Alaish Karenina, wanita berusia dua puluh sembilan tahun itu belum juga menikah dan tidak pernah terlihat dekat dengan seorang laki-laki. Kabar beredar jika wanita yang akrab dipanggil Ala itu tidak menyukai laki-laki tapi perempuan.
Ala menepis semua kabar miring itu, membiarkannya berlalu begitu saja tanpa perlu klarifikasi. Bukan tanpa alasan Ala tidak membuka hatinya kepada siapapun.
Ada sesuatu yang membuat Ala sulit menjalin hubungan asmara kembali. Hatinya sudah mati, sampai lupa rasanya jatuh cinta.
Cinta pertama yang membuat Ala hancur berantakan. Namun, tetap berharap hadirnya kembali. Sosok Briliand Lie lah yang telah mengunci hati Ala hingga sulit terbuka oleh orang baru.
Akankah Alaish bisa bertemu kembali dengan Briliand Lie?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alfian Syafa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30. Gangguan dari luar
[Izinkan aku mencintaimu.]
Brian tersenyum, berharap Ala jawab boleh. Meski terkesan bercanda tapi itu memang beneran dari hati Brian yang paling dalam.
Beberapa menit nggak dibalas dan lampu hijau hilang mungkin Ala udah nggak online tapi Brian kembali mengirim pesan.
[Kemana ini orang.]
[Cieee kena mental ya?]
[Nggak berani balas.]
Brian terus menggoda Ala karena lucu. Wajah Ala yang kesal dulu selalu terngiang-ngiang dalam pikiran Brian. Kalau jengkel gadis itu selalu memukuli Brian tapi Brian suka dan malah gemas sama Ala. Nggak pernah marah karena saking sayangnya sama Ala. Dah gitu anaknya nurut siapa yang nggak bahagia punya pasangan seperti itu. Hubungan mereka kan jadi adem ayem sampai membuat siapa aja iri.
Lagi asyik-asyiknya chatt sama mantan pacar ada saja yang menggangu ketenangan Brian. Pas banget Brian lagi senyum-senyum sendiri di kamar sambil rebahan, Bu Ranti masuk tanpa permisi. Nggak ketuk pintu dulu soalnya udah terbuka lebar dan terlihat putranya yang ganteng nggak ketulungan itu sedang kumat gemblungnya.
Bu Ranti cuma bisa geleng kepala aja lihat kelakuan Brian yang makin hari makin jadi beban pikiran. Putus sama Maira sekarang malah gendeng. Senyum sama gawai coba. Ya Allah ... Bu Ranti nggak habis pikir sama Brian ini. Adiknya saja putus cinta nggak gini amat.
"Yan, besok ikut Ibu yok," ucap Bu Ranti.
Brian terkejut karena Bu Ranti sudah ada di samping duduk di tepi ranjang. Saking fokus sama Ala jadi nggak tahu sejak kapan Bu Ranti ada di situ.
Brian ngucek kedua netranya. Takut salah lihat, siapa tahu bukan ibunya tapi malah setan yang berwujud manusia.
"Ealah mandan gendeng! Mabok lagi kamu?" Bu Ranti sudah mulai keluar tanduknya.
Bersiap mau nyeruduk Brian kalau sampai mengkonsumsi sebotol minuman yang membuat jalan sempoyongan lagi.
"Nggak ... Kok, Bu. Cuma mastiin aja beneran Ibu bukan!" jawab Brian santai.
Bu Ranti geleng kepala. "Besok kita periksa kejiwaan aja, Yan!" ucap Bu Ranti.
Bu Ranti sudah angkat tangan karena kelakuan Brian yang menunjukkan ciri-ciri gangguan kejiwaan jadi sebelum parah mending diperiksa.
"Ibu ini ngawur aja! Aku loh sehat mana ada gendeng!" kata Brian dengan wajah cemberutnya.
Heran sama Ibunya itu. Bisa-bisanya anak gantengnya dituduh gemblung. Wong ya lagi kasmaran sama mantan kok dibilang gemblung.
"Lha kamu di panggil dari tadi nggak denger malah senyum-senyum sendiri sama tuh hape!" Bu Ranti melirik ke arah gawai Brian yang layarnya masih menyala.
