BUNGA YANG LAYU

BUNGA YANG LAYU

Bab.1

Gerimis mengundang beberapa orang segera berteduh, ada juga mempercepat gerakannya. Seorang wanita cantik, tersenyum manis ke arah penjual bunga mawar. Lalu,dia membeli setangkai bunga karena kesukaannya itu.

"Aku memperhatikan seringkali membeli buang mawar,buat siapa?". Pria itu, langsung bertanya karena penasaran.

"Oh...Bukan buat siapa-siapa,mas. Aku membeli untuk ku sendiri, sebagai hiasan di meja rias. Kebetulan sekali,bunga yang beberapa waktu lalu di beli sudah layu". Wanita itu, tersenyum semanis mungkin.

"Kirain buat siapa,gitu? Pasti nama mbaknya, Mawar?". Pria itu, mengerutkan keningnya.

"Iya. Betul,mas". Mawar, langsung tersipu malu-malu. Selesai membayar bunganya, langsung berteduh di halte bus.

Tiba-tiba saja, mobil putih yang dikenalnya itu. Berhenti di penjual bunga,lalu seorang pria turun dan menempuh rintik-rintik hujan.

Mawar, ingin memanggil pria yang tengah memilih bunga. Namun, mulutnya terasa tercekat melihat seorang wanita keluar dari mobil.

Deg!

"Mas Romi". Lirihnya pelan, menjatuhkan bunga di tangannya itu. Orang-orang yang berteduh di halte bus,terus menginjak-injak bunganya.

Pria itu, adalah calon suaminya bersama dengan wanita yang dikenalnya juga. Hujan semakin deras, Mawar berjalan kaki menempuh menuju pulang.

Bunga mawar yang tidak layak lagi,masih di genggaman dengan erat. Hatinya benar-benar hancur sekarang,dimana dirinya melihat perselingkuhan calon suaminya itu. Orang-orang tidak tahu, dirinya sudah menangis bercampur dengan air hujan. Bahkan orang sempat keheranan, melihat kelakuannya tidak wajar itu.

Mas Romi, kenapa kamu tega melakukan ini? Apa ini, jawaban mengapa kamu terus-terusan menunda pernikahan kita? Mas,kenapa kamu tidak jujur dengan ku? Apa karena wanita itu, sepupuku sendiri? Ya Tuhan, bagaimana ini? Seseorang yang aku sayangi, tinggal satu atap dengan ibunya juga. Tapi, mengapa dia mengkhianati kepercayaan ku? Apa kurangnya aku,Tuhan? Sejauh ini,aku selalu peduli dengan mereka dan memberikan tempat berteduh.Batin Mawar,terisak dalam tangisnya.

Langkah kakinya sangat berat memasuki halaman rumahnya itu,ada bekas ban mobil juga. Tiba di pintu rumah, tangannya enggan mengetuk.

Tok...Tok...

Mawar, beberapa kali mengetuk pintu dan terdengar suara kunci di putar seseorang di dalam.

Ceklekk...

"Astaga! Mawar! Sebentar,bibi ambilkan handuk. Bisa-bisanya kamu nak,main hujan-hujanan begini". Wanita yang sudah berkepala empat, segera mengambil handuk untuk keponakannya itu.

"Makasih,bi Leha.Maaf, aku merepotkan". Kata Mawar, mencoba untuk tersenyum.

"Mawar, kenapa kamu basah kuyup? Bibi,takut kamu sakit nanti. Kamu cepetan ganti pakaian,biar bibi buatkan teh hangat. Ayo! Kamu sudah kedinginan ini, bahkan badanmu menggigil". Bi Leha, tersenyum kecil.

Untuk apa aku berkata maaf? Sedangkan anak beliau saja, berani-beraninya mengambil calon suamiku.Batin Mawar, untuk saat ini bersabar sambil mencari-cari bukti kuat lainnya."Iya,bi. Dimana Sinta,bi?".

"Si-sinta...Ada di dalam kamar,nak. Kamu panggil sana,atau buka kamarnya sendiri. Cepetan kamu mandi,terus ganti pakaian". Bi Leha, tersenyum dan pergi ke arah dapur.

Apa jangan-jangan...Bi Leha,cuman berpura-pura baik dan perhatian sama aku? Mana mungkin juga, bibi tidak tahu apa-apa tentang semuanya. Bisa jadi, mereka memiliki ide licik di belakang ku. Intinya aku tidak boleh percaya lagi, harus berhati-hati kedepannya nanti.Batin Mawar, tersenyum tipis.

Masuk kedalam kamarnya,enggan mengetuk kamar sepupunya yang sudah merebut apa yang di miliki.

Selesai membersihkan diri, matanya tertuju pada meja ada teh hangat. Dia tidak meminumnya,akan tetapi langsung di buang. Entah kenapa, dirinya merasa takut meminum dari pemberian bibinya.

