NovelToon NovelToon
Semesta Kaviandra

Semesta Kaviandra

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / cintapertama / cintamanis / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Murni
Popularitas:3.9k
Nilai: 5
Nama Author: Riunakim

Banyak yang bilang jodoh itu adalah cerminan dari diri kita sendiri. Dan sekarang Savinna sedang terjebak dalam perkataan itu. Ya, gadis yang baru saja menduduki bangku SMK itu tiba-tiba jatuh hati pada seorang anggota futsal yang ternyata memiliki banyak sekali kesamaan dengannya. Mulai dari hobi hingga makanan favorit. Akankah dengan kesamaan yang mereka punya akan menyatukan keduanya? Apakah dengan banyaknya kesamaan diantara mereka turut menimbulkan perasaan yang sama?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Riunakim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tentang Kaviandra

"Assalamualaikum, Ma! Kavi pulang!"

Kavi melangkah kecil mencari sosok Rami yang biasanya tengah bersantai di depan televisi atau sedang sibuk membuat sesuatu di dapur. Tapi kali ini, Kavi sama sekali tidak menemukan keberadaan Rami di kedua tempat itu. Alhasil Kavi pun langsung menaiki tangga untuk memastikan Rami ada di kamarnya.

Setibanya di lantai dua, Kavi bisa mendengar dari kejauhan, sebuah perdebatan kecil yang tengah melibatkan kedua orang tuanya.

Papa gak kerja? batin Kavi sembari mendekatkan tubuhnya ke kamar kedua orang tuanya itu.

"Pokoknya kita harus gugurkan janin ini," ucap Rami di akhir kalimat yang sebelumnya tidak sempat Kavi dengar.

"Papa tidak akan pernah menyetujui itu. Bayi yang ada di rahim Mama sekarang harus tetap hidup!" bantah Anton.

Maksudnya apa ini? Apa Mama hamil lagi? batin Kavi setengah panik.

Bagaimana laki-laki itu tidak panik, jika Rami hamil lagi dan Kavi akan memiliki adik baru, bisa saja Anton akan semakin menjauhi Kavi dan semakin enggan untuk menyayanginya kembali.

"Sebenarnya, apa yang Mama takutkan dari Kavi? Apa Mama takut kalau anak itu tidak mau menerima semuanya? Kalau begitu, biar Papa yang akan bicara dengan dia. Dia itu sudah besar, kita gak harus menuruti semua yang dia mau, Papa gak mau dia tumbuh jadi anak yang semakin manja!"

Kavi tersenyum kecut mendengar ucapan Papanya barusan.

Bisa-bisanya Papa ngomong kayak gitu, emangnya selama ini dia pernah nurutin kemauan gue? Bahkan selama tiga tahun belakangan, gue berasa jadi anak yatim, batin Kavi kesal.

Entah kenapa, kekesalan Kavi saat itu membawanya pada rasa sakit hati yang mendalam. Bahkan, keinginan untuk pergi meninggalkan kedua orang tuanya langsung muncul begitu saja di benaknya.

Lebih baik gue pergi dari sini, biar Papa sama Mama bisa hidup bahagia tanpa gue. Dan semoga adik gue kelak bisa buat hidup mereka jadi lebih bahagia.

Dengan hanya membawa motor dan handphonenya, Kavi memutuskan untuk pergi meninggalkan rumahnya.

Tanpa tujuan yang jelas, Kavi kembali mengendarai motornya mengelilingi jalanan ibu kota di bawah gumpalan awan mendung yang disertai kilatan petir.

Entah ini keputusan yang tepat atau tidak. Yang jelas, Kavi tahu semua ini salah. Itu sebabnya ia menangis di sepanjang perjalanan. Tapi tangisan Kavi bukan karena menyesali keputusannya melainkan karena ia takut Rami menjadi sangat khawatir akan keadaannya nanti.

***

Savinna terbangun dari tidur siangnya sekitar pukul lima sore. Seandainya dering ponselnya tidak berbunyi, Savinna pasti akan bangun kembali saat azan magrib berkumandang.

Savinna yang saat itu masih belum terkumpul nyawanya dengan sempurna, tiba-tiba dikejutkan dengan sebuah panggilan masuk dari Rami.

Ada apa nih? Kenapa Mamanya Kak Fazriel nelepon gue? batin Savinna bertanya-tanya.

