NovelToon NovelToon
Love In Troble

Love In Troble

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: rantingpraba

menjadi seseorang yang di tuntut untuk kuat itu hal yang melelahkan,
aku hasil dari ke egoisan orang tua,
menjadikan manusia lain selalu salah di mata,
menuntut keadaan,merasa tidak adil akan takdir, berakhir selalau sendiri, gelap, dingin mencekam tak ada tempat bersandar,
sampai akhirnya seorang gadis merubah suasana dingin ku menghangat,
tempat gelapku bersinar,
menjadikan pundaknya sandaran ternyaman saat lelahku, meski tak semudah itu perjalanan nya, namun dengan senyum maninsnya ia selalu menampakan kekuatan yang membuat aku semakin bertahan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rantingpraba, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 20

..."Sanghai...!" jevan bersuara dengan bernada berat nan lirih....

seketika jeno membola, terperangah dengan satu kata yang keluar dari mulut jevan, jantung nya berdetak lebih cepat sepertinya ia tau betul apa yang di maksud jevan.

"jangan bilang renan....?"ucapanya terjeda dengan melempar tatapan tajam pada jevan.

"hmm iy" jevan mendengung

" bangsaat maksud kalian apa!! je jadi lo tau selama ini?" jeno semakin di kuasai amarahnya.

jujur saja jevan sedikit takut melihat sisi jeno yang satu ini, karena dia tidak segan melempar tatapan membunuh yang bisa membuat semua orang melihatnya ketakutan.

"guuaaa... guaaa gak ngerti maksud kalian apa? kenapa kalian tega hah sembunyiin bokap gua bertahun-tahun gua frustasi dan hampir gila!! kalian tau itu kan!! terus dengan diam kalian melihat gua gila! padahal kalian sedang menertawakan kegilaan gua waaah!! sukses sukses kalian gimana terhibur yah sama kegilaan gua!!" jenon benar-benar meluapkan amarahnya dengan menepuk kedua tangan bersamaan tertawa sarkas ia berikan, jeno benar-benar kecewa dengan sahabatnya. sakit... iya sakit sekali... bagaimana bisa orang-orang yang selama ini ia paling percaya malah membohonginya.

tubuhnya meluruh jeno masih tidak menyangka dengan fakta ini, matanya memerah mulai mengeluarkan genangan air dari pelupuk matanya.

"bajingaan kaliaan gua kecewa sama kalian semua!! gua sangat-sangat percaya

sama kalian tapi kenapa!! hah!! kasih gua alasan logis!!" jeno terus mencaci jevan, namun jevan tetap tak bergeming, dengan muka datar tatapanya ia berikan pada jeno.

"silahkan lo caci gua sepuas lo sampai lo puas!! bahkan kalau lo mau nonjo..." ucapan jevan terjeda.

"bugghh... bajingan bugghh... bugghh... lo renan pantas dapat ini!! gua gila jevan gua udah gila hanya nyari kebenaran!! tapi ternyat.... bajingan loo.. buggh.." tubuh jeno pun meluruh kembali tak tahan lagi melihat jevan sudah babak belur dengan darah di pinggir bibirnya.

jevan hanya diam lalu menyeka darah yang sedikit keluar dari area bibirnya.

"udah puas!! kalau udah puas gua antar lo ke bandara!" jevan bersuara.

"gak perlu gua bisa sendiri!"

jeno mengambil kotak P3K, lalu melemparkan ke arah jevan.

"obatin luka lo!! gua tau nyokap lo bakal nangis kalau liat lo kayak gitu! gua pergi!!" jeno pun melenggang pergi mengambil semua keperluan lalu meninggalkan apartemen nya.

———\*\*\*———

02 : 25 Shanghai Changzheng Hospital,

kini renan hanya memandang termangu dari balik kaca pembatas ruang ICU, hanya mampu melihat selang oksigen dan beberpa alat holter monitor, detak yang renan lihat semakin melambat membuat renan semakin iba memandang seseorang yang kini telah terlelap pada ranjang pasien.