"Alhamdulillah, akhirnya gajian. Besok pagi ke bengkel mengambil motor,terus bayar perbaikan juga. Semoga jangan mahal-mahal amat,gajiku naik juga akhirnya. Jangan lupa buat di tabung untuk masa depan, sebagai pegangan diri sendiri". Mawar, tersenyum kecil. Akan tetapi, pintu kamar terbuka sedikit dan ada seseorang yang mengintip.

Mawar,merasa ada yang tidak beres.Menutup pintu kamarnya rapat-rapat,lalu menguncinya dari dalam. "Hmmmm... Aku tiba-tiba merasa tidak nyaman,yah? Aku harus waspada sekarang,setiap gajian uangku hilang dua lembar. Apa jangan-jangan.... Tidak,aku tidak boleh menuduh sembarangan tanpa bukti". Gumamnya pelan, menatap foto kedua orangtuanya itu.

Membuka lemari pakaiannya itu,lalu mengambil sertifikat tanah milik kedua orangtuanya. "Dimana aku menyimpan sertifikat tanah rumah ini? Tidak aman sih,aku letakan sembarangan tempat".

Jam dinding menunjukkan pukul tujuh malam, Mawar membantu bibinya menyiapkan makan malam seadanya.

Aku bodoh selama ini, bisa-bisanya tidak sadar diri atas sikap anaknya bibi.Belum lagi, anak bibi laki-laki yang seringkali bikin onar.Batin Mawar, mencoba untuk tenang menghadapi keluarga bibinya.

"Wah... Kebetulan sekali ini, aku datang dan lapar! Bu,masih belum masak juga? Ada kak Mawar, masaknya cepetan dong!". Pria itu, duduk di kursi sambil menunggu.

"Bastian, mendingan kamu bersih-bersih diri. Masa sih, kuliah sampai malam begini? Kamu jangan kebanyakan main segala,jangan sampai ikut pergaulan bebas!". Bi Leha, memarahi anaknya itu.

"Ibu,aku anak yang baik-baik. Mana mungkin juga, mengikuti langkah yang buruk.Ibu, tidak perlu khawatir soal itu. Nah... Kebetulan ada kak Sinta,aku minta uang buat jajan besok!". Bastian, langsung menadahkan tangannya ke arah kakaknya itu.

"Lho,uang yang dikasih sama kak Mawar sudah habis?". Tanya bi Leha, menatap tajam ke arah anaknya.

"Uang 100 ribu, cukup darimana? Jelas-jelas sudah habis,maaf". Kekehnya Bastian, mendorong-dorong kursi kakaknya -Sinta.

"Aku masih belum gajian, uangku tinggal sedikit!". Sinta, menepis tangan adiknya.

Aku yakin sekali,kak Sinta menunggu aku memberikan uang kepada adiknya. Dulu aku mau di bodohi, sekarang tidak akan pernah lagi. Cukup sudah di bodohi sikapnya itu,dia berani macam-macam di belakang ku.Batin Mawar, mengepalkan tangannya.

Sialan! Kenapa Mawar, tidak beraksi untuk memberikan uang kepada adikku.Batin Sinta,geram dengan sikap adiknya merengek-rengek.

"Ayo,kita makan sama-sama. Mawar, gimana motor kami sudah baik?". Tanya bi Leha, tersenyum.

"Hmmm.... Tidak tahu,bi. Besok mau ke bengkel mengambil motornya, semoga sudah baik seperti semula". Jawab Mawar, tersenyum kecil.

Hari ini, Mawar gajian 'kan? Sudah pasti dia akan kasih uang bulanan untuk ku, tidak sabar mencicil tas itu.Batin bi Leha, menikmati makan malam bersama.

Mata Mawar, tertuju pada cincin Sinta yang indah. "Kak Sinta, cincinnya bagus sekali".

Jangan sampai deh, ketahuan olehnya kalau cincin yang aku kenakan asli.Batinnya Sinta.

"Oh...Iya,baru beli.Tapi,beli punya teman cuman imitasi". Kekehnya pelan.

"Iya,mana mungkin Sinta membeli cincin asli uang darimana? Pekerjaan Sinta,cuman staf karyawan biasa". Sahut bi Leha, matanya mendelik tajam ke arah anaknya itu.

Aduhh... Kenapa aku lupa menyimpan tadi? Inilah aku kesenangan,lalu lupa segalanya.Batin Sinta, senyum-senyum sendiri.

Di sinilah Mawar, mengetahui sikap bibi aslinya kepadanya itu. "Bi,bekas ban mobil siapa di depan?".

Deg!

Terpopuler

Comments

Anonymous

Anonymous

.

2024-07-05

0

Fatma Kodja

Fatma Kodja

lanjut thor 👍👍🙏🙏

2024-06-08

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!