Menutupi jati dirinya sebagai pemimpin dari dunia bawah yang cukup ditakuti, membuat seorang Kenzo harus tampil dihadapan publik sebagai CEO dari perusahaan Win's Diamond yang sangat besar. Namun sikapnya yang dingin, tegas serta kejam kepada siapa saja. Membuatnya sangat dipuja oleh kaum wanita, yang sayangnya tidak pernah ia hiraukan. Dengan ditemani oleh orang-orang kepercayaannya, yang merupakan sahabatnya juga. Membuat perusahaan serta klan mereka selalu mencapai puncak, namun Kenzo juga hampir setiap hari menjadi sakit kepala oleh ulah mereka.
Hingga pada akhirnya, Kenzo bertemu dengan seorang wanita bernama Aira. Yang membuat hidupnya berubah begitu drastis, bahkan begitu memujanya sampai akhirnya Aira harus pergi dari kehidupan Kenzo dan membawa dua darah daging yang tidak ia ketahui.
Bagaimana kehidupan Kenzo saat kepergian Aira dari kehidupannya serta mengetahui darah dagingnya tumbuh dan hidup dan menjadi anak yang sangat berpengaruh?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tsabita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BMr.K 20.
Masih dalam, keadaan belum membuka mata, Aira kini sudah berada disisi sang bunda dan abangnya. Tentunya Kenzo juga berada disana, sang bunda mengusap sisi wajah dan punggung tangan anaknya. Tak lupa berbagai doa dan juga bentuk kasih sayang itu terlihat begitu jelas.
"Eugh!" Suara leguhan terdengar.
"Aira! Kamu sudah sadar nak." Bunda mendekatkan dirinya untuk memastikan hal tersebut begitu pula dengan kedua pria itu.
Perlahan-lahan kedua mata itu terbuka, merasakan suasana yang sangat asing. Namun keberadaan dari orang-orang yang ia sayangi berada disana, membuat Aira membuang rasa asing itu.
"Bunda." Lirih suara itu terdengar.
"Ia nak, bunda disini. Apa ada yang kamu rasakan?"
"Mau duduk bun." Pinta Aira yang merasakan tidak enak pada tubuhnya.
"Jangan! Kamu belum boleh berada dalam posisi itu." Kenzo melarang tegas Aira.
"Tu tuan, tapi saya pegal." Aira mencoba memelas.
"Tidak!" Jawaban singkat serta tatapan tajam itu membuat Aira memilih untuk diam.
Baik Shaka dan bundanya hanya bisa menyaksikan hal itu terjadi, dan Shaka pun memasang tatapan penuh tanda tanya pada sang adik. Sebelum itu, Kenzo terlebih dulu menjelaskan apa yang terjadi pada Aira. Tentu saja itu membuat keluarganya kaget, begitu juga status yang kini Kenzo katakan jika dirinya dan Aira adalah sepasang kekasih. Tanpa memberikan jeda untuk Aira memotong pembicaraan tersebut, Kenzo juga mengatakan sesuatu yang benar-benar tidak Aira duga.
"Aku bermaksud untuk menikah dengan Aira, maka itu. Aku melamarnya. " Terkesan buru-buru namun Kenzo sudah memperhitungkan semuanya.
"Kami belum mengetahui siapa kamu, datang tiba-tiba dan mengatakan jika kamu adalah kekasih serta ingin melamar adikku. Kamu kira ini semuanya bisa kami terima? Bahkan adikku saja baru mendapatkan musibah seperti ini, dimana letak pikiranmu." Ketus Shaka yang sedari tadi menahan semua gejolak emosinya.
"Aku memang sangat mencintai Aira, aku ingin melindunginya." Kenzo juga tidak kalah tersulut emosinya.
"Cinta? Apa dengan cinta bisa menjamin kehidupan semua orang? Jangan pikir kalau kamu adalah pemilik dari tempat adikku bekerja, dan sikap ini bertindak semena-mena pada kami." Kembali Shaka membantah ucapan Kenzo.
"Abang." Bunda dan Aira menegur Shaka agar tidak bersikap seperti itu.