Sraakk.. sraakk... suara kaki mendekat padanya mengusik pendengaran renan, namun ia sepertinya tau siapa yang datang.

"sampai juga lo?" nada datar renan lemparkan namun ia tetap tak bergeming dari tempat tetap dengan mata tertuju pada seseorang yang berada di dalam ruang ICU.

"sejak kapan lo..?" ucapanya terpotong

" apa masih penting pertanyaan itu?" senyum miring renan tampilkan.

"lebih baik lo pakai baju safety dan temui dia! sebelum waktu lo habis" lanjut renan.

" maksud lo!"

"lo masih mau buang waktu untuk pertanyaan lo? gua si ok aja! tapi lo yakin gak nyesel!!" sarkas renan.

kini jeno memilih untuk memasuki ruang ICU melihat ayahnya yang sedang berbaring lemah di bantu dengan selang oksigen dan selang infus nya.

Hati jeno meremat sakit, dadanya bergemuruh sesak, tak sanggup memandang keadaan papahnya, mata tajam sebelumnya kini telah meluruh teduh dengan genangan bulir yang berakhir tumpah dari pelupuk matanya. semakin mendekat dan meraih telapak tangan yang mulai keriput termakan usia, begitu sakit hatinya melihat pemandangan di depan matanya yang tak pernah sedikitpun terbesit oleh jeno, 7tahun dari terakhir jeno bertemu papahnya, yang dulu selalu tersenyum ceria di sertai guyonan ala bapak-bapak, papah yang selalu berhasil membuat gelak tawa jeno menyerua, yang selalu mengajarkan untuk tetap berdiri kokoh di kala badai, kini ia terbaring lemah tak berdaya, menghancurkan kepingan dalam relung hatinya.

"pah jeno dateng pah" bulir yang menggenang itu pun mulai berjatuhan dari pelupuk mata. tanganya begetar menggenggam tangannya.

"pah bangun pah jeno kangen, sekarang jeno gak butuh jawaban papah! jeno hanya butuh papah bangun! papah sehat ayo pah main futsal lagi bareng jeno, pah hiikkss... hiikss.. paah papah inget kan papah selalu kalah kalau main catur sama jeno, jadi ayo pah kali ini jeno mau ngalah buat papah" suara jeno meluruh disertai getaran menyakitkan pada suaranya sedikit tercekat dadanya yang mulai naik turun menetralkan jantung.

jari-jemari nya mulai begerak lembut, membuat jeno terperanjat menyadari gerak jari papahnya, ia pun beranjak ingin menekan tombol nurse call, namun di tahan oleh papahnya, wajah panik di selimuti kecemasan dan kelegaan melihat sang ayah terbangun dari kritisnya.

"deon aranggara" iyah nama seorang ayah yang sangat jeno sayangi, dengan satu tangan ia membuka penutup oksigen.

lalu mengangkat kedua jari berpose v.

"ayo jen foto papah?"

jeno terperanjat dengan sikap ayahnya yang baru saja bangun namun tetap bertingkah absurd dengan bergaya ia ingin di foto anaknya, dengan muka bingung jeno tetap menuruti kemauan sang papah.

" pah are you ok?"

"ok jen.. kamu gak perlu tunjukin wajah khawatir mu itu gak mempan" ledek deon pada sang putra seraya mengembangkan senyumnya.

"Jen, do you miss me?" suara deon melirih sedikit mencekat tenggorokanya.

"i really really miss you pah"

"let me hug you"

jeno pun menghampiri ranjang ayahnya memeluk,membalas rasa rindu satu sama lain, di sertai isakan penuh pilu, menemani seorang ayah dan anak yang telah lama tak bersua, deru tangis semakin menyeru,

membuat deon ikut menitikan air matanya.

