"Aku mau kita bercerai mas!." ucap Gania kepada Desta dengan sangat lantang.
"Aku dan adikmu tidak mempunyai hubungan apa-apa Gania?." Desta mencoba ingin menjelaskan namun Gania menolak.
"Tidak ada apa-apa? tidur bersama tanpa sehelai kain apapun kamu bilang tidak ada hubungan apa-apa, apa kamu gila?."
"Bagaimana kita akan bercerai, kamu sedang hamil?."
"Aku akan menggugurkan anak ini!." Gania yang pergi begitu saja dari hadapan Desta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dwi cahya rahma R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 20
Keesokan harinya, Gania baru saja tiba di rumah setelah pulang dari kantor. Ia sudah turun dari dalam mobil dengan tubuh sedikit sempoyongan. Gania merasa hari ini tubuhnya begitu sangat letih, bahkan perutnya merasa mual dari tadi pagi. Mungkin karena faktor hamil muda membuat ia mual dan ingin muntah.
Gania berjalan secara pelan menaiki beberapa anak tangga untuk masuk ke dalam rumah. Namun saat tiba di depan pintu tiba-tiba tubuhnya oleng. Gania menyadari bahwa dia akan terjatuh. Saat Gania merasa lemas dan sudah tidak sanggup menompang tubuhnya sendiri, tiba-tiba.
"Nona Gania, baik-baik saja?." Paijo yang sudah menahan tubuh Gania agar tidak terjatuh.
Gania yang menyadari bahwa ia sudah di bantu oleh Paijo seketika sedikit membuka matanya. Gania tatap lekat-lekat laki-laki yang sedang menompang tubuhnya. Saat melihat Paijo, Gania merasa bahwa dia seperti melihat Desta mantan suaminya. Namun dengan versi yang berbeda. Entah kenapa Gania merasa bahwa tatapan Paijo begitu teduh dan menenangkan. Gania terus tatap kedua mata Paijo. Saat kedua mata mereka saling beradu pandang, Gania seketika langsung berdiri dengan sempurna, dan sedikit menjauhkan tubuhnya dari Paijo.
"Apa-apaan kamu, Gania. Kamu tidak boleh mengingat wajah mantan suami brengsek mu itu, hanya melihat wajah Paijo, lupakan Gania, jangan lemah." ucap Gania di dalam hati, karena dia tidak mau mengingat kembali wajah Desta.
"Aku tidak apa-apa." ucap Gania sambil menjauhkan tubuhnya dari Paijo.
"Sepertinya nona ini sedang capek, harus banyak-banyak istirahat nona." ucap Paijo.
"Iya.. terimakasih atas perhatiannya." Gania yang sedikit dingin.
"Sami-sami, nona Gania."sahut Paijo sambil tersenyum.
Gania sudah tidak lagi mengindahkan Paijo, ia kembali berjalan untuk masuk ke dalam rumah. Namun tiba-tiba tubuh Gania kembali oleng. Paijo yang melihat Gania kembali terjatuh seketika mencoba untuk menolongnya, namun dengan sangat cepat, Gania menolaknya.
"No.. jangan mendekat." tolak Gania. Gania benar-benar malas jika mengingat wajah Desta saat melihat wajah Paijo. "Menjauh lah dariku, dan jangan menyentuh ku." perintah Gania.
Paijo yang mendengar ucapan Gania seketika sedikit berjalan mundur untuk menjauh dari Gania. "Sebegitu bencinya kamu terhadap nama Desta, Gania." ucap Paijo di dalam hati.
Saat Paijo masih melamun menatap ke arah Gania, tidak lama mbok Yem pun datang dari dalam rumah.
"Loh.. Loh.. ada apa non?." Mbok Yem seketika langsung menompang tubuh Gania agar tetap berdiri.
"Duh kepala saya sedikit pusing mbok, mata saya tiba-tiba buram, dan perut saya sangat mual." ucap Gania.
"Owalah jan..." Mbok Yem seketika merasa panik.
"Plakkk!." Mbok Yem seketika langsung memukul tubuh Paijo dengan satu tangan kirinya.
"Duhhh.. Sakit mbok." ucap Paijo menatap ke arah simboknya.
"Kamu ki piye to le.. lihat non Gania sakit kok malah diam saja, mbok ya di bantu, malah ngelamun aja kaya sapi ompong." gerutu mbok Yem.
"Tadi Paijo sudah membantu mbok, tapi non Gania itu_."
"Udah.. cepat ayo bantu simbok bawa kedalam." perintah mbok Yem.
"Tidak usah mbok.. simbok saja yang membantu saya ke kamar." perintah Gania.