Ya, di pertemuan kedua mereka, Savinna dan Rami sudah sampai di tahap saling bertukar nomor telepon. Dan Kavi sama sekali belum mengetahui tentang hal ini.

"Ekhm! Halo-halo?" Savinna menyempatkan diri untuk tes fokal sebelum mengangkat panggilannya.

"Assalamualaikum, Tante?" sapa Savinna setelah mengangkat panggilan itu.

"Waalaikumsalam, Sayang ..." suara Rami terdengar cemas, "apa Kavi ada di rumah kamu?"

"Eh? Kak Fazriel belum pulang, Tante?"

"Belum, Sayang ... Kavi belum pulang sejak pagi tadi. Tante sudah hubungi nomornya tapi tidak diangkat sama sekali."

Savinna pun bingung setengah mati, pasalnya sebelum Kavi pergi meninggalkan rumahnya, Savinna sempat berpesan agar Kavi segera pulang. Tapi nyatanya, Kavi malah melanggar perintah dari Savinna, "Kak Fazriel gak ada di rumah aku, Tant. Tapi nanti aku coba tanyain ke teman-teman terdekatnya ya."

"Iya, tolongin Tante ya, Cantik. Tante benar-benar khawatir dengan Kavi. Di luar hujan lebat dan dia juga belum makan siang."

Savinna pun menjadi ikut cemas setelah Rami mengatakan hal itu. Dan setelah mengakhiri panggilannya dengan Rami, Savinna pun bergegas untuk menghubungi Kavi.

"Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif—"

"Duh! Kak Fazriel kemana sih?" dengan perasaan kesal bercampur khawatir, Savinna mengalihkan panggilannya ke Nauval. Dan gadis itu langsung bernapas lega saat Nauval mengangkat panggilannya. Savinna pun langsung berharap penuh jika Kavi sedang berada di rumah Nauval saat itu.

"Halo? Ada apa, Sav?"

"Kak Fazriel ada disana gak, Kak?" tanya Savinna to the point.

"Enggak tuh, Sav. Kavi gak ada di rumah gue. Emang kenapa dah?"

"Mamanya barusan telepon gue, katanya Kak Fazriel belum pulang juga."

"Buset dah, kemana aja anak itu?"

"Gue juga gak tau, Kak. Tolong tanyain ke Kak Vero dong, mana tau dia ada di rumahnya Kak Vero sekarang. Gue gak punya nomornya Kak Vero soalnya."

"Oke-oke, lo tenang dulu aja. Setelah ini gue coba tanyain ke Vero juga."

"Kalo perlu, tanyain ke Kak Amia juga ya, Kak."

"Dih? Gak mungkin lah Kavi ke sana lah."

"Ya, kan gak ada yang tau, Kak. Pokoknya tanyain aja ke semuanya ya," pinta Savinna.

"Yaudah iya, nanti gue tanyain di grup kelas sekalian."

"Oke, makasih banyak ya, Kak. Tolong kabari ke gue secepatnya kalo lo udah tau dimana keberadaannya Kak Fazriel."

"Siap."

Setelah menutup sambungan teleponnya, Savinna pun kembali memeriksa beberapa notifikasi yang ada di ponselnya. Gadis itu berharap sekiranya ada satu saja notifikasi dari Kavi yang muncul disana namun nyatanya tidak ada sama sekali. Savinna malah melihat sebuah notifikasi dari akun Instagram milik Kelvin, teman sekelas Kavi.

@kelvinalfarez: By the way, boleh minta nomor WhatsApp?

Apaan sih? Makin gue diemin malah makin jadi. Dia kira gue semurahan itu ya? batin Savinna jengkel.

Lihat aja nanti, bakal gue aduin ke Kak Fazriel.

***

Di tempat yang berbeda, lagi-lagi Kavi terbaring lemah di sebuah ranjang dalam kondisi demam. Kepalanya terasa sangat pusing hingga membuatnya hampir mengalami kecelakaan saat sedang dalam perjalanan tadi.

"Gue panggilin dokter aja deh ya?" ucap Rama putus asa melihat kondisi sepupunya yang terbaring lemah itu.

"Jangan, Le," tolak Kavi lemas.

Laki-laki yang kerap dipanggil Bule lantaran wajahnya yang memang sedikit blasteran itu pun kembali bertanya, "Kenapa jangan? Kalo lo mati disini gimana anjir? Nanti gue juga yang repot."