"jagoan papah udah dewasa, terimakasih jagoan papah sudah berjuang dan bertahan samapai sekarang, papah bangga sama kamu nak!" usapan pada punggung jeno membuat jeno semakin menggerung. pasalnya ini kata-kata yang jeno tunggu dari seorang ayah,ia rindu sekali dengan usapan dan pelukan papahnya.

"pah hiiikkss... papah sehat yaah.. ayo pulang sama jeno... sekarang jeno udah punya rumah sendiri.. kita bisa tinggal bareng hiikks..."

deon pun tak bergeming ia menatap anak semata wayangnya dengan penuh kebanggaan, seulas senyum penuh ketulusan ia mengusap surai hitam milik anaknya.

"jen tujuan kamu ke sini bukan untuk itu kan? kamu masih sulit melanjutkan semuanya? kamu masih belum mendapat jawabanya?" dengan suara lembut namun sedikit tercekat deon bersuara, yang hanya di balas anggukan oleh jeno.

"maafin papah yah nak! papah yang menyebabkan semua ini, papah menyesal, maafin papah membuat hidup kamu tak berjalan sesuai keinginan mu, maafin papah sudah menjadi penghalang kebahagiaan kamu, maafin papah ka..." suara deon terpotong.

"pah cukup..! jeno udah maafin papah begitupun mamah, terlepas dari semua kesalahan papah! papah tetap ayah terbaik yang paling jeno banggain".

suara monitor holter semakin mempercepat suaranya menandakan detak jantung semakin melemah, itu membuat jeno kalang kabut semakin panik dan cemas dengan keadaan ayahnya, dengan pergerakan cepat jeno menekan tombol nurse call.

"jen gaa gk perlu panik seperti itu"dengan suara deon tercekat semakin terbata mencoba terus berbicara.

"stop papah diem dulu bentar agi dokter dateng jangan paksain buat ngomong, nanti setelah sehat kita bisa ngobrolin apapun yang papah mau yah" dengan deru nafas naik turun jeno mencoba menetralkan dirinya namun gagal.

"jen jawaban dari segala apapun yang ada di benak kamu, adalah iya, papah yakin kamu sudah mendengar apapun dari om malik, dan semua itu benar, mamah katakan padanya papah minta maafhhhkkk aakkhh" semakin pekat rasa sakit pada dadanya deon tetap berusaha melanjutkan bicaranya.

suara monitor semakin kencang

"paah! papah tahan paah!"

"jen jangan pernah benci papah yah, paph sayang banget sama hhkkk aahhkk ssaamma... je.. jenoo aakkhh".

jeno semakin di bikin kalang kabut melihat ayahnya kesakitan airmatanya tak lagi mampu terbendung dengan deras bertumpahan.

kini dokter dan para suster satu persatu memasuki ruang ICU.

jeno di persilahkan untuk keluar dari ruangan, dengan terpaksa ia pun keluar.

"paah papah harus janji sama jeno kalo papah akan sembuh kan? paah jeno tunggu di depan ruangan, papah harus janji itu sma jeno yaah!!" lantang suara jeno menyerua bersamaan dengan ia keluar dari ruang ICU, dengan deru nafas menyekat dadanya jeno tak mampu menopang tubuhnya lagi, dengan sigap renan memapah tubuh jeno.

"jen duduk sini, ini minum dulu"renan pun mendudukan jeno pada kursi tunggu, lalu memberinya air minum.

"ren papah pasti sembuh kan ren? gua yakin hhiikks papah pasti sembuh, dia pengen main futsal ama gua ren, bahkan tadi dia minta di fotoin niih gua tunjukin" jeno membuka ponselnya dengan tergesa menunjukan foto ayahnya, hampir ponselnya tergelincir namun dengan cepat ichan menangkap ponsel jeno, kini jeno tak peduli dengan poselnya, iya di sana ada ichan yang beberapa bulan ini selalu menemani renan bolak balik jakarta sanghai.

