Akibat mengintai sang ayah yang dicurigai selingkuh, Freya justru berakhir di kamar hotel bersama seorang Pria. Namun, siapa sangka jika semua ini hanya jebakan agar Freya menerima perjodohan bisnis dari keluarganya. Lantas, bagaimanakah Freya menjalani pernikahannya, sedangkan Freya sedang memperjuangkan teman satu kampusnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tie tik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pemberkatan
"Di hadapan Tuhan, Imam, para orang tua, para saksi, saya Alexander Carlen Adiwijaya dengan niat yang suci dan ikhlas hati memilihmu, Freya Deandra Hisashi untuk menjadi isteri saya. Saya berjanji untuk setia kepadamu dalam untung dan malang, suka dan duka, sehat dan sakit, dengan segala kekurangan dan kelebihanmu. Saya akan selalu mencintai dan menghormatimu sepanjang hidup saya."
Pemberkatan pernikahan Freya dan Alexander berjalan lancar di salah satu Gereja. Setelah melewati proses selama dua bulan, mulai dari tunangan, foto prewedding dan beberapa proses yang lain. Pada akhirnya mereka berdua dinyatakan sah sebagai suami istri oleh imam Gereja. Pemberkatan pernikahan hanya dihadiri keluarga inti dari Hisashi dan Adiwijaya.
"Akhirnya kita bisa besanan, Jeng," bisik Bertha setelah melihat putranya mencium kening Freya di altar pernikahan.
"Semoga anak-anak kita hidup bahagia sesuai harapan kita ya, Jeng." Maharani mengembangkan senyum tipis seraya menggenggam tangan besannya.
Setelah semua proses pemberkatan selesai. Kini, dilanjutkan dengan sesi foto bersama. Setelah ini mereka semua akan pindah tempat ke hotel tempat resepsi pernikahan. Freya satu mobil dengan Alexander.
"Cil, udah siap jadi ibu rumah tangga belum?" tanya Alexander setelah mobil yang dikendarai sopir keluar dari gereja.
"Apa? Cil? Siapa Cil itu?" Freya mengernyitkan keningnya.
"Kamu lah. Bocil. Sepertinya panggilan itu lebih cocok untukmu." Alexander mengembangkan senyum tipis setelah menatap istrinya sekilas.
"Eh, Pria tua!" ujar Freya seraya menatap Alexander dengan tatapan tajam, "aku bukan bocil, ya! Aku ini udah gede! Ya cuma badan aku aja yang kecil! Tuhan memberikan aku anugerah tubuh mungil begini biar awet muda dan imut terus, gak cepet tua seperti kamu!" sarkas Freya.
Sementara Alexander hanya tersenyum simpul melihat kemarahan Freya. Dia seperti memiliki adik perempuan, bukan istri seperti pada umumnya. Apalagi, Freya sendiri memang seorang gadis manja.
"Aku gak yakin kamu bisa menjadi ibu rumah tangga yang baik," gumam Alexander.
"Emang. Siap-siap aja ya, Om, karena udah menikah sama remaja labil. Awas darah tinggi." Freya tak mau kalah dengan suaminya itu.
"Memangnya aku kelihatan tua banget ya? Aku bukan om-om kali. Dasar gadis aneh!" cibir Alexander.
Freya hanya menjulurkan lidahnya kepada Alexander. Setelah itu dia tidak menanggapi apapun lagi karena ada pesan masuk di ponselnya. Satu pesan dari Rama berhasil membuat perasaan Freya tak karuan. Ada rasa bersalah dan sedih karena tidak bisa memperjuangkan hubungannya.
Selamat atas pernikahanmu, Fee. Semoga kamu selalu bahagia. Maaf karena aku tidak bisa memperjuangkan perasaan yang ada.
*****
Malam telah hadir bersama semerbak mewangi aroma bunga pernikahan. Resepsi megah digelar di salah satu hotel ternama di pusat kota. Tamu undangan yang hadirpun bukan dari kalangan biasa. Mulai dari pengusaha lokal, pengusaha dari luar negeri sampai pejabatpun hadir dalam resepsi pernikahan Freya dan Alexander.
Sementara Freya hanya mengundang beberapa temen dekatnya saja. Termasuk Rama, sang pujaan hati. Beberapa kali Freya menatap ke pintu masuk, tetapi tak sedikitpun melihat batang hidung Rama. Dia sangat berharap Rama datang memenuhi undangannya.
"Kamu sedang menunggu seseorang, Cil?" bisik Alexander saat melihat keresahan dari sorot mata Freya.
"Iya. Aku menunggu teman-temanku. Aku takut mereka minder dan balik setelah melihat tamu-tamu yang ada di sini," ucap Freya. Dia hanya membuat alibi untuk menutupi keresahannya.
Perhatian Freya teralihkan tatkala ada tamu naik ke atas pelaminan untuk mengucapkan selamat. Gadis berdarah Jepang itu segera menunjukkan wajah bahagia layaknya pasangan pengantin pada umumnya. Sungguh, akting putri bungsu Yamato itu sangatlah rapi untuk menyembunyikan perasaan yang sesungguhnya.
"Akhirnya dia datang! Yes!" batin Freya tatkala melihat Rama berjalan dengan beberapa temannya dari pintu masuk. Dia tersenyum lebar saat beradu pandang dengan pemuda asal Surabaya itu.
Rasa lelah hilang begitu saja setelah melihat kehadiran Rama di sana. Freya tak henti tersenyum sambil menatap ke arah meja yang ditempati teman-temannya. Namun, semua itu tak bertahan lama setelah Freya tak sengaja beradu pandang ayahnya.
"Matilah aku! Ketahuan papa lagi kalau sedang beradu pandang dengan Rama," batin Freya seraya menundukkan kepala. Dia takut jika sikapnya saat ini membahayakan Rama.
Detik demi detik telah berlalu begitu saja. Resepsi pernikahan akhirnya selesai tepat pukul dua belas malam. Freya dan Alexander dipersilahkan pergi dari tempat resepsi karena sudah waktunya istirahat. Kedua belah pihak keluarga melarang mereka berdua ikut bersantai di sana.
"Aduh! Capek banget hari ini!" keluh Freya saat berjalan menuju kamarnya.
"Manja," gumam Alexander tanpa menatap Freya karena dia sibuk berkutat dengan ponselnya.
"Dasar om-om aneh!" cibir Freya seraya menoleh ke samping.
Alexander tak menanggapi Freya karena fokus berbalas pesan dengan seseorang. Raut wajahnya terlihat serius hingga membuat Freya takut. Selama dua bulan mengenal Alexander, baru kali ini Freya melihat wajah serius pria yang sudah sah menjadi suami itu.
"Freya," panggil Alexander setelah menyimpan ponselnya di saku. "Aku akan mengantarmu sampai di kamar, tetapi setelah itu aku harus pergi sebentar. Ada hal penting yang harus aku selesaikan. Tolong jangan bilang ke siapapun jika aku pergi selama satu jam ke depan," jelas Alexander seraya menatap Freya.
🌼🌼🌼🌼🌼
Nah loh! Kira2 mau ngilang kemana tuh si alex??
Takut Freya terus barengan sama Rama dan g bisa mengawasi jarak dekat
Pasti berkesan dan g bisa di lupakan
Freya tetap jaga hati ya,,si Alex masih punya kekasih lain
tumben