NovelToon NovelToon
Nisa Si Janda Kembang

Nisa Si Janda Kembang

Status: sedang berlangsung
Genre:nikahmuda
Popularitas:8.3k
Nilai: 5
Nama Author: hunny24

Nisa Juliana, gadis berusia 19 tahun terpaksa dinikahkan oleh ayahnya untuk membayar hutang. Tapi sayangnya gadis cantik itu harus menjadi istri dari kakek tua yg usianya sudah 75 tahun.

Pria sepuh yang harusnya menjadi kakeknya justru malah menjadi suaminya. Mau tak mau Nisa pun harus menerimanya. Bagaimanakah Nisa mampu bertahan demi keluarganya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hunny24, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab.29 Sebuah Tatapan

Akhirnya malam itu, Anggara pun menginap disana bersama pak Sofian. Dan tentu saja Nisa mengijinkan mereka. Luna pun membantu Nisa yang kesulitan berjalan sejak hari itu. Tapi Nisa tak mau terlalu merepotkan Luna dan menyuruhnya melakukan pekerjaannya saja. Luna boleh membantunya jika sudah ada di rumah.

Setelah diurut, kaki Nisa pun masih sakit tapi Nisa mencoba istirahat malam itu dengan tenang. Esok paginya, kakinya sudah jauh lebih baik dan bisa bergerak perlahan. Jadi Nisa kini tak perlu bergantung pada Luna atau orang sekitarnya untuk bergerak. Nisa pun memakai tongkat untuk sementara waktu.

"Nisa, kau yakin akan baik-baik saja?" tanya Luna.

"Iya, kau tenang saja." balas Nisa.

"Ingat jangan ke sawah atau bukit dengan kondisi ini. Kau hanya boleh ke kantor sebentar untuk bekerja lalu pulang." ucap Luna.

"Oke.." balas Nisa.

"Lalu apa-apaan ini kau sudah memasak saja.." ucap Luna.

"Aku sudah terbiasa melakukannya." ucap Nisa.

"Baiklah.. Asalkan kau baik-baik saja." ucap Luna.

"Selamat pagi tuan Anggara.. Mari sarapan bersama." ucap Nisa.

"Kau memasak semuanya??" tanya Anggara.

"Ya.. Yang sakit hanya kakiku bukan tanganku." ucap Nisa.

"Baiklah, lain kali jangan memaksakan diri." ucap Anggara.

"Pak Sofian mana?" tanya Nisa.

"Dia masih di kamarnya, mungkin sebentar lagi turun." ucap Anggara.

Hingga akhirnya mereka berempat pun makan bersama di meja makan. Semuanya makan dengan tenang dan nyaman. Lalu Anggara membahas kegiatannya dengan pak Sofian hari ini.

Setelah itu, mereka pergi ke kantor dan bekerja. Nisa berjalan perlahan dengan tongkatnya dan membuat mereka tak mampu mencegahnya. Sesampainya di kantor, Nisa bekerja seperti biasa. Begitu juga dengan Anggara dan pak Sofian. Mereka membuka laptop mereka dan mulai bekerja juga untuk kantor mereka di kota.

Tak berapa lama, Nisa meminta seseorang membawakan kopi untuk mereka berempat. Mereka pun disajikan kopi untuk menemani bekerja hari itu. Dan untuk pertama kalinya, Anggara merasakan rasa kopi baru.

"Rasanya enak, kopi jenis apa ini?" tanya Anggara.

"Ah, itu aku sengaja menanamnya beberapa tahun lalu untuk belajar dan mulai menghasilkan." ucap Nisa.

"Dan itu kopi lokal." ucap Nisa.

"Lumayan.." jawab Anggara.

"Aku senang jika anda menyukainya. Silahkan dinikmati." ucap Nisa.

Dan hari semakin siang, Nisa pun pulang ke rumahnya bersama Luna untuk makan siang. Begitu juga dengan Anggara dan pak Sofian. Anggara sempat menghubungi seseorang untuk mengantarkan truk makanan siang ini ke desa ini.

Hingga begitu tiba di rumah, sudah ada truk makanan yang ada di halaman. Anggara pun meminta Nisa untuk tak perlu memasak makanan dan menikmati yang sudah ia bawakan.

Luna pun setuju dengan Anggara, begitu juga dengan pak Sofian. Hingga mereka makan bersama hari itu, para tetangga juga diperbolehkan mengambil makanan dari truk makanan itu.

"Terimakasih tuan atas makanannya." ucap Nisa.

"Anggap saja, aku sedang balas budi karena setiap kesini selalu menginap dan diberi makan olehmu." ucap Anggara.

"Ya.. Tak masalah apapun alasannya." ucap Nisa.

Setelah itu, Luna kembali bekerja di kantor dan meminta Nisa istirahat saja di rumahnya. Anggara dan pak Sofian juga kembali ke kantor meninggalkan Nisa sendirian di rumahnya.

Karena bosan, Nisa berjalan-jalan sebentar ke saungnya untuk mencari udara segar. Meski cuaca cukup terik, tapi lebih baik berada di luar dan duduk di saungnya sambil menikmati angin semilir dan udara segar.

Hari itu siapa sangka Nisa kedatangan tamu tak diundang dari masa lalunya. Dia adalah Anton, mantan kekasihnya. Anton yang kembali ke desa untuk liburan malah mendengar kabar kalau Nisa sudah menjadi janda dan memiliki sebuah pabrik di desanya.

"Nisa.." ucap Anton.

Nisa pun menoleh dan terkejut tapi ekspresinya dingin serta datar.

