NovelToon NovelToon
Memeluk Luka

Memeluk Luka

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama / Cinta setelah menikah / Pengganti / Cerai / Keluarga / Angst
Popularitas:3.7k
Nilai: 5
Nama Author: fromAraa

terkadang tuhan memberikan sebuah rasa sakit kepada para hambaNya sebagai perantara, agar mereka lebih dekat dengan tuhannya...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fromAraa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

kembali

...Aku tak pernah memintanya untuk datang......

...Aku tak pernah memohon padanya agar kembali......

...Aku tak berharap melihat raganya lagi......

...Aku tak ingin mendengar suaranya lagi......

...Mau bagaimanapun ia datang dan bersimpuh di depanku, aku tak akan pernah mau memaafkan segala perbuatannya selama ini......

...Bahkan jika tuhan ingin menghukum jiwaku,...

...Maka hukumlah......

...Aku akan menerima hukuman itu sebagaimana mestinya......

...Jiwa yang telah ia lukai......

...Raga yang tak pernah ia rengkuh......

...Suara yang tak pernah mau ia dengar......

...Hati yang telah ia tolak......

...Seharusnya tuhan memberikan sebuah hukuman juga kepadanya....

...Tak perduli perihal siapa dia disini, tuhan harus adil kepada semua anaknya......

...Setiap yang membelot, ...

...Ia harus diberi hukuman yang setimpal......

.........

Pagi ini jovandra tak berniat pergi ke kantornya. Selain tak ada sebuah kepentingan mendadak, ia juga sedang malas pergi ke luar rumah hari ini. Selagi semuanya masih bisa ia handle dari rumah, kenapa ia harus datang ke kantor kan? Lagipula sudah ada jafran di sana. Mengurus segala pekerjaan bagian dirinya sendiri. Kecuali jika memang ada meeting atau bertemu klien yang mengharuskan jovandra hadir dalam pertemuan tersebut.

"Ayah..."

Jovandra terkejut saat mendengar sebuah suara yang terdengar tak asing masuk ke dalam pendengaran miliknya. Kepalanya menoleh tatkala ia merasakan sebuah tangan mungil menarik-narik celana traning yang ia kenakan sekarang.

Ia mengangkat seorang anak laki-laki yang mencoba untuk meraih tangan ayahnya ke atas pangkuannya.

"Kamu bilang apa tadi, jagoan?"

"Ayah...ibu..."

Jovandra bahagia bukan main. Seorang anak yang mengalir darah dan dagingnya di sana, kini anak itu sudah bisa mengucapkan sebuah kata pokok yang selalu diucapkan seorang bayi saat mereka tengah berada dalam tahap awal berbicara.

Jovandra mengendus perut si kecil, membuat bayi itu terkekeh geli karna ulah ayahnya.

"Jo udah jo kasian loh anaknya ketawa terus"

"Bu coba kesini sebentar"

Serayu menghampiri suami dan anaknya yang sedang berada di ruang keluarga.

"Kenapa, butuh sesuatu?"

"No! Wait...jagoan ayah, ini siapa?" Ucap jovandra kepada geri sembari menunjuk serayu yang berada di sebelah mereka.

"Ibu...ayah..."

Serayu sedikit terkejut, sebab anak bayi nya itu sudah bisa mengucapkan dua kata dengan jelas.

"Wahhh anaknya ibu sudah bisa bicara dengan jelas yaaa" ucapnya sembari mengambil alih geri dari pangkuan suaminya.

Geri memajukan kedua tangannya, seolah ingin menggapai wajah sang ibu di sana.

"Ibu...nyum, ibu...nyum"

"Anak ibu mau minum?"

Geri mengangguk lucu, kedua tangannya mengepal. Mengucek kedua mata sipit itu.

"Ngantuk ya bu?" Tanya jovandra ketika melihat geri yang sedang menguap.

"Ya Udah aku tidurin geri dulu ke atas" pamit serayu yang kemudian diangguki oleh jovandra.

Tak lama setelah serayu pamit kepadanya mau menidurkan geri ke atas, sebuah panggilan telefon masuk ke ponselnya. Tertera nama jafran disana.

"Ya, halo? Kenapa jaf?"

"Ada yang mau ketemu lo di kantor, gue udah bilang buat nunggu di ruangan lo. Kesini sekarang bisa?"

"Siapa?"

"Pak sandy"

Jovandra sontak mematikan telfonnya secara sepihak saat mendengar sebuah nama yang disebut oleh sekretarisnya di seberang telfon. Dadanya terasa sesak seketika, kepalanya serasa mau pecah saat itu juga. Bahkan, Otak yang semula bisa berfikir tenang nan jernih itu, bahkan entah kemana pikiran itu berkelana sekarang.

