun hatinya berontak.
Gracia mencoba melawan, tubuhnya bergerak gelisah di bawah Darson. Namun, kekuatannya tidak sebanding dengan pria itu. Darson terus menekan tubuhnya, membuat Gracia semakin terpuruk dalam perasaan ketidakberdayaan. Tekanan tangan Darson di pergelangan tangannya semakin kuat, seolah menegaskan bahwa ia tidak akan membiarkan Gracia pergi begitu saja.
Gracia bisa merasakan detak jantung Darson yang cepat melalui sentuhan kulit mereka, semakin membuatnya merasa tercekik oleh situasi yang mendominasi ini. Ciuman Darson semakin dalam, semakin memaksa, meninggalkan Gracia tanpa pilihan selain menerima kenyataan pahit yang harus ia hadapi malam ini.
Darson melepas pakaiannya sendiri dengan cepat, memperlihatkan tubuhnya yang berotot. Dia menekan tubuhnya ke tubuh Gracia yang kini hampir telanj4ng, merasakan panas tubuhnya. Gracia berusaha berontak, tetapi Darson lebih kuat.
Dengan satu tangan masih menahan kedua tangan Gracia di atas kepala, tangan lainnya bergerak ke pinggangnya, meraba kulit halusnya. Dia mencium leher Gracia lebih dalam, membuat wanita itu terengah-engah.
Bibir Darson berpindah ke dad*nya, mencium dan menjilat lembut, sebelum menggigit dengan pelan, menimbulkan desah4n dari Gracia yang bercampur dengan ketakutan dan gair4h yang terpendam.
Darson menghentikan ciumannya sejenak, menatap mata Gracia dengan intens. "Kau tidak akan bisa menolakku," bisiknya dengan suara serak, sebelum melanjutkan dengan mencium bibirnya dengan kasar, lidahnya memaksa masuk ke dalam mulut Gracia.
Sementara itu, tangan Darson yang bebas mulai menjelajah tubuh Gracia yang gemetar, merasakan setiap lekuk tubuhnya. Gracia mencoba melawan, tetapi tubuhnya berkhianat, mulai merespon sentuhan Darson. Rasanya seperti api yang membakar, tak terelakkan.
Tangan Darson meremas pinggul Gracia, menariknya lebih dekat. Dia bisa merasakan detak jantungnya yang cepat, mengetahui bahwa Gracia berada di ambang menyerah pada keinginan yang membara di antara mereka. Tanpa banyak bicara, Darson menundukkan kepalanya, mengambil put*ng Gracia ke dalam mulutnya, menghis4p dan menjil4t, sementara tangannya yang lain bergerak lebih rendah, semakin intim.
Gracia mengerang, tak mampu menahan campuran rasa sakit dan kenikmatan yang diberikan Darson. Suara napas berat mereka memenuhi ruangan, dan hanya ada mereka berdua, tenggelam dalam badai hasr*t yang tak tertahankan.