"Lo kayak baru kenal gue satu hari aja, gue gak akan mati cuma karena demam kayak gini. Ini udah biasa terjadi sama gue. Nanti juga sembuh sendiri, Le."

"Ada baiknya, lo bilang sama nyokap lo, Kav. Bilang kalo lo ada di rumah gue. Biar dia gak khawatir," ucap Rama memberi saran. Sebenarnya ini bukan kali pertama Kavi mendengar saran itu keluar dari mulut Rama. Lebih tepatnya Rama sudah bicara soal itu beberapa kali pada Kavi apalagi saat ia mengetahui jika sepupunya itu kabur dari rumah, "Oh iya, terus gimana sama sekolah lo? Masa iya lo mau putus sekolah juga?"

Kavi pun terdiam selama beberapa saat karena ia teringat akan Savinna. Kavi teringat tentang bagaimana hubungan mereka berdua kedepannya?

"Gue juga bingung, Le."

Rama terdengar menghela napas berat, "Selama Nyokap sama Bokap gue belum balik dari Aussie gue jamin lo aman disini. Tapi kalo mereka udah balik ke Indo lagi—"

"Gue bakal cabut dari sini sebelum mereka balik ke Indo lah," potong Kavi santai.

Hmm, apa gue aduin ke Tante Rami aja ya? batin Rama.

***

Rami tak henti-hentinya menangis saking khawatirnya dengan keberadaan Kavi saat itu. Ditambah lagi, hujan lebat tak henti-hentinya sejak siang tadi.

"Ini semua gara-gara Papa. Mama yakin, Kavi sudah sempat pulang tadi. Dan dia pasti dengar percakapan kita makanya dia mutusin buat pergi lagi," lagi-lagi,  Rami kembali menyalahkan Anton.

"Mama kok jadi nyalahin Papa terus sih?" tanya Anton tak terima. "Dari awal Papa udah bilang ke Mama kalo Papa mau bicara baik-baik sama Kavi, tapi Mama malah terus-terusan ngajak Papa debat. Bahkan Mama milih buat mengugurkan anak kita. Mama tau kan kalo perbuatan itu dosa besar?"

Rami pun terdiam. Wanita berusia 32 tahun yang tengah hamil muda itu pun sejujurnya tidak ingin melakukan hal yang memang sangat dilarang oleh agama itu. Tapi di sisi lain, Rami juga memikirkan kebahagiaan Kavi, putranya yang selama tiga tahun terakhir tidak pernah mendapat kasih sayang dari Papanya sendiri.

Kalo anak ini lahir, Mas Anton pasti akan semakin jauh dari Kavi, batinnya.

"Mama mau cari Kavi sekarang," ucap Rami sambil beranjak dari tempat duduknya.

Anton pun segera menahan sang istri, "Mau cari kemana? Di luar hujan lebat lho."

"Terus kalo hujan, kita gak perlu cari Kavi? Anak itu gak bisa kena hujan, Pa. Kalo dia kehujanan dan sakit lagi gimana?"

"Oke, kita cari Kavi pakai mobil Papa ya."

Tanpa mengiyakan perkataan Anton, Rami langsung saja pergi meninggalkan Anton membuat Anton harus berjalan cepat untuk mengejarnya.

"Kita mau cari Kavi kemana, Ma?" tanya Anton saat mereka sudah dalam perjalanan untuk mencari Kavi.

"Kalo Mama tau, buat apa kita cari, Pa?"

Benar juga... batin Anton.

"Kalo gitu kita cari ke rumah temannya Kavi aja gimana?" tanya Anton memberi saran.

"Boleh tuh, mau ke rumahnya Alvero atau Nauval?"

"Yang Mama tau rumahnya siapa?"

"Enggak ada yang Mama tau sih."

"Terus Mama punya kontak temannya Kavi gak? Salah satu aja."

Rami terdiam sebentar lalu kemudian ia menggeleng tidak tahu. Anton sama sekali tidak marah dengan Rami, pria berusia 36 tahun itu malah tersenyum gemas melihat tingkah istrinya.

"Terus gimana kita bisa kesana, Sayang?" tanya Anton lembut. Tampaknya sifat lembut Anton pada pasangannya itu menurun ke Kavi, putranya.

"Ya jangan tanya Mama dong, Papa juga harus bantu pikir!"