"Lebih baik kita bicarakan dengan tenang dan tidak dengan emosi seperti ini, nak Kenzo. Bisa bunda bicara dengan kalian berdua? Dan abang, bunda minta untuk tetap diam tanpa menjeda apa yang bunda bicarakan. Bisa?" Tatapan seorang ibu kepada ketiga orang disana.
Shaka tidak menjawab dan langsung mencark tempat untuk duduk, begitu pula dengan Kenao yang masih menatap Shaka tajam. Lain pula dengan Aira dirinya memegang telapak tangan sang bunda dengan erat.
"Kita selesaikan sama-sama ya nak, kondisi kamu bagaimana? Atau mau ditindak dulu?" Bunda tersenyum.
"Aira tidak apa-apa bun."
Menepuk punggung tangan Aira perlahan, bunda pun berhadapan dengan dua pria yang masih begitu tegang.
"Sebelumnya bunda minta maaf ya nak, disini bunda tidak berpihak pada siapapun. Nak Kenzo, bisa ceritakan semua dari awal mengenai bagaimana kedekatan kalian berdua." Begitu lemah lembutnya sang bunda berkata.
Seakan tiada beban apapun, Kenzo begitu mantap dan juga percaya diri sekali menceritakan semuanya bagaimana dirinya bertemu dengan Aira hingga saat ini. Bahkan atas cerita tersebut, baik shaka maupun bunda nya menjadi tahu mengenai pekerjaan Aira saat ini. Cukup kaget, namun semuanya dihadapi dengan begitu tenang oleh bunda.
"Dek, kenapa kamu tidak bilang?" Shaka yang juga tidak percaya akan apa yang terjadi pada adiknya.
"Maafkam Aira bunda, abang. Aira tidak bermaksud untuk menutupi semuanya, hanya saja Aira tidak ingin membuat kalian kepikiran. Maaf, tapi untuk masalah dengan tuan Kenzo. Itu hanya pemikirannya sendiri, Aira tidak pernah bilang kalau Aira mau jadi kekasih maupun menikah dengannya. Beneran kok bun, bang." Aira dengan wajah memelasnya, membuat Kenzo semakin gemas.
"Tuh, jawaban Aira sudah bisa membuat kesimpulan kalau orang ini hanya mengada saja." Tolak Shaka yang tidak suka dengan Kenzo.
"Tidak! Aira tetap milik saya." Balas Kenzo kepada Shaka.
"Aira adik saya!" Tak mau kalah.
Bunda hanya menggelengkan kepalanya melihat aksi dua pria muda itu, sedangkan Aira. Ia begitu takut jika terjadi sesuatu, karena Kenzo ia tahu sangat pemaksa.
"Sudah-sudah, tidak baik bertengkar. Kan kalian berdua mau jadi ipar, sudah jangan dilanjutkan." Bunda semakin tersenyum berbalik berhadapan dengan Aira.
Kedua pria itu menegang dan juga Aira, mereka tidak dapat menerka apa yang ada didalam pikiran bunda saat itu.
"Bunda, bunda merestui pria ini?" Shaka yang kaget akan keputusan bundanya.
"Abang, nak Kenzo. Bunda bukan tidak merestui atau menolak bahkan menerima permintaan tersebut. Hanya saja, yang akan menjalaninya itu adalah putri bunda ini. Segala keputusan apapun mengenai hal ini, semuanya ada pada Aira nak." Bunda menunjukkan pada Aira.
"Bagaimana nak?"
Untuk sesaat, Aira melihat ke arah Kenzo berada. Pria itu tetap dengan wajah tenang dan dinginnya, dengan kondisi yang sangat dikatakan baik. Aira harus menghadapi hal seperti ini.
"Aira sudah menjawabnya bun, tuan Kenzo sudah tahu akan jawaban dari Aira. Tapi tolong, untuk saat ini Aira ingin istirahat." Aira memejamkan kedua matanya melepas rasa lelahhya yang cukup berat saat ini.
Semuanya menghargai apa yang menjadi keputusan dari Aira, dan Kenzo sendiri menyadari akan semua itu. Memfokuskan kembali pada kesehatan Aira yang lebih utama dari semuanya, membuat Kenzo dan Shaka tetap berada dalam ketegangan.