Aura tiba-tiba harus menikah dengan laki-laki yang selama ini dia cintai dalam diam. Namun sayangnya pernikahan itu hanya dianggap sebagai ajang pembalasan dendam oleh Arga lelaki yang terpaksa menjadikan Aura sebagai pengantin pengganti, karena kepergian Sheila calon istrinya sekaligus sahabat Aura yang memilih pergi bersama cinta pertamanya dan meninggalkan Arga tepat dihari pernikahannya, sehingga Arga terpaksa memilih Aura untuk menggantikannya.
Penasaran dengan ceritanya langsung aja kita baca ...
Yuk ramaikan....
Update setiap hari...
Sebelum lanjut membaca jangan lupa follow, subscribe, like, gift ,vote and komen ya...
Buat yang sudah baca , lanjut terus. Jangan nunggu tamat dulu baru lanjut, dan buat yang belum ayo buruan merapat dan langsung aja ke cerita nya, bacanya yang beruntun ya, jangan loncat atau skip bab....
Selamat membaca ....
Semoga kalian suka dengan cerita nya....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mbak Ainun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20
Arga pun tahu jika Aura tidak berbohong , karena dia sudah memeriksa seluruh isi HP istrinya itu, tidak ada yang mencurigakan dan membuatnya marah , kecuali sebuah nama yang masih disimpan Aura karena mereka bersahabat . Belum ada yang berubah di sana, tidak ada komunikasi terbaru dalam bentuk apapun.
Namun, insting tajam Arga yang sangat jarang melesat , berfirasat bahwa tidak lama lagi akan terjadi sesuatu yang buruk dan pada saat itu menjadi kenyataan, maka dia bisa melampiaskan dendamnya atas kebohongan dan penghianatan yang sudah dilakukan terhadap dirinya.
Aura mengerjap seketika saat merasakan pinggangnya di tekan dengan lebih kuat dari sebelumnya. Bahkan, bagian dada yang terhimpit ikut terasa sakit dan karena Arga juga menekan punggungnya lebih keras.
"Sakit, Mas!" ucapnya lirih.
Sontak dia menjerit dengan tertahan matanya terpejam dengan wajah meringis kesakitan, karena ucapannya tidak digugah dan dadanya semakin tertekan hingga dirinya kesulitan untuk bernafas dengan lepas . Kedua tangannya juga sudah lepas kendali meremas bahu Arga dengan kencang , hingga dia tidak menyadari jika lelaki itu sudah menyeringai dengan tatapan penuh dendam yang mengkilat.
Meluapkan emosinya yang sudah naik ke ubun-ubun karena teringat lagi tentang calon istrinya yang pergi bersama lelaki lain, Arga memanfaatkan situasi untuk melepaskan rasa sesak yang ingin meledak dengan kembali memaksakan kehendaknya pada wanita yang sudah dinikahinya itu.
"Ampun, Mas!"
"Dengarkan aku!" Aura yang masih menangis hanya bisa mengangguk sembari menahan rasa perih di sudut bibirnya yang terluka dan mengeluarkan darah segar .
"Jangan pernah menyembunyikan apapun dari ku!"
"Baik tentang wanita penghianat itu yang masih kamu anggap sahabat, ataupun tentang orang lain siapapun itu yang berhubungan dengan dirimu!"
"Jangan pernah bermain api dan menyulut amarahku dengan sikapmu yang sok baik kepada semua orang! Kamu adalah milikku dan tidak akan kubiarkan seorang pun mendekatimu dengan maksud tertentu!"
"Ingat! aku selalu mengawasimu di manapun kamu berada!"
Setelah menegaskan sikapnya dengan peringatan seperti biasanya, Arga menyudahi ancamannya. Akan tetapi aksinya tidak berhenti begitu saja , dalam hitungan detik, pakaian Aura sudah terlepas dari badan, lalu lelaki itu mulai memuaskan hasratnya yang sudah ditahan sejak siang tadi di ruang kerja.
Aura pun hanya pasrah dan tidak berontak ketika tubuhnya terasa melayang karena sudah diangkat dan dipindahkan ke atas ranjang lalu dihempaskan ke atas kasur yang sudah menjadi saksi bisu kegilaan Arga yang kembali ingin memuaskan hasratnya yang sudah berada di ujung gairah.
Tanpa disadari karena selalu mengedepankan dendam . Jauh di sudut sanubarinya Arga tidak memahami apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya hari ini . Fikiran nya selalu terpusat pada rasa sakit hati yang ingin dibalaskan melalui sosok wanita bertubuh indah yang selalu terbaring lemah di depan mata.
Malam ini, lelaki itu melampiaskan sesuatu yang lain yang belum dimengerti oleh hatinya yang masih berselimut dendam membara . Sambil terus menjamah tubuh Aura yang selalu membakar gairah, alam bawah sadarnya tengah membayangkan kedekatan Aura dengan lelaki lainnya yang terlihat oleh penglihatan nya yang tajam dan kini sudah berkilat amarah.
