Shanum: SAMUEL & HANUM

Shanum: SAMUEL & HANUM

Samuel & Hanum

"Samuel idiot... Samuel idiot... Hahaha ada idiot di sini."

Begitulah setiap hari anak-anak mengatai Samuel. Namun Samuel yang terkadang tidak terima di katakan idiot hanya bisa diam dan menangis. Ia tidak pandai melawan layaknya orang dewasa.

Seorang wanita bercadar yang kebetulan lewat di sana melihat pemandangan yang sangat tidak ia suka. Ia menghampiri anak-anak yang tengah mengejek lelaki tampan itu dan segera menghampirinya.

"Hey! kalian tidak boleh mengejek orang lain seperti itu. Sana minta maaf."

Anak-anak itu terkejut karena di tegur oleh seorang wanita yang menurut mereka pakaiannya sangat aneh. Karena mereka memang jarang melihat penampilan seorang wanita tertutup seperti itu. Ya, dia Hanum, gadis desa yang datang ke kota untuk kuliah sembari bekerja. Sebenarnya ia di sana juga ingin mendatangi salah satu rumah warga yang sedang mencari guru les.

"Aneh sekali penampilan kakak itu."

"Ih takut, ayo kita pulang, mana tahu dia penculik anak. Biarkan saja si idiot itu di bawa oleh wanita aneh itu."

Anak-anak itu kabur berlari terbirit-birit. Hanum bukannya tidak mendengar perkataan anak-anak itu tentang dirinya dan juga pemuda yang ada di hadapannya. Namun ia tidak ingin terlalu meladeni anak-anak nakal itu. Pandangannya teralihkan ke arah sang pemuda yang tengah ketakutan melihat dirinya.

"Assalamualaikum,"

"Wa'akaikumsalam." walaupun takut, pemuda itu tetap menjawab salam.

"Jangan takut, aku tidak jahat. Perkenalkan nama aku Hanum. Nama kamu siapa? Dan Kamu kenapa menangis? Apa mereka mengganggu kamu?"

Hanum bisa melihat jika pemuda itu pemuda spesial. Ia sama sekali tidak menghardik si pemuda. Ia bahkan berkata lembut agar pemuda itu tidak takut kepada dirinya.

Pemuda yang bernama Samuel itu memberanikan diri melihat ke arah Hanum. Hanum tersenyum di balik cadarnya. Tidak ingin munafik, Hanum mengakui jika pemuda ini sangat tampan di balik ke kekurangannya. Namun dengan cepat Hanum mengalihkan pandangannya.

"A-aku Samuel, mama selalu memanggil aku Muel. Kenapa penampilan kamu seperti ninja?"

Alih-alih marah, Hanum tersenyum kembali di balik cadarnya. Sepertinya pemuda ini memang tidak mengerti dan harus di beritahu dengan cara yang lembut.

"Ini namanya cadar, aku menggunakan cadar karena memang nyaman saja. Dan untuk menghindari tatapan orang-orang yang bernafsu jika melihat wajahku. Kata ibu, aku harus selalu menggunakan cadar ini, dan hanya mahram ku saja yang boleh melihat wajahku."

Entah paham atau tidak, Samuel mengangguk-anggukkan kepalanya. Hanum lagi-lagi tersenyum dan terpesona melihat wajah tampan pemuda itu.

"Astaghfirullah, sadar Hanum." Hanum langsung mengalihkan pembicaraan. Ia penasaran kenapa pemuda itu ada sendirian di sini.

"Kalau boleh tahu, Kamu kenapa sendirian di sini? Dan kenapa kamu diam saja saat anak-anak nakal tadi menghina kamu?"

"Muel, panggil Muel." Pemuda itu lebih suka di panggil Muel. Hanum terkekeh melihat cara Samuel menjawab. Sepertinya pemuda itu lebih dewasa umurnya dari dirinya. Namun sepertinya pemikirannya tidak sedewasa umurnya.

"Hihi, ia baiklah Muel. Ayo jawab, Muel kenapa sendirian di sini?"

"Tadi Muel ke sini sama bang Tama. Bang Tama yang membawa Muel ke sini. Lalu kata bang Tama suruh tunggu sebentar di sini, katanya dia haus mau beli minum dan es krim untuk Muel. Tapi sudah lama Muel tunggu, bang Tama tidak kembali. Muel takut sendirian, apalagi anak-anak tadi jahat bilang Muel idiot, bahkan mereka melempar Muel pakai batu kecil. Tapi-tapi untung ada kakak malaikat yang baik hati datang menolong Muel."