"Hmm, oke ... kita keliling kompleks dulu aja, mana tau kita ketemu Kavi di sekitaran sini," jawab Anton dengan tenang. Sama sekali tidak terdengar naiknya nada bicara Anton atau semacamnya. Karena Anton sendiri tahu kalau mood Rami memang selalu naik turun saat sedang dalam posisi hamil muda seperti saat ini.

***

"Buruan di habisin sih makanannya, gimana lo mau sembuh kalo gak mau makan kayak gini, Kav?" Rama tak henti-hentinya menekan Kavi untuk segera menghabiskan makanannya. Sudah sekitar satu jam lebih Kavi membiarkan makanannya dalam ruangan terbuka seperti ini. Mungkin makanan yang Rama siapkan itu sudah sangat dingin sekarang, "Apa perlu gue suapin?" ucap Rama menawarkan diri.

Kavi pun segera menggelengkan kepalanya, "Makanannya pahit, Le. Gue gak suka."

"Yaudah, lo mau makan apa? Biar gue pesan menu baru buat lo."

"Gak usah repot-repot, sebenarnya ... gue juga lagi gak nafsu makan."

"Lo benar-benar udah bosan hidup kah?" tanya Rama heran.

"Kok tau sih?" jawab Kavi disertai dengan senyuman kecil, "Seandainya waktu bisa di putar kembali, lebih baik gue aja yang mati, jangan Kak Rania."

"Jangan ngomong kayak gitu sih. Jangan pernah ngerasa kalo lo itu gak berguna. Gue yakin, lo itu berguna kok. Tanpa lo sadari, pasti ada seseorang yang bersyukur banget atas kehadiran lo di dunia ini. Entah itu orang tua lo, atau pasangan lo kelak," ucap Rama panjang lebar berusaha untuk menyemangati sekaligus membesarkan hati sepupunya itu. Rama paham betul akan suasana hati Kavi saat itu, dan ia tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi pada Kavi. Maka dari itu, Rama berusaha untuk memberi Kavi semangat agar pikiran buruknya menghilang.

Detik itu juga, Kavi langsung teringat akan Savinna dan berniat untuk menghubunginya, "Boleh gue pinjam handphone lo? Buat hubungi seseorang."

Dengan senang hati, Rama langsung memberikan ponselnya pada Kavi dan memberikan laki-laki itu ruang privasi untuk menghubungi orang yang ia tuju, yakni Savinna.

***

Savinna tengah risau lantaran ia sedang mendapat sebuah teror dari nomor tidak dikenal. Nomor itu terus menghubunginya hingga membuat gadis itu muak dan hendak memblokirnya.

Ini nomor siapa sih? Gak mungkin kan ini nomor teman sekelasnya Kak Fazriel itu? Jelas-jelas gue belum kasih nomor gue ke dia kok. Terus ini nomornya siapa dong? Apa gue blokir aja kali ya?

Ditengah rasa bimbangnya itu, tiba-tiba Savinna mendapati sebuah pesan masuk dari nomor yang sama. Savinna pun langsung membuka pesan tersebut karena orang asing itu mengaku sebagai Kavi.

**Chat WhatsApp

+62XXXXXXXXX: Angkat teleponnya, Sav. Ini Kak Fazriel.

Savinna: Gak usah bohong deh.

+62XXXXXXXXX: Kak Fazriel serius, Sav. Tolong angkat teleponnya ya..

Ini serius Kak Fazriel bukan sih? batin Savinna ragu.

Pada akhirnya gadis itu membiarkan chat tersebut selama beberapa saat lalu kemudian nomor itu kembali mengirimi pesan dalam bentuk sebuah foto ke nomor Savinna. Dan setelah melihat foto yang dikirimkan oleh orang itu, Savinna pun langsung menelepon orang asing yang ternyata benar-benar Kavi. Tak tanggung-tanggung, Savinna langsung meneleponnya melalui panggilan video.

"Assalamualaikum!" sapa Kavi dengan suara yang serak.

"Waalaikumsalam," balas Savinna dengan raut wajah yang super khawatir melihat kondisi wajah Kavi yang sangat pucat.

"Kak Fazriel baik-baik aja kok, Sav. Cuma lagi demam sedikit, soalnya tadi kena hujan lagi," ucap Kavi sambil terkekeh pelan.