Dengan gerakan cepat Brian langsung mematikan layar tersebut supaya Bu Ranti nggak tahu kalau Brian sudah bertemu sama Ala lagi. Mau kenalin Ala nanti kalau sudah kembali baru Brian cerita. Sekarang nikmatin dulu prosesnya menuju pendekatan.
Meski Ala galaknya minta ampun dan suka balas singkat tapi lucu bikin Brian gemas pengen nggigit dan mengulang masa lalu. Oh indahnya masa dimana Brian pertama kali ngokop bibir Ala yang berwana merah jambu dan rasanya manis sekali kayak madu.
"Ya maklum lah masih muda, Bu. Kayak nggak pernah muda aja," kata Brian sambil tersenyum.
"Tuh, Maira datang!" Bu Ranti memberitahukan kalau calon istrinya datang.
Wajah yang semula bahagia berganti rasa jengkel. Males ketemu Maira apalagi lihat wajahnya. Udah muak kali Brian itu.
"Ngapain sih!" Meski jengkel tapi Brian tetap keluar dari kamar buat menemui Maira.
Bu Ranti heran sama Brian yang tadinya senyum bahagia tiba-tiba berubah mendung hanya denger nama Maira. Paham jika Brian sudah sakit hati dan malas bertemu tapi sebagai Ibu dia harus bisa mengambil keputusan yang bijak. Siapa tahu kan mereka mau menyelesaikan masalah.
Brian keluar dan melihat Maira duduk di teras. Dia nggak pernah mau duduk di ruang tamu maunya di luar sambil menghirup udara segar. Soalnya rumah Brian emang sejuk.
Gadis itu sudah duduk anteng sambil main gawai dan entah sedang balas chat siapa. Brian nggak peduli. Dia memilih diam dan menunggu Maira selesai balas chatt. Berdiri di dekat pintu saja daripada harus duduk di samping Maira.
"Mas Brian!" pekik Maira. Dia terkejut karena Brian sudah ada di dekatnya tapi segera mengubah keterkejutan jadi senyum manis kayak empedu.
"Hem!"
"Mas, maafin aku ya. Boleh kita bicara sebentar aja?" ucap Maira. Wajahnya terlihat sendu tapi nggak berhasil buat Brian bersikap biasa.
Brian malah terkesan dingin. Dia menarik kursi sedikit menjauh. Nggak mau deket-deket sama Maira. Udah malas rasanya mau deket. Kecewa banget sama kelakuan Maira. Udah ketahuan selingkuh masih aja berani menemuinya. Kalau nggak ada Ibunya, Brian sudah menyuruh Maira pergi.
"Apa!" kata Brian.
Maria mendesah pelan, rasanya kemarin Brian nggak seperti ini. Masih baik-baik saja. Kenapa cepat sekali Brian berubah dan Maira merasa kalau Brian memang beneran nggak cinta sama dia.
"Aku sudah putus sama Dori, Mas. Maaf ya karena aku diam-diam jalan sama dia. Semua ini karena Mas Brian terlalu cuek. Aku ... Minta hapus tato tapi Mas Brian nggak pernah mau. Aku sudah berusaha buat ambil hati Mas Brian tapi rupanya kalah sama mantanmu," kata Maira dengan suara parau. Wajahnya menunduk.
Brian nggak peduli bahkan nggak kasian sama sekali. Malah pengen Maira segera pulang soalnya Brian merasakan getaran pada gawainya. Brian yakin ini balasan dari Ala. Jemarinya gatal pengen buka itu gawai tapi harus sabar menunggu Maira pulang dengan sendirinya.
"Terus?"
Maira menatap Brian sejenak. Ketampanan itu selalu berhasil membuat Maira jatuh cinta tapi sekarang gadis itu diliputi rasa bimbang karena ada laki-laki lain yang mencintai dia dengan hebatnya. Jadi mau pilih mana? Dicintai atau mencintai.
Daripada bingung akhirnya Maira pergi ke rumah Brian. Memperjuangkan laki-laki itu sekali lagi. Berharap Brian mau memaafkannya terus ada adegan romantis setelah maaf-maaf. Eh malah bukan adegan romantis yang didapat. Melainkan kutub Utara dan kutub Selatan pindah ke kabupaten Purworejo.
