Cerita ini hanya fiktif belaka, hasil kehaluan yang hakiki dari Author gabut. Silahkan tinggalkan jejak jempol setelah membaca dan kasih bintang lima biar karya ini melesat pesat. Percayalah Author tanpa Readers hanyalah butiran debu.
Siti dan Gandhi tetiba menjadi pasangan nikah dadakan, karena Siti menghindar perjodohan dari sang ayah yang akan di pindah tugas keluar Pulau.
Sebelumnya Siti sudah punya kekasih, tetapi belum siap untuk menikahinya. Jadilah Gandhi yang bersedia di bayar untuk menjadi suami pura-pura hingga Arka siap meminang Siti.
Isi rumah tangga Siti dan Gandhi tentu saja random, isi obrolan mereka hanya tentang kapan cerai di setiap harinya.
Mari kita simak bagaimana akhir rumah tangga Siti dan Gandhi yang sejak awal berniat bercerai. Apakah sungguh berpisah atau malah bucin akut?
Happy Reading All
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon EmeLBy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 12 : SAH
Acara lamaran dadakan di rumah keluarga Harso berjalan dengan lancer, tidak ada lamaran romantic seperti kebanyakan pasangan pada umumnya. Namun doa restu dari kedua keluarga sangat terasa. Bahkan lamaran itu segera melahirkan sebuah kesepakatan hari pernikahan yang akan di laksanakan pada hari Sabtu depan lagi. Artinya permintaan Harso untuk menikahkan putrinya sebelum ia pergi pun terkabul.
Terbayang hebohnya dua keluarga itu untuk menyiapkan segala sesuatunya, sebab hanya tujuh hari setelah lamaran lalu di adakan pernikahan. Tetapi tenang saja, bukan karena keduanya keluarga mampu. Melainkan karena pernikahan itu tidak di lakukan secara besar-besaran.
“Kamu yakin kita gak perlu ada foto praweding?” tanya Gandhi pada Siti selesai mereka melakukan pengambilan gambar untuk Foto di surat nikah.
“Ngapain prawed prawed, ingat kita hanya pura-pura. Usahakan gak usah banyak bikin kenangan dalam pernihakan ini. Nanti kamu cinta sama aku.” Jawab Siti cuek.
“Hati-hati kalao bicara, ntar bucin loh sama aku.” Kekeh Gandhi meledek Siti.
“Maaf yak, dalam hatiku cuma ada Arka seorang.” Jawab Siti ketus.
“Arka gak tuh, eh. Dia kita undang kan?”
“Ngapain undang dia?”
“Supaya tau, besok bakalan dapat jandaku.” Tawa Gnadhi makin besar saja menertawai Siti.
“Jandaku gak tuh?”
“Ya kan besok dia dapat bekasanku, huaa… haa…haa”
“Bekasan? Kita cuma nikah pura-pura yak. Gak kawin beneran.” Tegas Siti memastikan jika Gandhi nanti tidak akan meminta haknya sebagai suami setelah mereka sah jadi suami istri.
“Lihat saja nanti, siapa yang tahan dalam kepura-puraan ini.” Ujar Gandhi menyerahkan helm untuk Siti agar mereka kembali melanjutkan aktivitas mereka.
Iya, Gandhi itu bukan orang kaya yang kemana-mana pake mobil. Menurut pengakuannya pada Siti. Malam lamaran itu mereka datang dengan mobil sewaan, karena gak mungkin datang dengan dua motor di waktu malam juga. Tetapi Siti tidak masalah, baginya ia dapat orang yang mau di ajak bekerjasama saja sudah cukup. Urusan kekayaan dan lain-lain baginya tidak menjadi point utamanya.
“Saya terima nikah dan kawinnya Siti Haurah Binti Harso Sunaryo dengan mahar yang di sebutkan di bayar tunai.” Ucapan Qobul pun menyeruak dengan lantang di kediaman Harso yang sudah di hias dengan tema vintaque na sederhana namun elegant.
“Sah?” tanya Penghulu.
“Sah.” Jawab para saksi.
“Alhamdulilah.” Ucap mereka bersama-sama.
Selanjutnya adalah acara sungkeman dan resepsi yang di laksanakan di halaman rumah pak Harso. Tamu mereka tidak lebih dari 30 orang saja. Sungguh perayaan perinkahan yang sangat private. Bagi Siti dan Gandhi yang paling penting adalah ketua RT dan tetangga kiri kanan rumahnya. Agar besok tidak ada fitnah saat melihat Gandhi selalu berada di rumah Harso, saat orang tuanya sungguh sudah pindah ke tempat kerja yang baru.
“Selamat sudah menjadi istri yak, Sit.” Peluk Nira yang sesungguhnya masih bingung dengan Keputusan yang di ambil oleh Siti.
“Hem, gosah serius gitu. Ntar juga aku bakalan jadi janda.” Jawab Siti dengan cuek sambil menghapus riasan wajahnya yang cukup tebal oleh MUA tadi.
“Gak boleh ngomong gitu. Ucapan adalah doa Sit. Nanti di dengar malaikat loh.”
“Bodo, malaikat juga tau kalo aku cuma nikah bohongan.” Lanjutnya sambil terus membersihkan kulit wajahnya.
“Hai, kamu Nira yak sahabat istriku. Boleh di luar saja ngobrolnya, soalnya aku mau istirahat. Atau kita bobo betiga saja, karena ini Cuma pernikahan pura-pura.” Tetiba Gandhi datang dan bingung mau rebahan tapia da Nira yang tidur melintang di atas Kasur pengantin mereka.
BERSAMBUNG…
ujan ujan gitu, mknya cakit/Grin//Grin/
🏃🏃🏃🏃🏃🏃
Keren kok alurnya