Keesokan harinya , Aura yang sudah berpakaian kerja rapi dan siap untuk berangkat bersama suaminya, kembali mengenakan masker di wajahnya. Bukan hanya sekedar untuk menutupi luka di bibirnya yang sudah sepenuhnya kering melainkan juga bertujuan untuk menghindari kemarahan dan kesalahpahaman Arga seperti yang terjadi kemarin kemarin.
"Kita berangkat sekarang, Mas?"
Aura pun menghampiri suaminya yang masih sibuk di depan meja kerjanya. Setelah menghabiskan sarapan hari ini dilakukan di dalam kamar, Arga tampak serius mengerjakan sesuatu dengan cepat . Ucapan istrinya mungkin terdengar, tapi tidak di tanggapi sama sekali.
Wanita itu diam di tempatnya berdiri , menunggu saja tanpa ingin menganggu lagi . lalu dia menunduk dan memeriksa HP yang terus dipegang di tangannya. Untuk melihat pemberitahuan yang mungkin terlewatkan olehnya.
Aura mengernyitkan keningnya, saat tiba di atas layar muncul pesan baru dari nomor tak dikenal yang tidak tersimpan di dalam daftar kontak . Aura ingin mengabaikan nya saja, tapi dia merasa penasaran saat tanpa sengaja membaca sebagian isi pesan yang menyebutkan sebuah nama yang membuat hatinya merasa tidak nyaman .
_"Kebahagiaanmu tidak akan berlangsung lama, ingat itu !"_
Karena tidak ingin suaminya mengetahui dan urusannya menjadi panjang, Aura pun lekas ingin menghapus pesan tersebut akan tetapi, baru saja dia membuka halaman pesan bernomor asing itu untuk menghilangkan jejak dengan segera. Satu buah pesan kembali diterima menyusul pesan yang sudah dibaca sebelumnya .
"Arga tidak pernah menyukai wanita sok suci seperti mu yang berpenampilan sok baik."
Aura pun menegang seketika setelah membaca pesan yang sangat mengejutkan dirinya. Lebih-lebih hatinya yang tiba-tiba merasakan sakit yang menusuk hingga ke hingga ke yang paling terdalam. Tangannya meremas alat komunikasi yang layarnya masih menyala terang . Tapi pikiran nya berubah gelap setelah membaca pesan yang tidak diketahui siapa pengirimnya.
Pikiran Aura mulai goyah . Tidak percaya, tapi kata-kata yang ditulis dalam pesan tersebut begitu meyakinkan seakan-akan siapapun orang itu, sudah lama mengenal Arga dan mengetahui tentang dirinya luar dalam.
"Kita berangkat sekarang!"
Karena terlalu kaget dan masih berdiri tegang di tempatnya, Aura pun tidak menyadari jika suaminya sudah menyelesaikan pekerjaan nya, yang berdiri memperhatikan dirinya. Beruntung, Arga tidak melihat ke arah bawah di mana pandangan wanita itu masih tertuju pada handphone miliknya.
Sebelum Aura mengangkat dan menunjukkan wajah, dengan cepat dia menghapus semua pesan dari satu nomor yang membuat hatinya berubah gundah dan gelisah . Karena dirasa sudah aman tidak membuat curiga Aura pun membalas tatapan suaminya disertai senyuman yang tersembunyi di balik masker yang digunakannya. Hanya bentuk matanya yang menjepit dan gerakan di kedua pipinya yang menunjukkan jika dia sedang merekahkan senyuman.
"Sebentar , Mas!"
Aura mencoba mengalihkan perhatian suaminya dengan cara mendekat lalu merapikan dasi dan jas yang sudah dikenakan Arga. Handpone nya dimasukkan ke dalam tas bersamaan saat dirinya menghampiri suaminya.
"Sudah , Mas." Aura pun menarik tangannya, tapi Arga menahannya untuk diperhatikan .
"Mengapa tanganmu berkeringat? Apakah kamu takut atau panik karena menyembunyikan sesuatu dariku?"
"Tidak, Mas!" Aura pun terpaksa berbohong meski jantungnya jelek-jelas masih berdegup kencang karena takut ketahuan.
Ternyata, Arga memperhatikan gerak-geriknya walaupun hanya diam saja . Lelaki itu tidak berpindah dari posisinya meski dirinya sudah siap dan harus segera berangkat ke kantor untuk bekerja.
"Berikan HPmu!"
Aura pun pasrah dan patuh , mengeluarkan kembali handphone miliknya itu dan membuka kunci layar sebelum diserahkan pada suaminya . Sejauh ini, Arga belum pernah menanyakan kode keamanan tersebut dan masih meminta Aura membukanya sendiri lebih dulu.
****************