Bisa kena marah beruang kutub kalau begini caranya. Maira jadi kehabisan kata-kata. Soalnya tadi yang dia bayangin hal yang indah-indah bukan kepahitan. Rupanya yang di dapat lebih pahit dari empedu. Oalah sial sekali nasibnya.
"Mau maafin aku? Kita kembali dari awal lagi dan aku janji nggak akan berhubungan sama Dori. Pernikahan itu nggak jadi batal," ucap Maira penuh harap.
Senyum tercetak dibibirnya setiap kali menatap Brian hatinya meleleh kayak keju mozzarella. Brian bagaikan pahatan terindah dimata Maira. Sayangnya laki-laki itu memberikan sembilu tepat dihatinya.
"Aku sangat mencintaimu, Mas Brian. Kenapa kamu tega menyayat hatiku dengan ribuan sembilu? Apa kamu nggak ingat selama ini aku selalu berusaha buat dapatin hati kamu, meski aku tahu masa lalu kamu belum usai. Kamu masih cari gadis itu berada tapi aku membiarkan itu semua karena yakin kalau suatu hari nanti kamu bakal bisa lihat aku dan jatuh cinta sama aku!" Setetes cairan bening itu keluar dari sudut netra Maira.
Brian tersenyum miring. Ucapan Maira seperti lelucon ditelinganya.
"Aku nggak minta kamu seperti itu! Kamu bilang apa tadi? Menusuk sembilu dihati kamu? Nggak salah dengar? Bukannya kamu yang nyakitin ya? Kok malah jadi aku yang salah!" Brian menatap Maira dengan tajam.
Kok bisa-bisanya Maira ini malah menuduh Brian yang salah di sini. Sudah jelas Maira jalan sama cowok lain. Chatt mesra sama Dori malah Brian yang kena. Maira rupanya pandai memutar balikkan fakta.
"Kalau kamu mau hapus nama itu aku nggak akan kayak gini, Mas!" Nada Maira sudah meninggi.
Brian nggak enak kalau tetangga denger apalagi ini sudah malam, jadi Brian milih bangkit berdiri dan menyuruh Maira pergi.
"Kejarlah orang yang mencintaimu karena dia sedang menunggumu!" Ucapan Brian begitu menohok.
Maira membulatkan kedua netranya. Menatap Brian sejenak karena tatapan Brian menuju ke atas, tepat di jalan atas rumahnya karena rumah Brian ada di bawah. Jadi jalanan itu tanjakan kalau lewat jalan tersebut terus jatuh ya pas banget jatuhnya sangat sakit.
Di dekat pohon bisa Brian lihat kalau Maira sedang ditunggu sama laki-laki bernama Dori. Coba itu katanya udah nggak berhubungan tapi laki-laki itu dengan setia menunggu Maira selesai bicara sama Brian.
Memilih pergi daripada terus meladeni Maira yang pintar akting. Pas masuk lihat pemandangan yang lucu. Dimana Bu Ranti dan Pak Supri pura-pura sibuk baca buku dan koran yang ada di ruang tamu padahal mereka sedang nguping.
"Kalau nguping yang pinter Pak, Bu! Masa iya baca koran kebalik!" kata Brian dan berlalu ke kamarnya.
Nggak sabar mau baca chatt dari Alaish Karenina yang imutnya ngalahin boneka chucky.
[Hasyuuuuk ....]
[Agak eror ini orang, mau nikah masih godain mantan!]
Brian tersenyum, lupa kalau barusan jengkelnya nggak ketulungan. Ala memang adalah obat bagi Brian.
[Iya eror karena bisa ketemu kamu lagi. Aku bahagia banget akhirnya bisa ngobrol sama kamu.]
[Boleh nggak aku lihat senyum kamu satu kali aja?]
Rindu dengan senyum Ala yang manis kayak gulali. Foto Ala yang waktu itu di ambil nggak senyum sama sekali. Brian kangen lihat Ala tersenyum karena senyum itu selalu membuat hati Brian tenang dan ikut bahagia. Berharap Ala bakal mau kasih fotonya meski satu nggak apa-apa. Buat mengobati kerinduan Brian selama ini.
Bersambung....
jangan lupa like, komen dan subscribe yaaa. Biar othor lebih semangat nulisnya.
cintanya mas bri udah stuk di kamu
semangat kakak,