NovelToon NovelToon
Dewa Setan Perbatasan Utara

Dewa Setan Perbatasan Utara

Status: sedang berlangsung
Genre:Raja Tentara/Dewa Perang / Menyembunyikan Identitas
Popularitas:19.3k
Nilai: 5
Nama Author: Jibril Ibrahim

Muda, tampan, kaya, tidak berguna! Itulah kata yang tepat untuk menggambarkan sosok Huan Wenzhao. Namun…

Siapa sebenarnya Huan Wenzhao tak ada yang tahu.

Mau tahu identitas lain Huan Wenzhao?

Ikuti kisahnya di sini!
Hanya di: Noveltoon/Mangatoon.

~Selamat membaca~

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jibril Ibrahim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode²⁰

“Kakak! Kau sudah datang?” Sapa gadis di bangku Huan Wenzhao sembari beranjak berdiri dan berlanting dengan gembira.

Huan Wenzhao spontan mengerjap dan tergagap-gagap. “Si… si…”

Semua mata serentak mengerling ke arah mereka.

Huan Wenzhao mengedar pandang melalui sudut matanya dan mengetatkan rahangnya. Lalu membungkuk ke arah gadis itu dan memelankan suaranya. “Siapa yang kakakmu?” Geramnya dalam bisikan tajam.

“Ah—iya, aku lupa memperkenalkan diri. Sudah lama sekali, kau pasti sudah lupa padaku,” cerocos gadis itu dalam tempo luar biasa cepat. “Aku… Jiao-Jing-Ling!” Ia mengeja namanya dengan gaya ceria yang kekanak-kanakan.

Jiao? Pikir Huan Wenzhao sembari mengernyit. Pantas saja begitu ribut!

Jiāo artinya burung wren.

“Sebenarnya aku adalah adik sepupumu,” celoteh gadis itu semakin cepat. “Nenekku dan kakekmu adalah kakak-beradik. Bisa dikatakan, aku adalah cucu dari bibi buyutmu.”

Huan Wenzhao meringis dan menggigit bibir bawahnya. Cucu bibi buyutku dari mana? Rutuknya dalam hati.

Gadis itu adalah burung biru misterius milik Li Asoka yang kemarin diselamatkannya.

Aku berasal dari ras manusia dan kau berasal dari ras peri, geram Huan Wenzhao dalam hatinya. Bagaimana ceritanya kau bisa jadi adik sepupuku?

Si Gila Asoka ini sebenarnya sedang merencanakan apa lagi? Huan Wenzhao bertanya-tanya dalam hatinya.

“Oh, iya!” Jiao Jingling menambahkan. “Sewaktu kecil kita sudah dijodohkan!”

Huan Wenzhao terperangah dengan mata dan mulut membulat.

Seisi ruangan serentak terpekik menahan napas.

Pelajar wanita paling cantik di kelas mereka melirik Huan Wenzhao dengan terkejut, lalu buru-buru berpaling dan tertunduk.

Sebenarnya Jiao Jingling tak kalah cantik. Bahkan jauh lebih cantik. Tapi karena terlalu ribut, ia jadi terlihat sedikit bodoh. Ditambah tingkah lakunya juga seperti anak-anak.

Huan Wenzhao menghela napas pelan dengan mata dan mulut terkatup.

Bagus sekali kau ya, Tuan Besar… Huan Wenzhao menggeram dalam hatinya. Lagi-lagi Pak Tua ini menempatkan wanita banyak mulut di sisiku.

“Perkenalannya sudah cukup?” Geraman rendah mengancam itu terdengar dari meja guru.

Jiao Jingling langsung menciut dan mengatupkan mulutnya.

Huan Wenzhao mengerling sekilas ke meja guru, kemudian memelototi Jiao Jingling. “Kau dengar itu? Perkenalannya sudah cukup,” geramnya dengan raut wajah mengancam. “Sekarang kau menyingkir dari sini! Ini tempat dudukku!” Hardiknya sembari merenggut lengan gadis itu dan menyeretnya keluar dari balik meja.

“Kakak—” Jiao Jingling spontan gelagapan.

“Huan Wenzhao…” geraman rendah pangeran ketujuh menyela mereka. “Tempat dudukmu di sini,” desisnya sembari mengerling ke arah bangku di sisinya dengan sorot mata berkilat-kilat.

