NovelToon NovelToon
Dia Lelakiku

Dia Lelakiku

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Selingkuh / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati
Popularitas:7.2k
Nilai: 5
Nama Author: Redwhite

Menikah dengan seseorang yang di cintai adalah impian semua orang, sama seperti Meta yang akhirnya bisa bersanding dengan lelaki yang ia cintai sejak kecil— Dipta.

Namun setelah menikah sikap Dipta yang dulu hangat, berubah semakin dingin dan tak terjangkau.

Meta tak tahu kenapa!

Namun akhirnya sebuah rahasia besar terungkap, membuat Meta bimbang, haruskah dia melepaskan orang yang ia cintai agar bahagia.

Atau membuktikan pada Dipta bahwa kebahagiaan lelaki itu ada padanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Redwhite, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Terbongkar

Makan malam itu berlangsung penuh ketegangan. Semua pemicunya berasal dari Jelita yang tak lelah berusaha menjatuhkan Meta di depan semua orang.

Padahal adiknya itu memilih bungkam. Meta tak ingin meladeni Jelita yang terlihat sekali kepanasan karena dirinya.

Makanan yang harusnya terasa nikmat, berubah jadi hambar menurut Meta.

Dipta pun menyayangkan sikap Jelita yang entah kenapa seperti tak bisa menahan diri. Menurutnya jelita justru terlihat seperti tengah menjatuhkan harga dirinya sendiri.

Vera dan James pun bahkan bingung dengan sikap Jelita.

"Terima kasih tante, karena sudah mentraktir kami. Lain kali aku yang traktir tante ya," ucap Jelita penuh harap.

Lauren hanya tersenyum membalas tawaran kakak ipar putranya itu. Dia segera mengajak Meta dan Dipta pulang dari sana.

"Kamu kenapa sih Lit, kelihatan aneh banget!" gerutu Vera saat Meta dan keluarganya pergi.

"Aku kenapa? Dia adikku Ver, aku cuma mau nasehatin dia, salah emang?"

"Nasehatin? Kata-kata itu lebih pas untuk kamu menurutku Lit!"

"Apa maksud kamu?"

"Kamu bilang suapaya Meta menjaga jarak sama lawan jenis karena dia sudah menikah. Kamu sendiri?"

"Sekarang kamu membela Meta Ver? Aku kecewa!"

"Aku ngga bela Meta. Aku cuma menyayangkan ucapan kamu yang jelas sekali ingin menjatuhkan Meta di depan mertuanya. Satu yang kamu harus tahu—"

"Aku jelas sekali paham, kalau Mamanya Dipta tak akan terpengaruh sama ucapan kamu. Justru kamu yang menjatuhkan harga diri kamu di depannya! Kamu yakin dia ngga ilfil sama kamu?"

"Kok kamu gitu sih Ver, terserahlah, meski Dipta kekasihku, enggak selayaknya Meta bersikap sok akrab sama pemilik restoran tadi."

Vera menggeleng tak percaya. Dia bahkan tak melihat sikap sok akrab Meta pada lelaki bernama Aleandra tadi.

Tak ada yang salah dari sikap Meta, gadis itu hanya menyapa seseorang yang memang dia kenal.

Apa kamu cemburu sama Meta, Lit? Dia bahkan bisa mengenal lelaki yang lebih baik dari Dipta menurutku.

Jelita pulang menggunakan mobilnya sendiri dengan keadaan kesal.

Kesal karena memikirkan ucapan Vera yang mengatakan jika ibunya Dipta seperti tak terpengaruh dengan segala usahanya menjatuhkan Meta.

Di tambah Vera yang kembali seperti dahulu, membela Meta lagi.

Jelita sangat tak menyukai hal itu. Bahkan beberapa kali dia memukul stir untuk meluapkan kekesalannya.

.

.

Di dalam mobil, Meta, Lauren dan Dipta terdiam beberapa lama.

Lauren lalu membuka suara. "Kamu enggak papa Met?"

Meta mengernyit bingung. "Meta kenapa mah?"

Lauren pun tersenyum kaku. Dia khawatir Meta merasa terluka karena sikap Jelita tadi. Lauren pun sebenarnya kesal dengan sikap Jelita.

