NovelToon NovelToon
Bidadari Penghapus Luka

Bidadari Penghapus Luka

Status: tamat
Genre:Tamat / cintapertama / nikahmuda
Popularitas:6.6M
Nilai: 4.5
Nama Author: ujungpena90

Hasna berusaha menerima pernikahan dengan seorang laki-laki yang tidak pernah ia kenal. Bahkan pertemuan pertama, saat keduanya melangsungkan akad nikah. Tak ada perlakuan manis dan kata romantis.

"Ingat, kita menikah hanyalah karena permintaan konyol demi membalas budi. jadi jangan pernah campuri urusan saya."
_Rama Suryanata_


"Terlepas bagaimanapun perlakuanmu kepadaku. Pernikahan ini bukanlah pernikahan untuk dipermainkan. Kamu telah mengambil tanggung jawab atas hidupku dihadapan Allah."
_Hasna Ayudia_

Mampukah Hasna mempertahankan keutuhan rumah tangganya? Atau justru menyerah dengan keadaan?.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ujungpena90, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 7

Seorang lelaki muda tengah berkutat dengan tumpukan berkas di meja kebesarannya. Sesekali pandangannya tertuju pada layar laptop dihadapannya.

Pekerjaannya benar benar menumpuk pasca ia tinggal ke Jepang beberapa waktu lalu.

Tok...tok...tok...

Terdengar ketukan dari luar ruang kerjanya.

"Masuk." Serunya tanpa mengalihkan pandangannya dari berkas dan laptopnya.

"Maaf Pak, ini berkas yang anda minta." Ujar seorang lelaki berpakaian rapi dengan menyodorkan map di hadapan sang atasan.

"Ya, letakkan saja dulu." ucap si bos tanpa menghentikan kegiatannya.

"Ivan, apa kamu bisa mengantarkan berkas kontrak ke perusahaan tuan Abimana. Saya sudah mempelajari dan menandatangani kontraknya. Sampaikan saja salam kepada tuan Abimana, maaf saya tidak bisa langsung menemui beliau." Titahnya pada laki laki bernama Ivan, asisten pribadinya.

"Baik, Pak." Sahut Ivan

"Satu lagi, tolong kamu pastikan proyek yang kita tangani ini benar benar berjalan dengan baik. Jangan sampai kita mengecewakan klien kita."

"Baik, Pak."

"Apa ada lagi?" Tanya Ivan.

"Ah saya lupa, bagaimana hasil pertemuan dengan klien kita yang kemarin. Apakah sudah ada kesepakatan?"

"Maaf, Pak. Mereka mereschedule pertemuan. Karena mereka ingin pak Rama sendiri yang mempresentasikan materi." jawab Ivan pada atas nya yang bernama Rama.

"Oke baiklah, atur ulang pertemuannya." kata Rama.

"Baik, Pak. Kalau begitu saya permisi."

Ivan pun undur diri dan meninggalkan ruangan sang atasan.

Baru beberapa menit fokusnya kembali pada pekerjaan, namun dering ponselnya berhasil mengalihkan atensinya.

Tertera nama Mama pada ID penelpon.

Akan menjadi masalah kalau tidak langsung diangkat. Akan terdengar repetan panjang nantinya. Bahkan akan disambung lagi saat sudah sampai rumah.

"Halo, ma." Ucapnya saat telepon telah tersambung.

"Halo, sayang. Nanti malam kamu bisa pulang lebih awal?" Tanya wanita yang dipanggilnya mama itu.

"Sepertinya Rama akan lembur malam ini."

"Ckk... alasan mu terlalu basi anak muda. Apa tidak bisa jika pekerjaanmu itu dikerjakan di rumah? Kamu ini kerja kantor ya, bukan kerja rodi. Papamu saja tidak pernah beralasan lembur. Pokoknya mama tunggu sebelum jam makan malam."

Telepon pun diakhiri secara sepihak. Mau tidak mau Rama harus pulang tepat waktu malam ini. Dan dengan sangat terpaksa ia akan membawa serta tumpukan berkas untuk oleh-oleh saat pulang nanti.

Segera ia menekan tombol interkom yang tersambung dengan sekretarisnya.

"Marissa, tolong kosongkan jadwal saya setelah makan siang. Dan jangan menerima tamu satu pun." titahnya.

"Baik, Pak." Jawab sekertarisnya.