“Atas dasar apa?” Protes Huan Wenzhao.

“Bukankan kau sudah kupilih untuk jadi rekan belajarku?” Xing Zhu mengingatkan.

“Apa aku sudah bilang menyetujuinya?” Tukas Huan Wenzhao.

“HUAN WENZHAO!” Hardik Xing Zhu sembari beranjak dan menggebrak mejanya.

Seisi ruangan terperanjat.

Bahkan Guru Wang!

Pangeran itu memutar kepalanya ke samping, menghujamkan tatapan tajam pada Huan Wenzhao. “Aku adalah pangeran,” tegasnya mengandung intimidasi. “Dan kau adalah bawahanku,” ia menambahkan. “Apakah kau ingin melawan perintah?”

Seisi ruangan menggumam rendah seperti lebah yang sedang gelisah.

Huan Wenzhao mengerling sekilas ke arah mereka, lalu buru-buru membungkuk ke arah pangeran ketujuh dengan kedua tangan tertaut di depan wajah, pura-pura takluk. “Saya tidak berani!” Tukasnya cepat-cepat. “Hanya jadi rekan belajar, kan?” Ia menambahkan dalam gumaman pelan yang nyaris tak terdengar. “Bagaimanapun hari-hariku harus dijalani,” lanjutnya sambil cengar-cengir.

Pangeran ketujuh mengerutkan keningnya. Tatapannya terpaku ke arah cincin warisan yang melingkar di telunjuk Huan Wenzhao, merasa sedikit familer.

Permata spiritual, pikir Xing Zhu.

Permata spiritual adalah atribut khusus para ahli beladiri spiritual. Tanpa kekuatan spiritual, cincin penyimpanan hanya akan seperti memberikan mutiara pada seekor babi.

Mutiara takkan berguna bagi seekor babi!

Kali ini kau takkan bisa menghindar! Xing Zhu membatin licik. Tapi… di mana aku pernah melihat cincin warisan ini? Ia mencoba mengingat-ingat.

“Ehem!” Guru Wang berdeham dengan isyarat peringatan halus.

Pangeran ketujuh duduk kembali. Lalu dengan terpaksa Huan Wenzhao duduk di sebelahnya.

Jiao Jingling berdesis tertawa sembari membekap mulutnya dengan jemari tangan.

Huan Wenzhao mendelik padanya dengan sorot mengancam.

Gadis itu kembali ke tempat duduknya sembari menjulurkan lidah, mengejek Huan Wenzhao.

Begitu pelajaran berakhir, hal pertama yang dilakukan Huan Wenzhao adalah menyeret Jiao Jingling dan memaksa gadis itu masuk ke dalam kereta yang menunggunya di depan gerbang.

Kedua pengawal cantiknya tergagap saling memandang di kiri-kanan pijakan di sisi kereta.

Shi Xia---pelajar wanita paling cantik di kelas mereka mengawasi dari kejauhan dengan raut wajah muram.

“Katakan!” Desak Huan Wenzhao pada Jiao Jingling dalam bisikan tajam. “Ini ide siapa? Ayahku…? Atau ayahmu?”

“Ayahku?” Jiao Jingling mengerjap dan mengerutkan dahi.

“Elang tua sialan, Li Asoka,” jawab Huan Wenzhao tanpa ekspresi.

Jiao Jingling membekap mulutnya menahan tawa.

“Jawab!” Desak Huan Wenzhao dengan suara rendah.

“Tentu saja ideku,” jawab Jiao Jingling sembari mengerucutkan mulutnya dengan gaya kekanak-kanakan. Wajahnya tertunduk seperti ingin menangis.

“Hmmmh!” Huan Wenzhao menggeram sembari menautkan jari tengah dan ibu jarinya membentuk huruf O di sisi wajahnya dengan sikap mengancam, bersiap untuk menyentil.

“Adipati Agung,” Jiao Jingling mengaku. Suaranya hanya berupa gumaman tak jelas seperti orang sedang berkumur. “Lagi pula kau sudah menyelamatkanku. Aku hanya ingin membalas budi. Aku sendiri yang mengajukan diri. Jadi, bisa dikatakan sebagian besar rencana ini adalah ideku.”