Sungguh, ingin sekali dia menghentikan ucapan-ucapan gadis itu kepada menantunya. Namun Meta selalu mencegahnya, jadilah Lauren hanya bisa menahan kekesalannya saja.

"Mamah khawatir, kamu bukan pasien Nak Ale kan Met?" ucap Lauren mengalihkan pembicaran. Awalnya dia ingin membahas masalah Jelita tadi. Namun dia ingat ada sesuatu yang lebih penting dari itu.

Yang ada di benak sang ibu ternyata jauh dari ekspektasi Dipta.

Dipta kira sang ibu penasaran karena apa. Justru sang ibu malah khawatir Meta adalah pasien dari lelaki yang pagi tadi mengantar sang istri.

Dia kembali teringat akan ucapan Meta pagi tadi yang mengatakan kalau dia merasa gila karena sikap dirinya dan Jelita yang berselingkuh di belakangnya.

Apa sikap aku sangat menyakiti kamu Met? Sampai-sampai kamu menemui psikiater?

Yang tadinya Dipta merasa cemburu, kini mendadak dia merasa cemas. Dia khawatir kesehatan mental Meta terganggu karena sikapnya.

Bagaimana jika mereka berpisah kelak? Apa mungkin Meta akan menjadi gila? Pikir Dipta.

"Mas Ale cukup terkenal ya Mah sebagai seorang Psikiater?"

"Entah, mamah ngga tahu, yang mamah tahu dia seorang psikiater aja sih."

"Mamah ngga usah khawatir, aku bukan pasien mas Ale. Kami ngga sengaja aja saling kenal," jelas Meta.

"Oh syukurlah."

Dipta merasa kurang puas dengan jawaban sang ibu, dia berharap kalau sang ibu bertanya lebih jauh lagi bagaimana sang istri bisa mengenal lelaki itu.

Sayangnya, hingga mereka sampai di rumah, obrolan keduanya hanya berkutat seputar urusan wanita.

.

.

Sesampainya di rumah, tiba-tiba Lauren meminta untuk tidur bersama dengan Meta.

Dipta tak mungkin melarang, lagi pula jika dia tidur di kamar Meta, dia yakin Meta akan memintanya tidur di bawah.

Sampai malam, dirinya tak bisa tidur. Banyak hal yang dia pikirkan. Apalagi Jelita sejak tadi tak kunjung membuka pesannya.

Entah kekasihnya itu sudah sampai atau belum benar-benar membuatnya kepikiran.

Dipta memutuskan keluar dari kamar untuk sedikit menghilangkan penat.

Dapur menjadi tujuannya. Dia memilih membuat kopi untuk menemani malamnya.

"Kamu belum tidur Dip?" ucap Lauren membuat Dipta sedikit terkejut.

"Mamah kenapa? Haus? Bukannya Meta sudah menyiapkan minuman di kamar?"

Dipta sangat tahu kebiasaan sang istri. Jadi dia sedikit heran karena sang ibu terbangun menuju dapur.

"Atau mamah lapar? Mau Dipta buatkan mie?"

"Kamu ini lupa apa gimana! Mamahkan udah lama ngga makan makanan instan."

Lauren lalu duduk di sebelah sang putra. Dia menatap Dipta dengan sendu.

"Kenap kamu tega Dip?"

Deg, jantung Dipta berdebar semakin kencang. Entah apa yang ibunya maksud tapi pikiran Dipta melayang kepada masalahnya dengan Meta.

"Mamah kecewa sama kamu," sambung Lauren lirih.

"Meta gadis yang baik. Dia mencintai kamu sejak dulu dan tulus, tapi kenapa kamu mengecewakan dia."

"Ma-maksud mamah apa?"

"Mamah mendengar obrolan kalian pagi tadi. Bahkan mamah tahu kalau Jelita tinggal di sini. Jujur mamah ngga habis pikir sama kamu Dip."

"Mamah tahu?"

"Kenapa Dip?"

"Mah, maafkan Dipta. Dipta tahu Dipta salah, tapi perasaan enggak mungkin di paksakan," jelas Dipta.

"Kalau begitu kenapa kamu menerima perjodohan itu kalau pada akhirnya kamu menyakiti hati Meta!"

