Alih-alih menjadi gadis penebus hutang, Ailyn justru dinikahi oleh seorang rentenir.
Awalnya Ailyn mengira jika rentenir itu berbadan gendut dan botak.
Ternyata.....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shim Chung, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tanda Cicilan Hutang
"Jadi, bagaimana keadaan Rachel? Bukankah selama lima tahun kau mengunjunginya?" tanya Liam.
Kali ini lelaki itu duduk bersama Derick dan saling berhadapan satu sama lain.
Derick sudah tidak emosi seperti sebelumnya. Dia sudah lebih tenaga dan bisa berbicara memakai kepala dingin.
"Sepertinya aku tidak perlu menjelaskan lebih detail padamu, hanya saja aku ingin bisnis kasino dan rumah bordil ini jatuh ke tanganku. Bukankah kau sudah bisa melihat sendiri bagaimana selama ini aku membesarkan bisnis rentenir, aku sudah mampu mengelola semuanya," ucap Derick.
Sebelum Liam mengetahui kalau Rachel bukan anak kandung lelaki itu, Derick harus bisa merebut semua miliknya.
"Apa kau bercanda?" tanggap Liam dengan kekehan pelan.
"Kau pikir kenapa kakekmu memberikan semua padaku? Karena dia tidak percaya pada cucunya sendiri," tambahnya.
"Kakek tidak mungkin seperti itu," Derick ingin menyangkalnya.
"Semua sudah tertulis di surat wasiat, kau sudah membacanya jadi terimalah kenyataan," ucap Liam percaya diri.
Derick hanya bisa menghela nafas panjang, dia tidak bisa menyangkal hal itu karena perkataan Liam benar adanya.
Tapi, ibunya pernah berkata...
Kematian kakekmu tidak wajar dan surat wasiat itu pasti sudah dimanipulasi sebelumnya
Kalau Derick bisa membuktikan perkataan ibunya pasti Liam tidak akan bisa berkutik.
Untuk saat ini melawan Liam akan menjadi senjata makan tuan untuk Derick karena Liam mempunyai sekutu yang membantunya bahkan dari kalangan aparat negara.
Salah langkah justru Derick yang akan terkena masalah, hal itu akan memudahkan Liam untuk merebut bisnisnya dan menguasai sepenuhnya.
Derick tidak mau hal itu terjadi.
Sepertinya dia harus memikirkan cara dan strategi yang tepat untuk mengalahkan Liam.
*
*
Ailyn sudah mandi dan memakai piyama tidurnya, malam ini dia tidak menunggu Derick untuk makan malam seperti biasanya karena Bibi Ain mengatakan kalau suaminya akan pulang terlambat.
"Apa tuan suami itu menghabiskan malam dengan simpanannya?" Ailyn jadi berpikiran buruk sekarang.
"Aku memang masih sekolah tapi lihat saja beberapa tahun lagi, aku akan menjadi wanita dewasa yang menggoda. Apa tuan suami itu tidak sabar menungguku?"
"Kalau tidak sabar, jangan menikahi anak kecil!"
Ailyn jadi uring-uringan sendiri, kemping memang jalan terbaik untuk mengembalikan moodnya.
Merasa energinya terkuras banyak hari ini, Ailyn segera memejamkan matanya.
Tak perlu waktu lama gadis itu langsung tertidur begitu saja.
Beberapa jam kemudian, Derick kembali ke kediamannya. Dia tidak langsung masuk ke kamarnya sendiri melainkan lelaki itu masuk ke kamar istri kecilnya.
Di dalam sana Ailyn tampak tertidur dengan damai.
Satu hal yang membuatnya bangga selama ini bisa membesarkan gadis cantik itu. Dia tidak akan membiarkan Liam menyentuhnya.
Satu-satunya cara membuat hal itu terwujud tentu saja dengan menjauhi Ailyn.
"Sayang..." panggil Ailyn saat Derick ingin keluar dari kamarnya.
Gadis itu terjaga karena merasa ada seseorang yang mengawasinya, bau parfum orang itu sangat Ailyn kenal.
Ailyn tidak akan membiarkan Derick pergi begitu saja.
"Baru pulang? Sudah makan? Minta pijit?" cecar Ailyn seraya mengucek matanya. Dia harus segera turun dari ranjangnya.