Ternyata Samuel jika sudah berbicara sangat cerewet. Hanum berfikir jika Samuel sengaja di tinggal sendirian di sana. Entahlah, perasaannya mengatakan seperti itu. Namun ia tidak ingin berasumsi sendiri. Lebih baik ia mengantarkan Samuel pulang. Mungkin saja Samuel sudah di cari orang-orang di rumahnya.

......................

Di rumah mewah bercat putih itu, seorang wanita paruh baya tengah khawatir karena tidak melihat putranya di kamar. Bahkan ia sudah mencari di segala sudut rumah. Namun tetap saja putranya tidak ada.

"Ya Allah nak, dimana kamu sayang. Bik bagaimana, ada ketemu Muel?"

"Maaf nyah, den Samuel tidak ketemu, pak Yanto juga sudah membantu untuk mencari den Samuel. Bagaimana ini Nyah. Bibik takut den Samuel pergi jauh dan tersesat. Tapi biasanya kan den Samuel tahu jalan jika pergi kemana saja."

Wanita paruh baya itu ternyata ibu Samuel. Memang Samuel selalu tahu jalan pulang. Namun kali ini ia belum juga kembali. Karena ingatan Samuel itu sangat kuat, walaupun ia autism. Ia adalah pemuda yang cerdas sebenarnya.

Tak lama seorang pemuda pulang mengenakan kendaraan roda duanya. Ia memasuki rumah itu dengan wajah sumringah. Ia yang senang karena berhasil membawa Samuel jauh dari rumah dan pasti tidak akan pulang karena pasti tersesat, menghampiri sang ibu dengan wajah tidak merasa bersalah sama sekali.

"Assalamualaikum ma."

"Wa'akaikumsalam, Tama kamu dari mana? Muel hilang nak, ayo cari adik kamu. Mama khawatir sama adik kamu."

"Hah, Muel hilang Ma? Kok bisa!"

Dengan memasang wajah keterkejutannya, ia membuat ibunya yakin jika dia bukanlah dalang dari kehilangan sang adik.

Ya, pemuda yang di panggil Tama itu adalah Abang dari Samuel. Namun mereka bukanlah lahir dari rahim yang sama. Pratama yang di panggil Tama itu putra pertama dari istri pertama sang ayah. Sedangkan Samuel putra ke dua dari istri ke dua, yakni Ibunda Samuel yang di panggil Mama oleh Tama.

Ia merasa cemburu dengan Samuel yang lebih di perhatikan oleh ke dua orang tua mereka. Bahkan jika ia tidak pulangpun, ia tidak akan di cari seperti Samuel saat ini. Bukan maksud ke dua orang tua mereka membeda-bedakan mereka, namun kekurangan Samuel yang membuat ke dua orang tua mereka harus lebih memberikan perhatian lebih kepada Samuel. Namun walaupun begitu Tama tetap menyayangi mama sambungnya. Karena ibu kandungnya pergi meninggalkan ia dan ayahnya saat usianya menginjak enam tahun.

Sebenarnya Tama tidak begitu membenci Samuel, hanya saja ia hanya ingin memberikan pelajaran kepada sang adik untuk tidak terlalu caper kepada ke dua orang tua mereka. Ia yakin jika Samuel pasti pulang dengan sendirinya. Ia tidak berpikir jika adiknya benar-benar akan menunggu dirinya.

Di tengah-tengah kepanikan mereka, ternyata Samuel pulang juga di antarkan oleh Hanum. Ya, setelah membujuk Samuel untuk pulang, akhirnya Samuel mau menuruti perkataan Hanum. Entah bagaimana caranya Hanum membujuk Samuel dan membuat pemuda itu percaya kepada dirinya. Karena Samuel tipe yang tidak mudah percaya dengan orang yang baru ia kenal.

"Assalamualaikum mama,"

"Wa'akaikumsalam, Alhamdulillah kamu pulang nak. Kamu kemana saja sayang?" Tama mendengus kesal karena sang adik pulang dengan cepat. Padahal ia ingin menikmati waktu di rumah tanpa kecerewetan sang adik.

Pandangan mereka pun teralihkan dengan kehadiran Hanum yang pulang bersama Samuel.

......................

...To Be Continued...

Assalamualaikum sahabat Salju, othor hadir lagi dengan karya terbaru. Semoga karya kali ini bisa mengisi waktu luang sahabat Salju semua. Jangan lupa subscribe, like dan komennya ya, terimakasih 🤍

Terpopuler

Comments

ɪsᴛʏ

ɪsᴛʏ

hadir Thor...

2024-06-29

1

Nanik Arifin

Nanik Arifin

awas ya Tam, klo kamu tertarik ma Hanum 👊

2024-06-29

1

muthia

muthia

mampir🙏

2024-06-29

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!