"Maaf mah, sungguh maafkan Dipta. Dipta pikir mungkin Dipta akan mulai bisa jatuh hati setelah menikah, tapi nyatanya—"

"Tentu saja semuanya terasa sulit karena kamu selalu bersama dengan Jelita! Harusnya kamu menjauhi gadis itu, bukan malah semakin mendekatinya!"

Dipta tertunduk, dia tahu apa yang sang ibu katakan memang benar. Dirinya yang tak bisa menjauhi Jelita.

Bahkan dengan secara sengaja menerima Jelita menjadi sekretarisnya agar bisa selalu dekat dengan gadis itu.

Dia pikir, kalau memang Meta bisa membuatnya jatuh cinta, keberadaan Jelita pasti tak akan bisa menggoyahkannya.

Nyatanya, cintanya pada Jelita masihlah besar. Meta bahkan tak pernah bisa menggantikan posisi itu.

"Lepaskan Meta," ucap Lauren tiba-tiba.

"Mah—" balas Dipta tercekat.

Harusnya dia saat ini bersorak gembira. Namun, dia justru merasa sedih saat melihat sang ibu justru terlihat terluka.

"Mamah ngga ikhlas kamu menyakiti hati Meta hanya karena perempuan seperti Jelita. Satu hal yang harus kamu ingat, Meta bukan hanya sekedar menantu bagi mamah, tapi dia anak mamah."

"Kalau kamu mau dengan Jelita, silakan, tapi mamah ngga akan pernah merestui kalian dan ngga akan pernah menerima dia sebagai menantu mamah."

"Bahkan kamu jangan pernah membawa Jelita ke rumah mamah. Maaf kalau keputusan mamah saat itu menyakiti kamu, inilah balasan dari kesalahan mamah. Melepaskan kamu dengan pilihanmu, hanya saja hargai keputusan mamah."

"Tapi kenapa Mah? Kenapa mamah ngga pernah bisa suka dengan Jelita. Salah apa dia mah?"

"Kamu mau tahu kenapa mamah ngga menyukai dia, meski mamah tahu kamu tertarik dengan dia sejak dulu?"

Tubuh Dipta menegang, ternyata sang ibu sudah tahu tentang perasaannya pada Jelita. Lantas yang membuatnya tak habis pikir adalah, kenapa justru sang ibu malah menjodohkannya dengan Meta.

Dipta menganggap semua ini karena ulah sang ibu sendiri yang memaksakan kehendaknya.

"Salah satunya ya ini, bagaimana mungkin kamu mencintai wanita yang bahkan rela menyakiti hati wanita lain, terlebih lagi merebut suami dari adiknya sendiri?"

"Kami saling mencintai bahkan sebelum aku menikahi Meta mah, Metalah yang justru hadir di tengah-tengah kami!"

"Jujur sama Dipta Mah, pasti ada hal lain bukan?"

.

.

.

Lanjut

1
Teh Euis Tea
akhirnya dipta tahu jg kebusukan bpknya dipta dan ibunya jelita
Lovita BM
diamnya wanita ,akan jd malapetaka yg menyakitinya berkali² ,
aqil siroj
tet tottttttttt.... 😄😄😄
ini belum senjata pamungkas ya 😀
Soraya
nex
Devi ana Safara Aldiva
jadi nggak respect untuk melanjutkan baca novel ini low si meta trus dengan dipta
Teh Euis Tea
meta biarkan aj terbongkar semua buar ibunya dipta tau sekalian
Lovita BM
ternyata org terdekat penjahat dan iblis sebenarnya
Viela
rasakan kau jelita.....
aqil siroj
meta meta udah disakitin begitu masih aja dipertahankan.... lama lama be go juga si meta...
Teh Euis Tea
nah kan bener si jelita di kerjain si james, si james ternyata biadab jg beruntng bkn vera yg di rusak
Soraya
dipta mg plin plan
Lovita BM
nah ,gtu kyk Dave teges gk plin plan ,
kasihan meta makan janjimu .
aqil siroj
dufudu.... mampussss
Viela
itulah konsikuensinya tukang selingkuh lho....
Soraya
lanjut thor
Devi ana Safara Aldiva
semoga meta tidak sampai punya anak sama dipta
aqil siroj
duh si jelita masuk kandang singa
Yumi Suryani
keren
haruka
Mudah mudahan Meta lepas dari Dipta, cowonya ga py pendirian
Lovita BM
Lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!