Pembalasan Alena

Selesai makan, Arka kembali ke ruang tamu, sedangkan Alena merapikan peralatan yang kotor dan mencucinya. Alena juga menyapu dapurnya agar kembali bersih.

Setelah semuanya selesai, Alena menghampiri Arka yang duduk di ruang tamu. Terlihat Arka sedang sibuk dengan ponselnya.

"Sebentar lagi sudah maghrib. Tuan tidak ingin pulang? " ucap Alena dengan harapan Arka tidak jadi mengajaknya untuk lembur. Arka menoleh sebentar kemudian kembali fokus pada ponselnya.

"Bukankah tadi aku sudah bilang kalau ada pekerjaan yang perlu kita selesaikan, " jawab Arka santai.

"Apa tidak sebaiknya kita kerjakan besok saja Tuan, " ucap Alena mencoba untuk bernegosiasi. Selain capek, dia juga masih ada urusan pribadi yang perlu ia kerjakan.

"Tidak bisa. Semakin cepat semakin baik, " kekek Arka tidak ingin dibantah.

"Baiklah. Tapi tunggu selesai sholat maghrib dulu. Tuan bisa istirahat dulu di kamar sebelah, " ucap Alena akhirnya.

Di dalam apartemen memang tersedia dua kamar. Di setiap kamar tersedia kamar mandi. Sehingga untuk mendi tidak perlu keluar dari kamar.

Arka tidak membantah. Setelah Alena memasuki kamar, Arka pun turut serta memasuki kamar yang ada di sebelah.

Senyum Arka mengembang saat berada di dalam kamar. Langkahnya untuk dekat dengan Alena menemukan kemudahan. Arka memutuskan untuk mandi. Namun ia tidak memiliki baju ganti yang bisa ia pakai. Sebenarnya ia selalu menyimpan baju bersih di dalam mobilnya. Hanya saja ia merasa malas jika harus turun ke bawah.

Tok tok tok

Alena mengetuk pintu kamar yang ditempati oleh Arka. Ditangannya terdapat sarung yang masih baru dan juga kaos oversize. Selain itu ada peralatan mandi yang masih baru. Untungnya Alena membeli banyak persediaan.

Ceklek!

"Ada apa? " tanya Arka datar. Lelaki itu menutupi perasaannya dengan wajah datarnya.

"Tuan bisa memakai ini terlebih dahulu. Lumayan buat sholat, " jawab Alena sambil mengulurkan barang yang ada di tangannya.

"Ini punya siapa? " tanya Arka curiga. Dia merasa takut jika Alena sudah memiliki kekasih. Kesempatannya untuk dekat dengan Alena akan sulit.

"Punyaku lah memangnya punya siapa lagi," jawab Alena dengan agak kesal.

"Kamu pakai sarung?!!! "

"Memangnya kenapa? ada larangan cewek pakai sarung? " tanya Alena dengan galak.

"Tidak ada sih. Yakin ini punya kamu, bukan punya cowok mu? "

"Tuan mau pakai atau tidak ? kalau tidak mau ya aku simpan lagi, " ucap Alena kesal. Sudah bagus ia memberi pinjaman.

"Ya mau lah, " ucap Arka dengan cepat. Dia mengambil pakaian itu dari tangan Alena.

Setelah itu Alena kembali ke kamarnya begitupun dengar Arka. Arka langsung masuk kedalam kamar mandi.

Rasanya segar sekali setelah mandi. Arka juga menunaikan ibadah sholat maghrib sebelum keluar dari kamar.

Arka nampak terpukau dengan penampilan Alena yang terkesan santai. Wajahnya nampak lebih bersinar meski tanpa polesan sama sekali.

"Jadi kerja tidak, Tuan? " tanya Alena mengagetkan Arka yang masih asyik menatapnya.

"Kerja dong. "

Arka duduk di samping Alena. Kebetulan tas kerjanya ada disana. Jadi ia mempunyai alasan untuk berdekatan dengan Alena. Dasar modus 🤭🤭🤭🤭.

Alena tidak berfikir macam-macam. Dia hanya fokus untuk segera menyelesaikan tugasnya. Dia tidak mau berduaan terlalu lama.

...****************...

Di sebuah ruang bawah tanah, ada sepasang suami istri dengan tubuh yang menyedihkan. Keduanya duduk di lantai dengan tubuh terikat. Tubuh mereka kurus kering. Setiap hari keduanya hanya diberi makan satu kali.

"Uhuk uhuk uhuk "

Zahra kembali terbatuk. Kini batuknya mengeluarkan dahak disertai darah. Tangis Abimanyu langsung pecah.

"Maafkan aku Sayang. Aku belum bisa membahagiakanmu, " ucap Abimanyu di sela tangisnya.

"Papa tidak perlu minta maaf. Semua sudah diatur oleh yang diatas. Aku juga sudah pasrah jika _"

"Jangan lanjutkan Sayang. Aku_" belum juga Abimanyu menyelesaikan ucapannya, Aryan datang sambil bertepuk tangan.

Plok plok plok

"Sungguh sangat romantis."

"Lepaskan kami Aryan. Bukankah semua yang kamu minta sudah aku berikan. Setidaknya biarkan Zahra keluar dari sini. Kalau kamu memang menginginkan kematianku aku siap."

"Tidak! " jerit Zahra tak terima. Jika ia harus mati, ia ingin mati disamping sang suami.

"Berisik!!!!!

Aryan berhasil menjatuhkan bisnis Abimanyu ke titik yang terendah. Semua kekayaan yang ia punya telah beralih atas nama Aryan. Tentu atas persetujuan Abimanyu yang menebusnya dengan keselamatan Zahra.

Tama sampai harus meregang nyawa karena serangan jantung. Beliau merasa bersalah karena membuat semua aset yang di miliki Abimanyu beralih ke tangan Aryan. Meskipun perusahaan itu sebelumnya miliknya.

Semua itu sudah diketahui oleh Alena. Bahkan Alena menghadiri pemakaman Tama. Meski harus menyembunyikan identitasnya. Alena ingin sekali menghampiri aurel dan Abian namun dia takut jika keberadaannya di ketahui. Saat itu Alena belum memiliki kemampuan untuk melawan Aryan dan kelompoknya.

Kebencian Alena pada Aryan makin bertambah. Kini ia akan mulai melakukan serangan balasan. Untuk permulaan ia akan sedikit membuat guncangan.

Setelah Arka pulang ia mulai melancarkan aksinya. Alena berhasil mencuri data rahasia perusahaan milik Aryan.

Data-data itu kemudian ia kirimkan pada perusahaan yang menjadi rivalnya. Kemampuan Alena dalam bidang IT sudah tidak diragukan lagi. Dia mempunyai seorang guru yang menjadi hacker profesional.

"Ini baru permulaan. Tunggu pembalasan lainya, " gumam Alena sambil tersenyum smirk. Ia yakin Aryan akan kalang kabut begitu mengetahuinya.