Gadis Kesayangan Tuan Agra

''Bagaimana kalau dia tahu, kalau kamulah yang memulai semua penderitaannya? apakah dia bisa menerima itu?''

Di bangunan rumah yang mewah, dua orang sedang berbincang dengan sangat serius, bahkan pembicaraan mereka sangat rahasia.

Ruangan yang hanya ada dua kursi dan satu meja tanpa ada barang lainnya yang sepertinya ruangan itu memang sudah diperhitungkan khusus membicarakan hal yang sensitif.

''Tapi aku melakukan itu demi dia, pria itu sangat berbahaya!''

''Lalu apa bedanya kamu dengan dia?''

''Aku mencintainya sudah sejak lama, bahkan aku kerap mengikuti kemana dia pergi hanya untuk tahu kegiatannya. Tapi saat aku akan datang menemuinya, pria itu masuk ke dalam kehidupannya dengan niat yang tidak baik. Apa aku salah?''

''Tidak, tapi kamu harus ingat dengan pribahasa sebaik-baiknya orang menyembunyikan bangkai suatu saat akan tercium juga.''

...

Pagi ini Kiran tidak ada jadwal kuliah, dan kebetulan baru siang nanti ia akan berangkat dan seperti biasanya ia kembali menggunakan sepeda motornya yang berwarna kuning itu.

Tapi ketika ia membuka pintu karena Kiran berniat akan pergi ke minimarket yang ada di sebrang jalan untuk berbelanja kebutuhannya yang kebetulan sudah mulai habis, ada sebuah surat bersampul biru yang jatuh ketika ia membuka pintu apartemennya.

Dengan ragu ia mengambilnya dan membacanya sembari berjalan. Seketika Kiran berhenti sejenak ketika membaca awal paragraf yang tertulis, sepanjang membaca alisnya terus menyatu meras heran dengan isi daripada surat itu.

Jangan pernah mudah percaya dengan seseorang.

Biarpun seseorang itu adalah orang terdekat mu.

Siapkan mental mu ketika mengetahui kebenaran nantinya.

Ini bukan teror yang harus kamu takuti. Tapi ini adalah peringatan!

^^^^Mr.X^^^^

Sesaat memang Kiran merinding membacanya, tapi kemudian ia mengusir jauh-jauh pikiran negatif itu, dan menganggap surat yang ia baca berasal dari keisengan belaka dan bisa juga salah alamat.

Kiran membuang surat itu ke tempat sampah yang tak jauh darinya. Tidak ingin berfikiran lebih dan tidak mau ambil pusing dengan apa yang di baca tadi. Kiran pun masuk ke dalam minimarket dan membeli apa yang dia butuhkan saja.

Baru satu malam Agra pergi, dia merasa kehilangan yang semestinya ia terbiasa karena memang sebelumnya ia melewati hari-harinya tanpa adanya Agra hampir satu tahun kemarin.

Jam menunjukkan pukul sebelas siang, Kiran pun sudah bersiap akan pergi ke kampus. Dan seperti Dejavu, kedua kalinya ia bertemu dengan pria yang waktu itu menyebrang jalan dengan sembarangan, dan memperkenalkan dirinya dengan nama, Reza.

Tapi kali ini dia dengan sengaja menyalip sepeda motor Kiran dengan sepeda motor.

Kiran mengerem mendadak, dan membuka pelindung kepalanya.

''Apa kamu gila! seenaknya memotong jalan orang lain!''

''Hai, kita bertemu lagi.''

Kiran memasang wajah datar dan menyiratkan bahwa dirinya kesal dengan sikap pria itu yang seenaknya.

''Benar-benar Siinting ini orang.'' Kiran kembali memakai helm dan sudah bersiap akan memutar kunci motornya, tapi pria bernama Reza itu sudah lebih dulu merebut kunci itu dari tempatnya.

Dengan mimik wajah tanpa bersalah, Reza mengayunkan kunci motor yang terdapat gantungan berkarakter itu tepat di depan mata Kiran yang sudah menatapnya begitu kesal.