***

Jalanan lumayan macet sore ini. Mungkin karena hari kerja. Rama sesekali melirik jam yang melingkar dipergelangan tangannya. Sudah lebih dari lima belas menit ia masih berada di titik yang sama.

Bunyi klakson saling bersahutan saat lampu lalu lintas berganti warna menjadi hijau. Rama segera melajukan mobilnya.

Tak berapa lama, ia pun sampai di rumah. Ia membunyikan klakson saat akan memasuki gerbang rumah. Nampak pak Dodik, security rumah itu membukakan gerbang untuk majikannya.

"Akhirnya kamu pulang juga." Ucap sang ibu saat putra sulungnya memasuki pintu utama.

"Aku lebih mencari aman, daripada harus dikutuk menjadi batu." Kekehnya sambil meraih tangan sang mama untuk diciumnya.

"ckk..." Decak sang ibu sembari memukul bahu kanan Rama.

"Bersih bersihlah dulu, kami tunggu di meja makan." Ucap Bu Diana.

Rama pun melangkah menuju kamarnya di lantai dua. Segera ia membersihkan diri dan berganti pakaian. Kemudian turun untuk makan malam.

Di meja makan sudah ada kedua orang tua beserta adiknya. Rama pun memposisikan diri di sebelah kiri sang ayah.

Keheningan sesaat terjadi di ruang makan itu. Mereka masing-masing menikmati hidangan yang ada di piring.

"Bagaimana kerjaan kamu?" Tanya sang ayah membuka obrolan.

"Baik, hanya saja ada beberapa berkas yang belum selesai Rama pelajari. Ya... Papa tau sendirikan pekerjaan menumpuk saat Rama tinggal ke Jepang kemarin." Jawab Rama.

"Dan sekarang makin menumpuk karena harus dipaksa pulang." Lanjutnya sambil bergumam.

Namun masih bisa didengar secara jelas. Alhasil gulungan tisu mendarat tepat di hidung mancung nya.

"Astaga, kaget aku ma." Rama berjingkat kaget ulah sang mama.

"Kamu itu tiap hari kerjanya, gak hanya seminggu sekali. Tidak mungkin kerjaan tiba-tiba menumpuk. Alasan saja kamu." Omel Bu Diana.

Pak Andi dan Nayla yang menyaksikannya hanya geleng-geleng kepala.

"Terus, bagaimana kerjasama kamu dengan klien yang ada di Jepang?" Tanya pak Andi lagi.

"Kemarin pihak perusahaan terkait sudah menyetujui kerjasama dengan perusahaan Rama. Email pun sudah Rama terima."

Pak Andi manggut-manggut mendengarkan penuturan sang putra. Walaupun Rama tak ingin meneruskan perusahaan keluarga, tapi Pak Andi bangga dengan pencapaian sang putra.

Perusahaan yang dirintisnya sendiri, kini mulai menunjukkan performanya. Bahkan di luar negri sekalipun.

"Dua bulan lagi, Rama dan Ivan akan kesana guna menghadiri pertemuan para pemegang saham. Doakan semuanya lancar."

Rama melanjutkan suapan kedalam mulutnya. Bu Diana melirik sang suami agar memulai pembicaraan inti.

"Rama, beberapa hari yang lalu papa, mama, beserta Nayla sudah berkunjung ke rumah Pak Rusdi, ayah almarhum mas Firman." Rupanya pak Andi sangat berhati-hati menyampaikan perihal perjodohan ini kepada sang putra.

Seketika fokus Rama teralihkan kepada sang papa. Memang sebelumnya kedua orang tuanya sudah mengatakan perihal perjodohan itu. Tapi tak sekalipun Rama menanggapi. Ia tidak begitu tertarik dengan hubungan yang melibatkan perasaan.

"Alhamdulillah, Hasna menerima pinangan dari keluarga kita. Dan menyerahkan sepenuhnya acara pada kita." Sambung beliau.

"Kami sudah menentukan hari pernikahan kalian. Dua bulan lagi, satu minggu sebelum kamu berangkat ke Jepang." Sambung bu Diana.

"Untuk konsep, undangan dan lain sebagainya, semua menjadi urusan mama. Kamu terlalu sibuk, sedangkan keluarga Hasna hanya tinggal kakeknya yang sudah sepuh. Sungguh tidaklah pantas jika beliau kita minta untuk turun tangan juga." Ucap Bu Diana lagi.

