BUNGA YANG LAYU

Sepanjang hari,bu Dwi gelisah gusar dan hatinya tidak tenang. Mondar-mandir di ruang tamu, menunggu kedatangan anaknya itu

Ibu mertua banyak masalah kayanya, mondar-mandir gak karuan.Tapi apa,yah?.Batin Sinta, penasaran sekali.Sambil mendorong kursi roda suaminya, masuk kedalam dan mendekati ibu mertuanya.

"Romi!Romi!Ibu,mau ngomong sesuatu sama kamu". Bu Dwi, langsung mencegah anak itu.

"Mau ngomong apa,bu? Duduklah,kaya gelisah banget". Kekehnya Romi,membawa ibunya duduk.

"Sinta!Buatkan minuman untuk suamimu ini, cepetan!". Perintah bu Dwi, langsung di angguki menantunya.

Sinta, terlanjur penasaran dengan pembahasan ibu mertuanya dan cepat-cepat membuatkan teh hangat untuk suaminya.

"Pokoknya benar-benar gawat,Rom". Ucap bu Dwi, menatap wajah anaknya karena tidak tega mengatakan sebenarnya.

Romi,mencoba untuk menenangkan pikiran ibunya itu. "Bu,ada apa? Coba ceritakan kepadaku,siapa tau ada yang bisa aku bantu".

"Mawar,nak! Mawar, sudah menikah!".

Deg!

"Apa! Tidak mungkin,bu!". Romi, menggeleng Memukul kedua kakinya yang lumpuh,hanya bisa duduk di kursi roda. Beruntung masih bisa bekerja, meskipun keadaannya seperti ini.

"Iya,dia menikah dengan pria pemilik bengkel di depan sana!". Kata bu Dwi, membuat anaknya frustasi sekarang.

Apa! Mawar, sudah menikah dengan pria seperti itu? Hahahaha.. Mawar, Mawar, bisa-bisanya kamu mempunyai suami seperti preman. Jauh lebih baik suamiku ini, tampan dan memiliki pekerjaan yang jelas Batin Sinta, tersenyum sumringah.

"Mawar, seringkali ke bengkel karena motornya rusak. Kemungkinan besar, mereka sudah dekat sejak lama". Sahut Sinta, menyunggingkan senyumnya

"Mawar, seringkali motornya rusak gara-gara adikmu itu. Suka sekali, membebani Mawar yang sudah baik hati!". Bu Dwi, langsung membela calon mantu kesayangannya.

"Mana mungkin bu, Mawar tiba-tiba menikah kalau tidak ada sebabnya? Bu,aku harus meminta penjelasan darinya. Aku tidak tenang sekarang ini,aku tidak mau kehilangannya". Romi,mengusap wajahnya dengan kasar.

"Ngapain kamu,temui dia segala?Ingat,aku adalah istri mu dan tengah mengandung anak mu. Kenapa sih,masih peduli dengannya?". Sintal, langsung marah kepada suaminya.

"Diam kamu, Sinta! Siapa juga, menginginkan dirimu ada di rumah ini? Gara-gara kamu hamil, makanya bisa masuk kedalam keluarga kami. Mawar, jauh lebih pantas menjadi bagian keluarga ini! Seharusnya kamu malu,kalau bukan mengurus anakku sudah ditendang dari sini". Bu Dwi, terpaksa membujuk Sinta kembali kerumahnya karena anaknya.

Aku kira dengan kondisi suamiku lumpuh, mereka akan memperlakukan aku dengan baik. Sebab Romi,aku yang mengurus segalanya dan membantunya ketika pulang bekerja dan berangkat kerja.Nyatanya dia masih memikirkan Mawar, bahkan mau balikan lagi Batin Sinta, menahan air matanya. "Kamu sadar diri mas, dengan kondisi kamu sekarang ini. Mawar,mana mau mempunyai suami yang cacat. Apa lagi,dia sudah menikah dengan pria lain. Ikhlaskan semuanya mas,ingat aku".

"Mawar, wanita yang berbeda dengan lainnya.Pastilah tidak masalah, jika punya suami yang cacat". Romi, tersenyum mengejek ke arah istrinya.

"Tapi, Mawar mana mungkin meninggalkan suaminya. Dia berbeda dengan wanita lain, iyakan?". Sinta, tersenyum melihat suaminya diam.

"Kamu segera membersihkan diri dulu,lalu kita sama-sama ke rumah Mawar. Meminta penjelasan kepadanya, siapa tahu ada kesalahpahaman antara mereka. Romi,kamu jangan putus asa dan Mawar tidak ada beban untuk di urusnya. Tidak seperti istrimu ini,masih ada beban ibu dan adiknya". Bu Dwi, melirik kearah menantunya itu.