"Kak Fazriel sekarang ada dimana? Kak Fazriel tau gak sih, Tante Rami itu cemas cariin Kak Fazriel. Kenapa Kak Fazriel pergi gak bilang-bilang ke Tante Rami dulu? Tadi sebelum Kak Fazriel pulang kan aku udah suruh Kak Fazriel buat langsung pulang ke rumah, gak boleh keluyuran lagi, tapi kenapa Kak Fazriel ingkar?"

Omelan dari Savinna sama sekali tidak membuat Kavi takut, ia malah terkekeh geli saking gemasnya. Savinna tentu saja jengkel melihat Kavi yang malah tertawa setelah ia marahi.

"Kenapa malah ketawa sih?"

"Kamu lucu, Sayang."

"Aku tuh lagi serius, Kak!" Bentaknya membuat Kavi berhenti tertawa, "Sekarang aku mau tau, Kak Fazriel lagi ada dimana?"

Bukannya menjawab, Kavi malah diam dengan raut wajah yang sedih. Sangat berbeda dengan ekspresinya setelah ia dimarahi oleh Savinna tadi. Savinna pun langsung merasa tidak enak setelah itu, ia kira kesedihan Kavi diakibtkan oleh bentakan Savinna barusan. Karena Savinna sama sekali belum mengetahui tentang permasalahan yang terjadi di rumah Kavi.

"Maafin aku, Kak. Aku gak bermaksud buat bentak Kak Fazriel kayak tadi ... aku cuma—"

Prak!

"KAK FAZRIEL?!" teriak Savinna saat mendapati ponsel yang Kavi pegang terjatuh. Tapi sebelum itu, Savinna juga sempat melihat kedua mata Kavi yang mulai tertutup secara perlahan.

Sudah cukup lama Savinna menunggu seseorang di sana agar datang dan menolong Kavi namun nyatanya, hingga lima menit berlalu, tak satu orang pun datang untuk membantu kekasihnya itu. Savinna sudah hampir menangis saking paniknya, ia bahkan belum sempat mengetahui dimana keberadaan Kavi. Savinna hanya bisa berdoa agar seseorang segera datang dan menolong kekasihnya itu.

Tuhan seakan mendengar doa dari Savinna dan langsung mengabulkannya beberapa menit setelah Savinna berdoa. Seorang laki-laki terdengar berteriak dan langsung mendekati Kavi untuk segera menolongnya.

"Hei, siapa itu?" tanya Savinna berusaha untuk memanggil Rama dari sambungan teleponnya.

Awalnya Rama tidak menyadari panggilan dari Savinna itu lantaran ia belum menemukan ponselnya yang tergeletak di lantai. Dan ketika Rama sudah menemukan ponselnya, barulah ia menyadari jika ponselnya itu masih terhubung dengan panggilan bersama seseorang.

"Eh? Kak Savinna bukan sih?" 

"Rama? Kok lo bisa ada disana sih?" tanya Savinna heran.

"Loh, ini kan rumah gue, Kak."

"Lo kenal sama Kak Fazriel?"

"Maksud lo Kaviandra?"

"Iya, Kaviandra Fazriel anaknya Tante Rami."

"Gimana gak kenal? Orang kita sepupuan kok."

Savinna benar-benar tidak menyangka jika dunia akan sesempit ini. Savinna memang sudah mengenal Rama sejak beberapa minggu lalu, lebih tepatnya saat rumah yang berada di sebelah rumah Savinna kembali dihuni oleh Danio dan keluarganya. Sejak saat itu, Rama kerap kali datang ke rumah Danio dan pada akhirnya Savinna dan Rama pun saling mengenal lewat perantara Danio.

"Lo sendiri siapanya Kavi?" tanya Rama penasaran.

Pertanyaan itu terlontar dari mulut Rama karena laki-laki itu sempat menaruh hati pada Savinna. Tentu saja saat mengetahui Kavi menghubungi Savinna, Rama menjadi sangat penasaran akan hubungan dari keduanya.

"Gue pacarnya."

Degh!

Pupus sudah harapan Rama untuk mendapatkan hati Savinna.

"Eh, boleh tolong share alamat rumah lo ke gue? Gue mau kesana sekarang," pinta Savinna yang terlihat kembali cemas setelah mengingat kondisi Kavi.

"Yah tapi, Kak ... Kavi bilang dia gak mau ngasih tau soal ini ke siapa-siapa dulu, termasuk orang tuanya."

"Iya, gue gak akan kasih tau siapa-siapa, gue bakal datang kesana sendirian."