Kiran memutar matanya dengan malas, dan turun dari motornya. Merogoh ponselnya dan menekan kata order pada aplikasi hijau yang menyediakan layanan jasa antar jemput.

''Kiran, ini kan sudah memasuki waktu makan siang. Bagaimana kalau kita makan siang di sana,'' tunjuk pria tengil itu pada kedai makanan yang tak jauh dari tempat mereka berdiri.

Ya pria itu mengetahui nama Kiran karena waktu itu Kiran sudah sempat menyebut namanya. Masih dengan mimik wajah sedatar mungkin Kiran tidak sama sekali mengidahkan ajakannya.

Tidak lama kemudian, sebuah sepeda motor menghampiri mereka dengan atribut yang sudah di sediakan perusahaan. Menyebutkan nama Kiran dan memberikan pelindung kepala.

Tanpa berpamitan Kiran pun naik ke sepeda motor panggilan itu. Dan pria bernama Reza hanya bisa termangu dengan bingung.

''Lho kamu mau kemana? lalu ini sepeda motormu bagaimana?''

''Kalau kamu menginginkannya, ambil saja. Aku ikhlas! dan jangan pernah mengganggu ku lagi!'' Kiran menekankan ucapan nya. Dia pun berlalu pergi dengan ojek yang dia pesan.

Raut wajah pria yang mengenalkan namanya dengan nama Reza, seketika berubah. Tatapan mata itu bukan seperti sebelumnya. Entah apa yang ada dipikirannya tapi pria itu benar-benar terlihat sangat misterius.

Sesampainya Kiran di depan gerbang utama kampus, iapun segera turun dari motor dan berlalu setelah membayar sesuai tarif yang ada.

Ponselnya berdering yang ternyata itu adalah panggilan dari Agra. Dengan senyum sumringahnya Kiran segera menggeser icon hijau pada layar ponselnya dan mendekatkan pada telinganya.

''Ya, Mas?''

''Iya aku baru saja sampai kampus. Kamu sudah makan, Mas?''

''Euumm... Iya. Cepatlah kembali.''

''Aku merindukan mu juga.''

Setelah perbincangan ringan itu Kiran pun memutus sambungan telepon, hatinya sudah merasa tenang dan lega karena dengan Agra meneleponnya sudah membuat rasa kerinduannya berkurang sedikit.

Masuk ke kelas yang masih sepi, Kiran menuju lokernya untuk mengambil buku yang dia simpan di sana tetapi pada saat dia mengambil buku lagi-lagi ada surat bersampul yang serupa dengan surat yang ia temui di apartemen tadi pagi.

Matanya kembali memicing merasa familiar dengan warna juga bentuk lipatan surat itu dan ketika ia membuka amplopnya dan membaca isinya, ia yakin bahwa penulis surat ini sama dengan penulis surat yang ia temui pagi tadi. Yang ternyata dugaannya yang mengira kalau surat itu hanyalah keisengan belaka dari seseorang ataupun salah alamat, itu salah besar! Dan terbukti seseorang yang memberikan nama dengan Mr x itu kembali mengirimkan tulisannya lagi dengan isi yang berbeda.

Hatinya mulai tidak tenang kepalanya menoleh ke kiri dan ke kanan seakan merasa tidak aman dan memikirkan apa sebenarnya tujuan dari si Mr.X ini?

Berulang kali Kiran membaca isi surat itu, keringatnya bermunculan, tangannya gemetar karena dia sudah benar-benar merasa diteror bukan lagi peringatan sesuai apa yang dikatakan di surat pertama yang dia terima.

Ternyata kau menganggap bahwa surat sebelumnya hanya main-main. Tidak, Kiran! aku memperingatimu sekali lagi hati-hati dan jangan terbuai!

Kiran menyimpan secarik kertas itu ke dalam tasnya dan berjalan cepat menuju kursinya.

''Sebenarnya siapa dia, kenapa dia meneror ku? Mas... Cepatlah kembali.'' Kiran bergumam.

TBC..

Bonus Visual Kiran Wulandari dan Agra Madava Nadindra.