Apa yang diinginkan laki-laki itu?

Mengapa ia kembali setelah sekian lama?

Apakah ada sesuatu yang ingin dijelaskan, ata hanya ingin sekedar membahas sebuah hal yang tak penting bagi jovandra?

Jovandra speechless, terdiam seribu bahasa tak mengerti dengan yang terjadi sekarang. Masih berfikir apakah ia harus datang menemui pria tak berperikemanusiaan itu, atau tak perlu bertemu dengannya saja?

Jovandra menarik nafasnya dalam, lalu menghembuskan mereka kembali guna mencari ketenangan di sana. Cukup lama jovandra berfikir, hingga akhirnya ia memutuskan untuk datang ke kantor.

Sebelum pergi, laki-laki itu menyempatkan diri untuk berpamitan kepada sang istri yang masih berada di kamar si kecil.

"Kamu yakin akan baik-baik aja?"

"Kamu harus doakan saya, ra"

Serayu memeluk tubuh jovandra yang terlihat tak baik-baik saja. Mengusap punggung lebar itu lembut. Menjadikan punggung yang semula terasa tegang kini perlahan melemas seiring usapan yang serayu berikan padanya.

"Kalau seandainya kamu memang belum siap buat ketemu sama beliau sekarang, ngga apa jo...kamu bisa ngomong sama beliau, buat ketemu lain kali. Tapi kalau memang kamu sudah siap, aku bisa temenin kamu buat ketemu beliau sekarang. Mau gimanapun juga, ada darah dan daging beliau yang mengalir di raga kamu. Kaya darah dan dagingmu yang mengalir di dalam raga geri..."

Ucap serayu lembut, semakin membuat jovandra bimbang dengan keputusannya. Serayu benar, mau sebenci apapun ia kepada sang ayah, mau bagaimanapun peran ayahnya dalam hidup ini, sandy akan tetap menjadi ayah jovandra hingga mati.

Jovandra kalah telak lagi untuk yang kesekian kalinya...

.........

Suara ketukan sepatu menggema di lobi kantor. Membuat beberapa staff di sana menundukkan kepala mereka guna menyapa sang atasan yang datang. Seorang laki-laki yang disapa itu pun membalas sapaan dari staf staf di kantornya.

Memilih untuk terus berjalan masuk ke dalam lift dengan diikuti seorang wanita yang menggendong seorang anak laki-laki yang masih tertidur pulas.

Lift yang mereka masuki berhenti di lantai 4. Jovandra menggandeng tangan serayu, menuntun istrinya untuk ikut masuk ke dalam ruangan miliknya di sana.

Sebuah pintu kayu terbuka, menampilkan sosok pria yang rambutnya sudah memutih itu, menandakan bahwa dirinya sudah tak muda lagi. Duduk di salah satu sofa yang ada di ruangan milik jovandra.

Keduanya terdiam, netra mereka hanya saling menatap satu sama lain seakan banyak pertanyaan yang ada di dalam sana.

"Ayah sudah lama?"

Itu suara serayu, langkahnya ia bawa mendekat ke arah laki-laki berambut putih itu yang sedikit terkejut dengan suaranya yang tiba-tiba. Sedangkan sang pemilik ruangan itu masih berdiri di ambang pintu dengan kening yang mengernyit.

"Gimana kabar ayah?"

Sandy sedikit bingung, kala seorang wanita yang mengajaknya bicara itu memanggilnya dengan sebutan ayah.

"A-ah...maaf, sebelumnya saya serayu. Istrinya jovandra dan ini gerriando, anak kami. Salam kenal yah" ucap serayu lembut dengan senyuman yang masih terukir di sana sembari mengulurkan tangannya kepada sandy.

Sandy segera mengumpulkan kesadaran dirinya secara penuh. Berdiri dan menerima uluran tangan milik serayu.

"Oh iya, saya sandy. Ayah jovandra"

Jovandra berdecak mendengarnya, berjalan ke arah sandy dan juga serayu. Memilih untuk duduk berhadapan dengan laki-laki yang notabenya adalah ayah biologisnya sendiri.

Mini ketiganya duduk dengan suasana yang cukup membuat serayu tak nyaman. Ditambah dengan suhu ruangan ini yang semakin lama rasanya semakin panas saja.

"To the point"

Sandy terdiam sejenak.

"Maaf jovandra, tolong maafkan ayah"

"Hanya itu? Pekerjaan saya masih banyak di rumah, kalau anda tidak ada kepentingan yang lain, anda bisa pergi dari sini sekarang"

Ucapan jovandra membuat serayu dan sandy terkejut dibuatnya. Namun sandy tak menampik akan hal yang sudah menyebabkan jovandra seperti ini. Semua memang salahnya, ia patut mendapatkan hal seperti ini.