Kakinya melangkah dengan cepat dan sedetik kemudian sudah berada di hadapan Derick.
"Tidurlah lagi!" Derick meletakkan satu tangannya di kepala gadis itu. "Aku hanya ingin melihatmu sebentar!"
"Yakin cuma sebentar?" balas Ailyn. Dia merasa sudah segar lagi.
Dan refleks langsung menghendus tubuh Derick untuk mengecek apakah ada parfum wanita.
"Baguslah," komentar Ailyn setelah merasa tidak ada bau parfum wanita yang tercampur di baju Derick.
"Apa yang kau lakukan, Ailyn?" tanya Derick tidak habis pikir.
Saat Derick menyentuh Ailyn tentu saja lelaki itu sadar jika sang gadis ketakutan tapi Ailyn tidak pernah kapok dan selalu saja menggodanya.
"Aku hanya melakukan tugasku, pokoknya derajatku lebih tinggi daripada wanita-wanita di luar sana walaupun mereka lebih dewasa dan seksi," ucap Ailyn memberi peringatan.
Derick langsung tergelak karena baru saja tersadar kalau Ailyn tengah cemburu buta padanya.
"Kau terlalu memikirkan hal yang tidak perlu," Derick menyentil jidat Ailyn dengan pelan supaya sang gadis tidak kesakitan.
"Kalau begitu, ada makanan apa?"
Jujur saja Derick melewatkan makan malamnya.
"Aku akan membuatkan spaghetti," balas Ailyn menawarkan diri.
"Baiklah," Derick setuju.
Akhirnya kedua anak manusia itu ke dapur, Ailyn bersiap memasak dan Derick menunggu di meja pantry.
Derick tidak pernah melihat Ailyn memasak ternyata cukup menyenangkan.
Tangan kurus Ailyn begitu lihai memotong daging dan bumbu.
"Hanya menu ini yang bisa dimasak dalam waktu singkat," gumam Ailyn. Dia tidak mau suaminya kelaparan.
Dan memang benar hanya butuh waktu beberapa menit saja untuk menyiapkan sepiring spaghetti spesial.
"Sudah jadi," Ailyn segera memberikan hasil masakannya pada Derick.
"Sepertinya enak," komentar Derick yang melihat tampilan spaghetti Ailyn.
"Aku sudah beberapa kali membuatnya saat kelaparan di tengah malam jadi pasti enak," ucap Ailyn membanggakan dirinya sendiri.
Untuk membuktikan perkataan Ailyn, Derick harus segera memakannya.
Ailyn menunggu reaksi Derick dengan harap-harap cemas, semoga saja masakannya sesuai dengan selera suaminya.
"Rasanya tidak kalah dengan restoran bintang lima," komentar Derick setelah suapan terakhirnya. Piringnya sudah kosong.
"Syukurlah," Ailyn senang sekali.
"Sekarang tidurlah lagi, besok kau harus sekolah," ucap Derick kemudian.
Ailyn merasa diusir padahal dia sudah merelakan jam tidurnya terganggu.
"Kita tidak akan bertemu beberapa hari ke depan, apa kau tidak mau menagih hutangmu malam ini, sayang?" tanya Ailyn.
Menagih hutang yang dimaksud Ailyn adalah tugas istri yang seharusnya.
"Jadi, kau ingin ditagih dengan cara apa malam ini?" Derick mulai terpancing dan langsung mengangkat Ailyn.
Lelaki itu membawa sang gadis ke kamarnya untuk penagihan hutang.
"Apa saja, asal jangan pembuahan sel telur," jawab Ailyn malu-malu. Dia masih tidak siap untuk menerima pembuahan.
Beruntung Derick juga berusaha menahan diri untuk tidak menerkam Ailyn walaupun mempunyai banyak kesempatan.
Disaat situasinya sedang gamang, Derick tidak mau menambah masalah baru.
Jadi, malam ini Derick hanya bisa memberikan banyak tanda di tubuh Ailyn.
Ciuman Derick tidak hanya di bibir tapi merambat ke leher dan dada gadis itu.
"Auw!" Ailyn berteriak kecil setiap Derick memberikan tanda merah padanya.
"Apa ini tanda terima cicilan hutangnya?"