"Rupanya kau sudah kembali." ucap Nisa.

"Apa yang kudengar tentangmu itu benar?" tanya Anton.

"Jadi apa yang sudah kau dengar?" tanya Nisa.

"Suamimu sudah meninggal dan sekarang kau memiliki banyak sawah bahkan pabrik disini." ucap Anton.

"Ya.. Itu benar, kenapa? Kau dan Orangtuamu mulai tertarik denganku?" tanya Nisa.

"Bukan begitu, kau pasti kesulitan selama ini." ucap Anton.

"Bukankah semua orang punya kesulitan hidup masing-masing?? " jawab Nisa.

"Nisa sejak hari itu, aku menyesali keputusanku. Harusnya aku menahanmu dan membujuk orangtuaku." ucap Anton.

"Nasi sudah menjadi bubur, hatiku sudah terlanjur hancur, tapi tidak dengan hidupku. Aku tetap baik-baik saja hingga saat ini." ucap Nisa.

"Aku masih mencintaimu.. Adakah kesempatan untukku?" tanya Anton.

"Entahlah, aku enggan masuk ke lubang yang sama. Aku juga kehilangan rasa cintaku padamu, jadi berhenti membuang-buang waktumu." ucap Nisa.

"Dan lagi bukankah kau punya tunangan?" tanya Nisa.

"Benar, tapi aku bisa memutuskannya karena aku hanya mencintaimu." ucap Anton.

"Tapi aku tidak mencintaimu lagi tuh? Jadi jangan menggangguku dengan menyajikan masa lalu yang memuakkan." ucap Nisa.

"Nisa.. Apakah tak ada lagi kesempatan bagiku?" tanya Anton.

"Tidak, bekerja saja masih magang bagaimana caramu menghadapi orangtuamu. Dan lagi aku tak ingin mengulangi kata-kataku kalau aku tidak mencintaimu lagi. Kuharap kau mengingatnya sampai mati." ucap Nisa kesal.

Nisa pun bangkit dan meraih tongkatnya lalu berjalan perlahan. Anton pun melihatnya dan berusaha membantunya.

"Lepas, aku tak butuh simpati dan bantuan darimu." ucap Nisa kesal.

"Nisa biar kubantu.." ucap Anton.

Lalu tangan Anton ditepis oleh sebuah tangan.

Plakk.

"Maaf anda siapa? Kenapa memaksa Nisa untuk membantunya." ucap Anggara.

"Tuan Anggara.." ucap Nisa.

"Nisa aku butuh tandatanganmu, ayo kita ke rumahmu sekarang." ucap Anggara.

"Dia siapa Nisa?" tanya Anton.

"Kau tak dengar ucapannya?? Dia rekan bisnisku, partner kerjaku." ucap Nisa.

Anggara pun membantu Nisa berjalan dan menuju ke rumahnya. Sesampainya di rumah, Nisa pun duduk dan menunggu Anggara menyampaikan sesuatu.

"Dimana berkasnya?" tanya Nisa.

"Tidak ada, aku hanya menyelamatkanmu." ucap Anggara.

"Terimakasih, dia memang cukup mengganggu tapi bukan orang jahat." ucap Nisa.

"Siapa pria tadi?" tanya Anggara.

"Mantan kekasihku. " ucap Nisa membuat Anggar meremas tangannya.

"Oh, jadi setelah mendengarmu sudah menjadi janda dia mendekat." ucap Anggara.

"Lebih tepatnya begitu, apalagi dengan keadaanku kini mungkin dia yakin orangtuanya akan menyukaiku." ucap Nisa.

"Sungguh orang tak tahu diri." ucap Anggara.

"Iya, begitulah aku ditolak orangtuanya karena hanya gadis desa yang miskin. Dan terimakasih untuk bantuannya tadi." ucap Nisa.

"Tentu, dan aku juga mencarimu karena khawatir kau terjatuh di suatu tempat sendirian." ucap Anggara.

"Kau tenang saja aku bukan anak kecil dan disini aku bisa meminta bantuan orang sekitar." ucap Nisa.

"Tapi sepertinya kau harus berhati-hati jika pria tadi datang lagi." ucap Anggara.

"Tentu." balas Nisa.

....

1 Jam yang lalu, Anggara mencari Nisa kemana-mana dan menemukannya di saungnya. Tapi Anggara melihat Nisa bersama seorang pria. Sejenak Anggara menguping karena malas muncul tiba-tiba dan ingin menunggu pria itu pergi.

Tapi justru Anggara mendengar sesuatu yang mengejutkan dimana pria itu adalah mantan kekasih Nisa. Dan Nisa terang-terangan menolaknya. Tapi pria itu masih saja berusaha meyakinkan Nisa. Anggara yang mulai jengah pun masuk dan menepis tangan pria tadi. Lalu mengajak Nisa pulang karena kesal.

Kini Anggara menatap lekat Nisa yang tengah berada di depannya. Nisa sedang membaca sebuah berkas yang dikirimkan oleh Luna. Dan Anggara menatapnya cukup lama hingga Nisa tersadar.

"Ada sesuatu yang ingin anda katakan tuan??" tanya Nisa.

"Hmm.. Bagaimana jika kita membahas soal kopi." ucap Anggara mengalihkan.

"Baiklah." ucap Nisa.

...----------------...

1
Leni
udh sikat aja angga, gaskeuunnn 🤩
Leni
si anton minta d geprek burung nya 🤣🙈
Leni
saking seru nya aku sampe maraton bacanya.. semangat author up nya 😍💪
Kak Siti
tabahnya nisa hadapi hidupnya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!