Tak ada sepatah katapun untuk merespon ucapan kedua orang tuanya. Hanya terdengar helaan nafas lelaki itu.

"Bagaimana menurut kamu?" tanya Bu Diana.

"Terserah mama sama papa." jawabnya datar.

Mendadak makanan di piringnya terasa hambar. Nafsu makan pun hilang seketika.

Diam diam Nayla memperhatikan ekspresi yang ditunjukkan sang kakak. Dia sangat mengerti posisi kakaknya saat ini.

Sedikit banyak Nayla tau kenapa sang kakak begitu berat menerima pernikahan ini. Kakaknya pernah dikhianati oleh seorang gadis yang dipacarinya selama tiga tahun.

Gadis itu meninggalkan Rama dengan alasan Rama masih belum mampu secara finansial. Kalau ia merintis usahanya sendiri, akan sangat lama jika menjadi lelaki mapan.

Akhirnya, perempuan itupun dikabarkan telah menikah. Dengan seorang pria yang bahkan usianya, seusia papa mereka.

Rama benar benar terpuruk, dan berubah menjadi sosok yang dingin. Seakan menjadi pribadi yang tertutup. Kehangatan hanya ia tunjukkan dihadapan keluarganya saja.

Dengan mantan pacar yang telah dikenalnya bertahun-tahun saja, Rama mendapat penghianatan. Apalagi dengan Hasna, gadis yang bahkan belum pernah ia jumpai. Bagaimana wajah, sifat, sikap, karakter, serta etikanya.

Masih panjang jalan mereka untuk saling mengenal dan menerima pasangan. Tapi dalam lubuk hati Nayla yang paling dalam, gadis itu yakin bahwa Hasna adalah perempuan yang tepat untuk kakaknya.

"Bagaimana, sayang?" suara Bu Diana menginterupsi.

"Maaf, semuanya. Aku udah selesai." sela Nayla sebelum ada jawaban yang keluar dari mulut sang kakak. Gadis itu tidak ingin ikut campur masalah ini.

Nayla segera beranjak menuju ke kamarnya di lantai atas.

Atensi sepasang suami istri itu terpusat kepada putra sulungnya. Sadar bahwa kedua orang tuanya menantikan jawaban darinya, laki laki itu pun menghela nafas sepenuh dada sebelum memberikan jawaban.

"Ya, Rama setuju." Jawaban yang begitu lancar terdengar namun begitu berat ketika ia ucapkan.

Kedua orang tuanya begitu lega setelah mendengar jawaban yang diberikan oleh sang putra. Senyuman yang begitu lebar terbit diantara keduanya.

Mereka sangat berharap jika Hasna bisa mengembalikan sosok hangat putranya yang sangat mereka rindukan.

1
Happy Family
padan muka ... suka sangat berahsia .. suka menambah masalah... aku yg geram... sudah tua ..tp tak matang .. mangga aja yg matang... Rama tua tapi tak matang . emosi aku Thor
Tina Febbryanti
Luar biasa
AR
semoga Tomi bisa menghentikan rencana jahat markisa ke pak rama
Wahyunni Winarto
tinggalin aja tom,,,modelen gtu mah
bukane bersyukur malah ngelantur sok lagi
AR
semoga ngg ada acara jebak menjebak ya
AR
bagus nay terus lanjutkan biar makin panasaaas
AR
biarin aza Rama dengar semua percakapan kalian, biar tau kalo Hasna bener kata Ivan magnet bagi kaum Adam, Rama aza yg sok2an masang benteng
AR
sok sok an cuek, ntar Hasna di ambil Kevin baru tau rasa cemburu pasti kamu ram
AR
jahat kamu Rama
Siti Kusmiyati
Buruk
Casudin Udin
Luar biasa
Jhamae Jha
aku jg
Ida Ayu Dessyana
lanjut kak suka ama alur ceritanya
Yayuk Rahayu
calonnya anakku saja
Yuna Ningsih
kesal jadinya Thor
Anita Nita
bodoh bangat sih jadi CEO
Anita Nita
ko rama gak berusaha cari bukti lagi sih,suruh orang ake buat ngikutin marisa
Anita Nita
dasar marisa murahan
Anita Nita
tomi juga bodoh
Anita Nita
rama bodoh jadi CEO g ada tegas2 nya...gampang di bohongin...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!