Hanum: Dia bukan idiot, dia makhluk spesial yang di hadirkan Allah dalam hidupku, dan tidak ada yang boleh menghina suamiku.
Begitulah perkataan yang di lontarkan orang-orang terhadap Samuel. Pria Dewasa yang sejak kecil selalu di hina idiot oleh orang-orang. Dokter mengatakan jika Samuel Autism dari lahir. Namun Hanum yakin, jika suaminya pasti sembuh suatu saat nanti atas kehendak Allah. Walaupun ia di katakan autism, Samuel adalah pemuda yang sangat pintar. Dan Hanum tidak pernah terima jika ada yang merendahkan apalagi menghina suaminya. Walaupun awalnya pernikahan ia dan Samuel terjadi karena keterpaksaan.
Bagaimana lanjutan kisah antara Samuel dan Hanum? dapatkah mereka melalui cobaan demi cobaan yang datang?
Yang tidak suka skip saja dari sekarang, terimakasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Musim_Salju, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertengkaran
Sudah lima hari Hanum di rawat, hari ini hari terakhir Hanum berada di rumah sakit. Pemulihannya lumayan cepat, selama itu pula Samuel tidak pernah meninggalkan Hanum di rumah sakit. Sampai-sampai ke dua orang tua Samuel bingung melihat putra bungsu mereka sangat bucin terhadap Hanum. Tidak pernah Samuel sedekat dan seperduli ini dengan orang lain selain keluarganya. Bahkan ia terang-terangan mengatakan menyayangi Hanum.
Bahkan Pratama tidak di izinkan dekat-dekat dengan Hanum. Walaupun terkadang Pratama hanya sekedar mengobrol biasa saja dengan Hanum jika menemani adiknya di rumah sakit. Ya, Sonya tidak bisa setiap hari ada di sana mengingat ia punya suami yang harus ia urus dan satu lagi putranya yang sulit di atur.
Seperti saat ini, Pratama kerap kali menggoda adiknya itu. "Kamu ngapain sih deket-deket Hanum terus. Hanum bosan tahu lihat kamu Sam." Samuel memberengut dan berjalan mendekati Pratama yang tengah duduk di sofa panjang, tangannya tak tinggal diam dan memukul lengan Pratama walaupun tentu saja tidak sakit sama sekali.
"Abang diam, Hanum itu suka ada Muel di sini, iya kan Anum? Muel tidak pernah berisik kan Anum?" Ia menatap Hanum dengan wajahnya yang polos. Hanum tersenyum melihat wajah polos itu.
"Iya, Muel tidak pernah berisik dan tidak pernah mengganggu Hanum. Terimakasih karena Muel selalu menemani Hanum, sehingga Hanum tidak pernah bosan dan kesepian di rumah sakit ini." Hanum berkata dengan tulus dan tersenyum di balik cadarnya. Pratama memutar bola matanya malas melihat kedekatan dua orang yang ada di hadapannya. Ia berasa jadi nyamuk kali ini.
Menepis kebosanannya, Pratama keluar dari ruang perawatan Hanum. Namun saat ia baru saja membuka pintu, ia melihat seseorang kabur dari depan ruang perawatan Hanum dengan berlari kencang. Pratama sempat mengejar, namun orang bermasker hitam dan bertopi hitam itu berhasil menyelamatkan diri. Pratama sampai ngos-ngosan mengejar orang tersebut.
Ia berhenti tepat saat berada di taman rumah sakit. Karena terakhir Pratama memang melihat orang itu kabur ke arah taman. "Hais, kemana tuh orang, cepat banget larinya. Kira-kira siapa dia? kenapa dia ada di depan kamar Hanum? Apa ada hubungannya dengan kasus penembakan Hanum!" Pratama bernolog dengan dirinya sendiri. Rasanya kejadian hari ini ada yang menjanggal.
Dan lagi Pratama seperti pernah melihat sosok tersebut di tempat lain, tapi dimana? Ia terus berpikir dengan keras, namun ia tetap saja tidak dapat mengingat apa yang ia inginkan. Merasa lelah dan haus, Pratama berjalan menuju kantin rumah sakit. Ia menghabiskan waktu sorenya di sana hingga suara azan magrib terdengar.
......................
"Bagaimana, apa ada perkembangan? Apa putra Surya masih di rumah sakit itu?"
"Benar One, dia selalu di sana menemani gadis itu sejak pertama kali gadis tersebut masuk rumah sakit."
Lelaki yang di panggil One itu mengetuk-ngetuk meja dengan jemarinya. Sepertinya ada yang tengah ia rencanakan. Anak buahnya yang hampir tertangkap oleh Pratama tadi menatap sang tuan dengan kebingungan.
"Sepertinya ini akan sangat menarik. Tunggu aba-aba selanjutnya. Kini kembalilah, jangan sampai ada yang mencurigai kau lagi. Ubah penampilan kau itu. Aku tidak ingin rencana ku gagal kali ini."
Laki-laki itu tersenyum smrik. Entah apa yang sedang ia rencanakan. Kenapa harus Samuel yang menjadi target. Dan apa yang akan ia lakukan kepada Hanum, saat ia mengetahui Samuel sangat dekat dengan Hanum. Semoga saja Samuel dan Hanum selalu di lindungi oleh Yang Maha Kuasa.
......................