“Lalu skenario adik sepupu yang dijodohkan denganku sejak kecil, itu ide siapa?” Tanya Huan Wenzhao dengan ekspresi dingin.

Jiao Jingling serentak mengkerut. Kedua tangannya mencengkram gaun hanfu-nya di atas lutut.

Huan Wenzhao mengamatinya dengan tatapan tajam. Raut wajahnya sangat serius. Sangat cantik, ia mengakuinya di dalam hati. Tapi kenapa tidak menarik?

Tidak seperti ketika aku melihatnya pertama kali!

Apakah ada masalah saat menyatukan kembali esensi ke dalam tubuhnya?

Kenapa auranya tidak memancar?

“Mmmh!” Huan Wenzhao mengancam akan menyentilnya lagi.

“Skenario itu juga ide Tuan Adipati,” jawab Jiao Jingling dengan raut wajah memelas.

“Lalu, apakah ayahku tahu kalau kau bukan manusia?” Tanya Huan Wenzhao lagi.

Jiao Jingling menggeleng dengan takut-takut. Mulutnya masih mengerucut seperti menahan tangis.

“Hmmmh!” Huan Wenzhao mengancamnya lagi.

“Hm'mh!” Jiao Jingling mengangguk cepat-cepat.

“Kenapa ayahku begitu sembarangan memberimu identitas?” Gumam Huan Wenzhao tak habis pikir. “Apa kau tahu, kalau sampai Guru Wang menyadari kau bukan manusia, seluruh klan Huan akan dihukum penggal karena menipu Kaisar.”

“Kau tenang saja!” Jiao Jingling berdalih setengah mengerang. “Ayahmu sudah punya perhitungan sendiri. Pikirmu kenapa ayahmu menautkan marga Jiao? Bibi buyutmu menikahi pria dari ras peri!”

“Aku memang pernah mendengarnya,” gumam Huan Wenzhao sembari mengusap dagunya dan mengerutkan dahi.

“Lalu apanya yang sembarangan?” Tukas Jiao Jingling. “Lagi pula… ayahmu bilang… alangkah baiknya kalau ada yang bisa mendampingimu di tiga dimensi alam.” Jiao Jingling menambahkan.

“Ayahku ingin kau mengikutiku sampai ke tiga alam?” Huan Wenzhao membelalakkan matanya.

Jiao Jingling mengangguk.

Bukankah An Zuya saja sudah cukup?” Tukas Huan Wenzhao.

“Bukan begitu!” Sergah Jiao Jingling. “Bukan… pengawal!”

“Apa?” Huan Wenzhao spontan merongos. “Maksudnya…”

Jiao Jingling mengangguk lagi.

Kau bahkan menjodohkanku dengan peri monster? Geram Huan Wenzhao dalam hatinya. Mengutuki ayahnya.

Adipati Agung mendadak bersin di kediamannya.

“Lalu… apakah ayahku juga memintamu mengikutiku sampai ke Paviliun Jiandie?”

Jiao Jingling mengangguk lagi.

“Bukankah itu menguntungkan Li Asoka?” Rutuk Huan Wenzhao.

“Bu—bu—bu—bukan, bukan begitu!” Jiao Jingling membantah cepat-cepat. “Ini tidak ada hubungannya dengan Dewa Li!”

“Ini memang tidak ada hubungannya dengan Li Asoka,” geram Huan Wenzhao. “Tapi kau ada hubungannya!”

“Tidak ada,” Jiao Jingling membantah dengan gaya merajuk. “Sebenarnya… pada hari pertama kita bertemu, aku juga baru pertama bertemu Dewa Li.”

“Apa?” Huan Wenzhao mengerjap dan terperangah.

1
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Serbuuuuu
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Waooow seru
༄ᴳᵃცʳ𝔦εᒪ࿐: Makasih masih setia ✌️
total 1 replies
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Clink
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Waooow
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Yeaaah
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Hancurken
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Waooow
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Yuhuuuuu
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Yeaaah
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Shi
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Yeaaah
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Waooow
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Clink
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Waooow
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Jlebz
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Yeaaah
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Jlebz
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Klik
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Iyeeeees
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Jlebz
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!