"Tapi diluar lagi hujan loh, Kak."

"Gue bakal pesan taksi online sekarang, buruan kirimin alamat rumahnya ya!" pinta Savinna sebelum ia mengakhiri panggilan videonya.

***

Savinna langsung memanggil dokter untuk memeriksa kondisi Kavi setibanya ia di rumah Rama. Saat itu, Kavi masih belum sadar dan menurut pemeriksaan dokter Kavi mengalami demam tinggi yang membuat tubuhnya mengalami kemerahan dan terasa nyeri hingga turunnya nafsu makan.

"Setelah pasien bangun, tolong paksa dia untuk makan setidaknya setengah porsi dari biasanya, setelah itu obat dan vitaminnya harus diminum setidaknya sampai gejala demamnya menghilang," terang sang dokter sebelum pergi meninggalkan rumah Rama.

"Uang lo pasti habis buat biaya berobat Kavi kan, Kak? Gimana kalo kita patungan aja?" usul Rama di tengah keheningan keduanya yang sedang menunggu Kavi siuman.

"Gak usah, Ram. Uang itu gue ambil dari tabungan gue kok, sama sekali gak ganggu uang jajan gue sehari-hari."

Kak Savi benar-benar sama kayak yang gue bayangin selama ini, selain cantik diluar, dia juga cantik dari dalam. Beruntung banget Kavi bisa miliki lo, Kak...

"Kenapa Kak Fazriel ada disini? Kenapa dia gak pulang ke rumahnya? Apa di rumahnya lagi ada masalah?" sambil menunggu Kavi siuman, Savinna pun mulai menginterogasi Rama.

"Dari yang gue tangkap selama dia cerita tadi, Kavi itu kayaknya agak cemburu dan takut tersaingi setelah dia tau kalo nyokapnya hamil lagi."

"Jadi Tante Rami hamil lagi?!"

"Iya, Kak. Kavi bilang Tante Rami lagi hamil sekarang."

"Tapi, kayaknya gak mungkin Kak Fazriel cemburu atau takut tersaingi sama calon adiknya itu deh."

"Ya, itu cuma perkiraan gue aja sih, Kak ... soalnya kan selama ini hubungan Kavi sama Om Anton gak baik—"

"Tunggu sebentar, Om Anton itu—"

"Dia Papanya Kavi, Kak. Lo belum kenal?"

Savinna pun menggeleng pelan, "Gue baru kenal sama Tante Rami aja sih."

"Berarti, lo belum tau kalo hubungan Kavi sama bokapnya gak seharmonis itu?"

Savinna langsung menggeleng, "Coba ceritain ke gue tentang kehidupannya Kak Fazriel dong, gue mau kenal dia lebih dekat. Gue juga mau tau semua masalah yang selama ini dia hadapi ... dengan begitu, gue bisa lebih mudah buat memahami dia kedepannya."

Rama pun tersenyum simpul menutupi rasa sesak di dadanya.

"Okey, gue bakal ceritain semua yang gue tau tentang Kavi ... tentang masa lalu anak itu dengan harapan lo bisa ngubah Kavi jadi pribadi yang lebih baik dan lebih kuat lagi. Fyi, Kavi baru aja ngomong ke gue kalo dia udah jenuh tinggal di dunia dan kepingin mengakhiri hidupnya ... gue harap lo bisa tahan dia buat gak ngelakuin hal bodoh itu, Kak."

Savinna benar-benar tidak percaya dengan kalimat terakhir yang Rama sampaikan barusan. Sedalam itu masalah Kavi hingga laki-laki yang ia cintai itu sudah berniat untuk mengakhiri hidupnya sendiri.

Savinna pun menatap Kavi yang masih belum sadarkan diri sebelum Rama mulai menceritakan semuanya.

Aku gak akan biarin Kak Fazriel pergi ... layaknya bumi yang selalu membutuhkan matahari. Aku bakal selalu ada buat Kak Fazriel, kapan pun Kak Fazriel butuh aku.

1
cikuaa
suka banget lanjut trs
call me una
🤩🤩
Rodiyah Tamar Diyah
😘😘😘
Rodiyah Tamar Diyah
😚😚😚
Rodiyah Tamar Diyah
/Wilt//Wilt//Wilt/
cinta cahaya putri
/Rose//Rose/
meltedcheese
likeee
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!