Hari telah larut, keheningan saja yang ada di rumah sakit itu jika sudah malam begini. Karena semua pasien pasti sudah berisitirahat, dan jam besuk juga sudah habis. Hanya keluarga yang menjaga pasien saja yang tinggal.
Di saat semua orang sedang terlelap, lain lagi dengan Samuel. Pemuda tersebut sedang melakukan sesuatu dengan jam tangan yang ia preteli. Jika di lihat-lihat seperti ini, Samuel tidak seperti lelaki autism. Ia tampak seperti lelaki normal. Entah apa yang sedang di kerjakan oleh Samuel. Tangannya tak berhenti bergerak dan ia juga sibuk dengan tablet yang di berikan oleh sang mama untuk menemani rasa suntuknya. Bahkan Pratama saja sudah terlelap sedari tadi. Ia tidak sadar jika adiknya masih belum tidur. Padahal sebelum ia tertidur, Pratama sudah memastikan jika adiknya itu terlelap, barulah ia memejamkan matanya.
Hingga pukul dua, Samuel beranjak dari tempatnya dan berjalan mendekati Hanum. Entah apa yang ia lakukan kepada Hanum, yang pasti ia seperti memasangkan sesuatu di tangan Hanum. Setelah itu Samuel tersenyum puas dengan apa yang ia lakukan.
"Engghh..." Hanum menggeliat, ia sepertinya tengah bermimpi, keringatnya mengalir membasahi seluruh tubuhnya. Samuel melihat hal itu pun mengambil tisu yang ada di atas nakas dan mengelapnya pelan.
"Tidur nyenyak Anum. Muel sayang Anum." Setelah memastikan Hanum tertidur, Samuel pun membaringkan tubuhnya di samping Hanum. Eits, jangan salah paham, maksudnya ia tertidur seperti biasa, menyandarkan kepalanya di samping brankar milik Hanum. Hingga tak terasa pagi menyapa.
Selepas subuh, Pratama mencari sarapan untuknya dan juga adiknya. Mungkin sekalian untuk Hanum. Karena Hanum tidak pernah memakan habis makanan dari rumah sakit. Karena rasanya yang hambar.
Samuel yang baru saja keluar dari kamar mandi langsung mengikuti abangnya dan meninggalkan Hanum sendirian di ruang perawatan tersebut.
"Abang, Muel ikut ya. Anum tidak apa-apa kan tinggal sebentar?" Pratama mengernyitkan dahinya. Tumben adiknya itu mau meninggalkan Hanum. Biasanya lengket seperti perangko jika bersama Hanum. Ke kamar mandi saja Hanum di tungguin di depan kamar mandi.
Sedangkan Hanum hanya tersenyum di balik cadarnya dan menganggukkan kepalanya. Setelah pamit, mereka berjalan menuju arah kantin. Dan kelakuan Samuel terhadap Pratama membuat lelaki itu jengah. Pasalnya Samuel menggandeng abangnya itu hingga tiba di kantin, bahkan seluruh penghuni kantin menatap mereka dengan tatapan berbeda.
"Sam, lepas ini tangan kamu. Ngapain sih gandeng- gandeng segala. Enggak lihat apa tatapan orang-orang aneh gitu." Pratama berusaha melepaskan tangan adiknya yang sedang menggandeng dirinya, namun Samuel tetap saja kembali menggandeng dirinya.
"Abang diam, Muel maunya begini." Samuel tidak perduli. Ia terlihat cuek dengan sekeliling. Pratama akhirnya membiarkan apa yang di lakukan oleh adiknya. Bahkan ia menjelaskan ke semua orang bahwa yang ada di sampingnya itu adalah adiknya. Agar orang-orang tidak salah paham.
"Adik saya ini, jangan natap kami begitu." Ya, itulah yang di ucapkan Pratama kepada semua orang yang ada di sana.
Mereka kembali ribut saat memesan makanan. Pratama mau nasi uduk, sedangkan Samuel maunya nasi goreng. Padahal mereka bisa membeli makanan sesuai selera masing-masing, namun Samuel maunya semua harus sama. Jadilah keributan kecil di depan ibu kantin itu hingga membuat orang-orang memperhatikan mereka kembali.
"Abang mau nasi uduk Muel!" Jawab Pratama kesal.
"Nasi goreng saja Abang. Muel mau nasi goreng, Anum pasti juga mau nasi goreng." Muel tidak perduli. Ia kekeh semuanya harus makan nasi goreng.
"Aneh kamu, orang maunya nasi uduk juga. Lagian ini Abang yang makan!" Lagi Pratama bersikeras. Tapi yang namanya Samuel mana mau perduli. Ia hanya tahu keinginannya saja.
"Abang bandel, Muel maunya nasi goreng!" Lagi-lagi Muel ngotot sampai urat lehernya keluar. Ibu kantin sampai bingung melihat pertengkaran dua lelaki tampan yang ada di hadapannya.
"Ini maunya nasi goreng apa nasi uduk mas?" Dengan sabar sang ibu bertanya.
"Nasi goreng!"
"Nasi uduk!"
Mereka menjawab bersamaan, membuat ibu kantin menggaruk kepalanya spontan.
Begitulah jika Tom and Jerry bertengkar. Semua akan di buat pusing oleh kelakuan mereka.
......................
...To Be Continued ...
untung ada Satria yang bantuin... semangat thor