"Iya non.. iya.. ya sudah ayo kita ke kamar." mbok Yem terus membantu Gania untuk menuju ke kamarnya, dengan Paijo mengikuti di belakang, karena Paijo takut jika tiba-tiba Gania pingsan dan tidak sadarkan diri.
Sebelum tiba di depan kamar, tiba-tiba Gania melepaskan tubuh mbok Yem, dan berlari menuju ke sebuah kamar mandi, sambil menutup mulutnya.
"Non Gania.." teriak mbok Yem yang melihat Gania masuk ke dalam kamar mandi tamu yang berada di lantai bawah.
"Hoekkk."
"Hoekkk."
Mbok Yem dan Paijo yang mendengar Gania terus memuntahkan isi perutnya di dalam kamar mandi.
"Yah maklum wae, wong non Gania sedang hamil muda, jadi suasana perutnya tidak baik." ucap mbok Yem pelan.
Paijo yang mendengar ucapan mbok Yem seketika menatap ke arah mbok Yem. "Maksud e sampean apa mbok?." tanya Paijo.
"Iyo.. non Gania itu sedang hamil muda." jawab mbok Yem yang juga menatap ke arah Paijo.
Paijo yang mendengar ucapan mbok Yem seketika terkejut. "Apa! ternyata Gania juga sedang mengandung, apakah dia mengandung tanpa sosok suami? Heksa benar-benar sangat gila." Paijo seketika merasa kesal terhadap adik kembarnya.
"Yawes mbok, simbok saja yang mengurus non Gania. Paijo ndak paham soal seperti ini. Paijo izin pulang ya mbok, udah sore, keburu hujan." ucap Paijo.
"Yawes iyo le.. hati-hati di jalan. Jangan ngebut-ngebut naik motornya." ucap mbok Yem sambil mengusap lengan Paijo.
"Njih buk." Paijo yang mengangguk lalu berjalan pergi keluar dari dalam rumah untuk pulang. Sedangkan mbok Yem dan pak Joko tetap menginap di rumah tersebut.
Di perjalanan Paijo begitu fokus mengemudikan motor butut nya, yaitu motor warisan dari pak Joko saat muda dulu. Di perjalanan Paijo begitu sangat merah terhadap Heksa kembaran nya.
"Aku harus menemui Heksa di penjara, bagaimana bisa dia memperlakukan Gania seperti ini." Paijo semakin menarik gas motornya agar motor melaju lebih kencang.
Setelah perjalanan cukup lama sekitar satu jam, akhirnya Paijo sudah tiba di sebuah tempat di mana Heksa di penjara. Karena Paijo adalah keluarganya, pihak polisi pun memperbolehkan Paijo untuk menemui Heksa. Di ruang bertemu, kini Heksa dan Paijo saling duduk berhadapan dengan waktu hanya 15 menit.
"Akhirnya kamu datang juga, bagaimana apa kamu sudah bertemu dengan Gania?." tanya Heksa.
"Apakah benar, Gania sedang hamil?." tanya Paijo alias Desta.
"Nah tepat sekali.. itu yang ingin aku bicarakan kepada mu sore ini, aku ingin kamu terus memantau Gania, hingga anak itu lahir. Setelah anak itu lahir, aku yang harus menjadi wali anak itu, agar aku bisa kembali lagi dengan Gania"
"Hentikan Heksa!." bentak Desta. "Apa kamu gila? apa yang kamu lakukan kepada Gania itu sudah sangat keterlaluan, dan sekarang kamu masih ingin berniat untuk menjadi ayah anak itu, apakah kamu waras?."
"Loh.. memang kenapa? anak itu anakku, aku yang membuat anak itu bersama Gania. Jadi aku tetap ayahnya."
"Ayah macam apa kau ini! aku mengikhlaskan dia menikah dengan mu dulu agar kamu menjaganya, lalu kenapa justru kamu menyakitinya, dan membuat dia hamil tanpa sosok suami, di mana tanggung jawab mu? yang kamu pikirkan dari dulu hanya harta dan pangkat saja, apa kamu tahu? kamu telah membuat nama ku menjadi buruk di mata Gania, kamu tahu Gania membenci sosok Desta, bukan Heksa." bentak Desta.
"Itu bukan hal penting kak, yang penting sekarang, kamu harus membantu ku, agar aku bisa keluar dari penjara ini, dan kembali kepada Gania lagi, aku bosan di kurung seperti ini, aku harus membalas perlakuan Gania kepada ku."
"Kamu benar-benar sakit Heksa... sudah benar kamu berada di dalam penjara ini" ucap Desta.