Adinda Khairunisa seorang gadis manis yang berasal dari Desa mencari peruntungan di Kota, setelah lulus kuliah dia mencari pekerjaan kesana kemari, Karena otaknya yang pas-pasan membuat dia sulit di terima di perusahaan manapun
entah nasib baik atau buruk Dinda harus melewatkan sesi wawancara Karena harus menolong seorang wanita yang akan merubah nasibnya.
Bagaimana Nasib Dinda selanjutnya?? sedihkah atau bahagiakah??
yuuk simak terus karya aku yang kedua
selamat membaca😊
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon etha anggra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 20
Bu Rosa tersenyum dan memegang tangan Dinda "Tidak apa sayang, pasti kau sangat sibuk.. Ibu ucapkan selamat ya, semoga sukses di tempat barumu, ibu bangga padamu"
"Terima kasih bu" ucap Dinda, tidak terasa air mata lolos begitu saja keluar dari sudut matanya.
"Hey! kenapa menangis harusnya kau bahagia.. Perusahaan Cowel itu perusahaan besar dan bergengsi kau bisa mewujudkan cita-citamu membangun rumah untuk ibumu dan tanah untuk bapakmu"
Dinda mengangguk dengan wajah masih tertunduk, Bu Rosa menghapus air mata yang jatuh membasahi pipi Dinda dan membawanya ke dalam pelukan.
"Dinda pasti merindukan ibu dan juga teman-teman disini" ucap Dinda.
"Nanti kalau ada waktu kau datanglah ke sini pintu Restoran ibu terbuka untukmu"
Bu Rosa sudah menganggap Dinda sebagai putrinya, dengan adanya Dinda membuat ibu Rosa tidak merasa kesepian karena hidup sendiri, bu Rosa adalah seorang janda kaya, suaminya meninggal dalam kecelakaan begitu juga putrinya yang masih berumur tujuh belas tahun, kalau masih hidup mungkin usia putri ibu Rosa seumuran dengan Dinda.
"Sekali lagi Dinda ucapkan terima kasih bu, Dinda tidak akan lupa jasa-jasa ibu pada Dinda" ucap Dinda dan melerai pelukannya
"Jangan membebani hidupmu dengan Balas Budi, ibu ikhlas" ibu Rosa kembali menghapus air mata Dinda "Semoga kau betah disana dan mendapatkan jodoh, ibu dengar CEO COWEL masih bujang lho, Siapa tahu jodoh"
"Aah ibu, itu tidak mungkin, Dinda sadar diri, dia siapa Dinda siapa"
"Kalau namanya jodoh tidak peduli kau siapa dan dia Siapa pasti ada jalan buat bersatu"
"Kok jadi ngomongin jodoh sih bu, Dinda masih ingin kerja yang bener dulu"
"Iya.. Iya.. apa kau sudah pamit teman-temanmu disini"
Dinda menggelengkan kepalanya
"Ayo kita temui mereka"
Bu Rosa menggandeng membawanya keluar menemui teman-temannya.
"Adiii!" seru ibu Rosa memanggil salah karyawan.
"Saya bu" jawab Adi menghampiri bu Rosa
"Suruh Semuanya berkumpul tanpa terkecuali" Perintah ibu Rosa
"Ada apa bu" Tanya Novi yang juga mendengar seruan bu Rosa.
"Tunggulah sebentar, tunggu yang lain" Jawab Bu Rosa.
Semua karyawan ibu Rosa sudah berkumpul termasuk Riko dan Adi, Riko mengembangkan senyum melihat Dinda di depannya. Tapi senyum itu pudar berganti tanda tanya melihat wajah sembab Dinda yang dia yakini gadis itu baru saja menangis.
"Baiklah Karena semua sudah berkumpul, hari ini saya membawa berita gembira khususnya buat Dinda dan juga sedih" ucap Bu Rosa "Berita Gembiranya, teman kalian Dinda akhirnya di terima bekerja di perusahaan COWEL Corp" Seketika riuh tepuk tangan dan ucapan selamat dari teman-temannya "Dan untuk berita sedihnya.."
"Tidak usah di beritahu bu kami sudah tau berita sedihnya" Potong Novi, dia menghampiri Dinda dan memeluknya "Aku bahagia kau mendapat pekerjaan yang lebih baik, tapi aku juga sedih kalau kau pergi dari sini"
"Terima kasih Nov, aku tidak akan melupakan kalian" ucap Dinda membalas pelukan Novi.
"Selamat ya Din.. Semoga kau betah disana" Ucap Adi dan teman-teman yang lain secara bergantian.
"Terima kasih Di.. teman-teman semua berkat kalian semua aku bisa berada di posisi ini"
"Baiklah.. Kalian semua bisa kembali kerja lagi" ucap Bu Rosa.