"Iya,aku akan berusaha keras. Sinta,bawaku ke kamar dan siapkan pakaian yang rapi". Perintah suaminya itu,mau tidak mau dituruti.

Beberapa saat kemudian, semuanya pada siap untuk berangkat ke rumah Mawar. Tiba di halaman rumah Mawar, kebetulan Jasper tengah mengantarkan makanan untuk istrinya.

Jasper, mengerutkan keningnya melihat mereka ber-tiga datang kerumah istrinya. Bahkan Mawar,tak kalah terkejutnya juga dan memandang mereka silih berganti.

"Untukmu". Jasper, tiba-tiba menyodorkan kresek untuk istrinya itu.

Mawar,tau jika Romi mengalami kecelakaan dan tidak bisa menjenguk sebentar. Dia sudah tidak mau lagi, berurusan dengan mantan kekasih dan mengganggu rumah tangga sepupunya.

"Makasih,bang". Kata Mawar, tersenyum kecil. "Masuklah, ayo! Bang, temanin". Menarik lengan suaminya.

Jasper, langsung mengangguk patuh dan menuruti perkataan istrinya. Sama-sama masuk kedalam rumah,lalu duduk di ruang tamu.

"Se-sebentar dulu.Permisi". Mawar, bergegas menuju ke dapur dan membuatkan minuman untuk tamunya.

Jadi, Romi menggunakan kursi roda sekarang. Separah itukah,dia mengalami kecelakaan?.Batinnya Mawar,menghela nafas beratnya.

Sedangkan di ruang tamu, sama-sama tegang dengan tatapan tajam Jasper.

"Ada apa kalian kesini?". Tanya Jasper,dia tidak menyukai mantan kekasih istrinya.

"Kami ingin bertemu dengan Mawar, bukan urusanmu". Sahut bu Dwi, tidak menyukai Jasper bersanding dengan Mawar. "Kamu tidak pantas untuk Mawar,jauh lebih pantas dengan anakku".

"Maaf,bu. Maksudnya apa ini,jangan macam-macam dengan istri saya! Lihatlah,anda tidak pantas berkata seperti itu. Apa anda lupa,dia punya istri dan ada di sampingnya?". Jasper, berusaha untuk tenang.

"Aku akan bercerai setelah anak kami lahir. Lalu, menikah dengan Mawar. Tapi, lepaskan Mawar dari ikatan pernikahan kalian. Atau jangan-jangan...Kau sudah memaksa Mawar,atau menjebaknya!". Romi, mengepalkan tangannya.

"Saya memaksa Mawar,atau menjebaknya dan bukan urusan kalian". Tegas Jasper, membuat Romi marah. "Tidak seperti anda, melecehkan seorang wanita. Tapi, menikah dengan wanita lain yang sudah hamil". Jasper, langsung membungkam mulut Romi.

Mawar, meletakkan gelas minuman dimeja. "Silahkan,diminum dulu. Aku sungguh terkejut melihat keadaan mu,Romi. Aku turut prihatin dengan kondisi mu saat ini, semoga kamu sabar menjalaninya".

"Bagaimana aku tidak bisa sabar, Mawar? Sedangkan kamu menikah dengan pria ini,apa kurangnya aku?". Romi, merasakan dadanya sesak.

"Rom,jalan kita sudah berbeda sekarang. kamu sudah menikah dengan Sinta,aku juga mau bahagia dengan kehidupan ku. Aku harap kamu ikhlaskan semuanya,jalani kehidupan masing-masing". Mawar, berusaha untuk menyakinkan mantannya.

"Nak,kamu tau betul kenapa mereka menikah? Ibu, menginginkan kamu sebagai menantu di rumah kami. Apa lagi, Romi menyayangimu dan mencintaimu. Pasti kamu masih cinta dengan, Romi". Bu Dwi, tersenyum manis.

"Maaf, aku sudah tidak mencintai anak ibu.Setelah kebohongan itu,bu. Sekarang ini,aku sudah punya suami dan membina rumah tangga baru". Mawar, menggenggam jemari tangan suaminya itu. Meskipun jantungnya berdegup kencang, merasakan gugup tidak sekira.

Jasper, tiba-tiba panas dingin merasakan hangat telapak tangan istrinya. "Benar sekali, jangan mengusik ketenangan kami. Saya meminta kepada kalian semua, memahami apa yang terjadi sekarang. Mawar, sudah menjadi istri saya sampai kapanpun".

Deg!

Mawar, langsung menoleh ke arah suaminya dan merasakan genggaman tangan semakin erat.

"Mawar,apa karena aku cacat dan kamu tidak mau lagi?".

Deg!