"Ayah turut bahagia karna kamu udah punya istri dan anak ndra. Semoga selamanya bahagia itu selalu ada dalam hidup kamu, selalu mengiringi jalan takdir kamu. Ayah ngga akan jelasin apapun karna memang dari dulu ayah yang salah, ayah yang sudah menyakiti kamu dan ibu kamu. Perihal ibu kamu, ayah turut berduka cita atas kepergian beliau"

Jovandra memijat pangkal hidungnya. Tangan serayu menggenggam tangan jovandra di bawah sana sejak tadi. Mencoba menyalurkan kekuatan di sana agar jovandra tak lepas kendali ketika menghadapi sang ayah. Serayu tak membenarkan perbuatan ayah mertuanya itu. Tapi bagi serayu, ayah tetaplah ayah. Ia pernah merasakan hal yang serupa dengan suaminya.

Jovandra sudah berjanji kepada serayu untuk tidak melawan sang ayah disini. Laki-laki itu menarik nafasnya dalam, mengeratkan genggaman serayu dibawah sana.

"Saya tidak bertanya apapun karna memang saya tidak ingin tahu sesuatu yang membuat saya semakin sakit disini. Tapi mau bagaimanapun anda, ada darah dan daging anda yang mengalir di dalam raga ini..." Ucap jovandra menunjuk tepat ke arah jantungnya.

"Mau sejauh apapun saya menghindari takdir, mau sebesar apapun saya benci, itu ngga akan mengubah sebuah kenyataan kalau anda adalah ayah biologis saya, sampai mati. Saya cuma minta, tolong jangan pernah dateng apalagi ganggu hidup saya apapun alasannya"

"Ayah ngga akan dateng ataupun ganggu hidup kamu ndra. Ayah dateng sekarang karna ayah cuma pengen liat keadaan anak ayah. Makasih karna udah mau nemuin ayah disini, sekali lagi maaf...ayah pamit ya"

Sandy beranjak pergi dari ruangan itu, serayu bergegas untuk menyusul laki-laki itu

"Ayah..."

Sandy yang merasa dirinya dipanggil, menghentikan langkahnya di sana. Serayu menghampiri sandy

"Ayah ngga usah berkecil hati, jovandra udah bilang kan kalau mau bagaimanapun juga, ayah tetep jadi ayahnya jovandra sampai mati"

"Soal geri, dia juga cucu ayah...aku ngga akan melarang ayah buat ketemu geri kalau-kalau ayah mau"

Sandy tersenyum simpul, mengusap pipi gembul milik geri yang masih tertidur pulas di gendongan ibunya.

"Terimakasih banyak nak...jovandra beruntung punya istri seperti kamu, yang mau menerima seorang laki-laki dengan segudang lukanya dengan lapang hati. Ayah nitip jovandra ya"

Sandy bergegas pergi setelah mengucapkan itu, jujur saja ia tak tahan dengan kejadian hari ini. Pantaskah ia menangis? disaat posisinya yang sudah menjadi penyebab luka di dalam jiwa anaknya sendiri.

Serayu memandang punggung yang mulai menghilang dari pandangannya. Entah perasaan apa yang ia rasakan saat ini untuk mengutarakan isi hatinya. Serayu yang tak pernah bertemu sosok ayahnya sejak kecil, kini wanita itu telah memiliki seorang ayah walaupun dalam hubungan menantu dan mertua.

Sebuah tepukan lembut di punggungnya menyadarkan wanita itu dari lamunannya.

"You okay ra?"

Serayu tersenyum, "seharusnya aku yang tanya kaya gitu ke kamu, kamu ngga apa jo?"

Jovandra mengangguk mantap. Meskipun di dalam hatinya ingin sekali meraung dan menjerit sekeras mungkin saat ini. Tapi urung, karna melihat perjuangan serayu yang selama ini selalu menjaganya agar tetap tenang dan damai.

Kelapangan jiwa milik wanita itu, tutur kata yang lembut, hingga netra yang selalu bisa membuatnya tenang. Jovandra selalu mendapatkan semua itu dari serayu. Serayu benar-benar tulus menyayanginya. Tapi jovandra?

Laki-laki itu masih berusaha keluar dari zona yang mengikatnya untuk tetap berpaku kepada mendiang ila...

To be continued...

1
Yaka
best quote🖐️🔥
Tajima Reiko
Aku jadi terbawa suasana dengan ceritanya, bagus sekali! ❤️
fromAraa: terima kasih/Pray//Pray//Pray/
total 1 replies
Shinn Asuka
Kakak penulis, next project kapan keluar? Aku udah kangen!
fromAraa: nanti yaaa
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!