"Baik bu"
Teman-teman Dinda kembali melanjutkan aktivitasnya masing-masing.
Dari sekian temannya hanya satu orang yang belum mengucapkan sepatah kata, dia lebih memilih kembali ke dapur.
"Kak Riko" Gumam Dinda melihat Riko mengabaikan dirinya.
"Dinda menemui kak Riko dulu ya bu"
Bu Rosa mengangguk mengijinkan Dinda masuk ke dapur menemui Riko.
Setelah mendapat ijin Dinda masuk ke dalam dapur yang dipenuhi rak-rak besar yang berjajar peralatan dapur.
"Kak" panggil Dinda.
Riko bergeming tak sepatah katapun yang keluar dari mulutnya untuk menjawab panggilan Dinda.
"Kak.. Maafkan aku, Aku tau kakak marah karena aku tidak memberitahu kakak kemarin"
Riko membalikkan badannya menatap Dinda "Aku tidak marah Din, aku hanya kecewa" ungkap Riko "Aku pikir aku temanmu paling dekat tapi nyatanya kau hanya menganggapku angin lalu yang tidak penting" imbuhnya.
"Kak tolong jangan seperti ini, bagiku kau adalah kakakku sampai kapanpun"
Ada sedikit rasa nyeri di hati Riko hanya di anggap kakak oleh Dinda.
"Din.. Sebenarnya.."
"Dindaaa! Bu Rosa memanggilmu di ruangannya" teriak Novi memotong perkataan Riko.
"Kak Riko sekali lagi, maafkan aku.. Semoga kedepannya kita tetap berhubungan baik" ucap Dinda dan berlalu meninggalkan Riko yang terdiam memandang punggung Dinda yang kian menjauh
"Sebenarnya aku tidak ingin kau pergi jauh dari sisiku Din, tapi aku tidak ingin egois, semoga kau selalu bahagia dimanapun kau berada" ucap Riko bermonolog.
Tok! Tok! Tok!
"Ibu panggil saya" Tanya Dinda
"Iya.. Masuk Din" pinta bu Rosa
"Ada apa bu"
"Aku sudah membayarkan gajimu bulan ini, tolong di cek ya" ucap Bu Rosa "Dan ini untukmu" Bu Rosa memberikan sebuah kotak yang sudah di bungkus cantik menggunakan kertas Silver.
"Kenapa ibu harus repot seperti ini" Ucap Dinda, Dinda merasa yang di berikan mantan atasannya terlalu berlebihan.
"Tidak sayang, kau pakailah saat bekerja dengan begitu kau akan selalu mengingatku.. Terimalah"
"Baiklah bu, Dinda ucapkan banyak terima kasih walaupun tanpa benda ini aku pasti akan selalu mengingat ibu"
Untuk menghargai ibu Rosa akhirnya Dinda menerima hadiahnya dan berpamitan karena hari sudah mulai gelap.
"Din"
Mendengar namanya di panggil Dinda memutar badannya.
"Tunggu sebentar aku akan mengantarmu" ucap Riko.
"Tapi.."
"Tidak ada penolakan"
Riko berjalan ke ruang ganti pakaian, setelah mengganti pakaiannya Riko kembali menghampiri Dini.
"Tenang saja aku sudah ijin bu Rosa"
Dinda pun menurut dan berjalan di belakang Riko.
.
.
Simon sudah siap dengan Gaya kasualnya, malam ini Kanjeng Mami memintanya pulang untuk makan malam.
Dengan mengendarai motor Ducati Simon meluncur menuju rumah utama. Simon melaju dengan kecepatan sedang dan berhenti saat lampu rambu-rambu berwarna merah.
Simon mengedarkan pandangannya ke samping kanan dan kiri sambil menunggu lampunya berubah. Pandangannya terhenti saat melihat seseorang yang dia kenal sedang duduk manis di dalam mobil bersama seorang pria.
"Ubur-ubur" gumam Simon "Bersama siapa?" Tanya Simon pada diri sendiri "Apa mungkin kekasihnya?"
Lampu hijau menyala semua kendaraan mulai berjalan kembali, tanpa pikir panjang Simon mengikuti Mobil yang di tumpangi Dinda hingga berhenti di sebuah taman.
Simon melajukan motornya pelan pandangannya terus tertuju pada mobil yang sedang parkir di pinggiran taman.
"Kenapa mereka berhenti disini" tanya Simon pada diri sendiri "Bodoh.. Kenapa juga aku mengikutinya" rutuknya.
Simon kembali mengarahkan pandangannya kedepan menarik gas dan...
BRAK!!!
Bersambung..
Terima kasih dukungannya🙏🥰🥰
gabung yu di Gc Bcm..
caranya Follow akun ak dl ya
untuk bisa aku undang
terima kasih.