"iya jen yakin saja om deon pasti sembuh lo banyakin berdoa bantu dia keluar dari masa kritisnya" suara renan menenangkan.

selang beberapa menit dokter pun keluar dari ruangan dengan tergesa jeno menghampiri dokter tersebut namun....

"Sorry, we have tried our best, but God prefers to take your father, i'm so sorry" dengan nada meluruh dokter pun menyampaikan final nya.

seketika tubuh jeno meluruh kelantai tak sanggup ia pijakan lagi kakinya, berat sekali memasuki ruangan, tak sanggup ia melihat papahnya.

"no!! no!! gak! gak mungkin kan ren! gak mungkin gak kan chan!! gua salah dengar pasti, papah baik-baik aja kok tadi dia masih ngobrol sama gua ren! hiikkss hhiikksss gak gak mungkin!!"jeno semakin meracau kehilangan keseimbangan.

"jen sabar jen ini udah takdir om deon lo harus relain" ucap ichan.

"bajingan... takdir bajingan, gua nunggu momen ini 7tahun, dan saat gua ketemu papah untuk pertama kali nya lagi gua harus kehilangan dia selamanya hhiikkss... ini semua gara-gara lo ren.. kenapa lo sembunyiin papah dari gua bangsat..! gua sakit banget sakiit ren.. apalagi takdir apalagi yang bagaimana gua capeek...hiikkss papah paaaahh!! bawa jeno paaah, jeno sudah gak sanggup!!!" jeno semakin tak karuan sudah tak bisa mengontrol dirinya terus mengacak rambutnya.

"iya jen semua gara-gara gua" kini tangis renan pun pecah.

"jen ayo jen temui bokap lo untuk yang terakhir kali" ucap ichan.

" mana sanggup gua chan melihat wajah tenang nya terbaring tak bernyawa.. mana sanggup guaa...!!"

"tetap saja lo harus..." ucapan ichan terjeda.

"chan lo siapin untuk peristirahatan terakhir om deon, biar jeno urusan gua" perintah renan, dengan sigap ichan mematuhi perintahnya.

"jen gua tau gua salah, gua akan jelaskan semua nya nanti, sekarang waktunya lo temui om deon, dan mari kita antar bokap lo ke peristirahatan terakhirnya"

dengan tubuh gontai jeno berdiri beranjak memasuki ruang ICU, benar saja dengan wajah tenang ayahnya telah terlelap untuk selamanya.

"paah ini pilihan papah!! maaf pah jeno gak ada di saat masa sulitnya papah! makasih pah sudah menjawab semua kegundahan yang ada di hati jeno, tapi pah kenapa harus ini pilihan papah, hiiikkss papah paaahh maaf... hhiikkss" tubuhnya kembali meluruh mengecup kening sang papah untuk terakhir kali, lembut menusuk sanubari sakit sekali jika ini di katakan untuk yang terakhir kali, pasalnya menunggu 7tahun untuk 30menit itu tidak setimpal, kenapa begitu tidak adil dunia pada dirinya, sebegitu beratkah dosanya sampai-sampai terus menerus tuhan mencoba kesabaranya, namun batas kemampuanya mulai menipis , apa masih sanggupkah dirinya berjalan kembali!!...

TO BE CONTINUE.....

1
Selfi Selfi
Lanjutkan Thor... semangat 🔥


~saling suport yuk
Aja
Gelut Mulu heran
Aja
jangan di gantungin kelamaan Jen, ayo jadian
Aja
ajisa😭
Aja
lanjut
Aja
ceritanya keren bikin penasaran setiap part ayo cepat up lagi kak
Aja
aduh di bikin penasaran sama jeno dan mika sebenarnya ada apa😭
Aja
baper🥴
Aja
sedih banget deh
Má lúm
Tolong update cepat, jangan biarkan aku mati penasaran 😩
Min meow
Terima kasih sudah menulis cerita yang sangat menghibur dan memikat hati kita semua!
PetrolBomb – Họ sẽ tiễn bạn dưới ngọn lửa.
Terharu banget
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!