Arunika seorang novelis khusus romansa terpaksa meninggalkan lelaki yang sudah 7 tahun menjalin cinta dengannya. Robin telah tega berselingkuh dengan temannya semasa kuliah, hal tersebut diketahuinya saat datang ke acara reuni kampus.
Merasa dikhianati, Arunikapun meninggalkan tempat reuni dalam keadaan sakit hati. Sepanjang jalan dia tak henti meratapi nasibnya, dia adalah novelis spesialis percintaan, sudah puluhan novel romantis yang ia tulis, dan semuanya best seller. Sementara itu, kehidupan percintaannya sendiri hancur, berbanding terbalik dengan karya yang ia tulis.
Malam kelabu yang ia jalani menuntunnya ke sebuah taman kota, tak sengaja dia berjumpa dengan remaja tampan yang masih mengenakan seragam sekolah di sana. Perjumpaannya yang tak sengaja, menimbulkan percikan cinta bagi Sandykala, remaja tampan berusia 18 tahun yang sedang mencari kesembuhan atas trauma percintaan masa lalunya. Akankah romansa akan terjalin antara keduanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asih Nurfitriani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
GODAAN (PART 1)
setelah mendengar pengakuan cinta dari Hendra Wijaya aku merasa enggan berangkat bekerja. Hari itu aku benar-benar akan melupakan semuanya, aku tidak mau mengingatnya barang sedetik pun. Sikapnya yang dia tampakkan di kantor tidak ada yang berubah. Namun justru perubahan sikapku lah yang membuat Jihan dan rekan-rekan yang lain curiga, karena terkesan aku menghindari Hendra Wijaya.
Apa sikapku begitu kentara? Aku pun meminta untuk pindah ruangan di lantai 5, padahal di sana hanya ada ruang tim Ilustrator dan Digital Marketing. Aku hanya ingin tidak bertemu dengannya dulu.
Masalah Sandy sudah menyita seluruh waktu dan tenagaku. Ditambah pengakuan Hendra Wijaya yang bilang melihat Robin di lobi kantor. Seolah datang beruntun. Aku hampir menyerah, tapi Sandy selalu jadi semangat.
"Ngapain pake minta pindah lantai sih?" tanya Jihan sambil membantu membawakan beberapa barang-barang dari ruangan lamaku.
"Aku butuh suasana yang agak tenang dan sepi. Lagian kan di sini cuman naik satu lantai doang Ji.." jelasku,sampai sekarang aku belum cerita kalau Hendra Wijaya menyatakan perasaannya kepadaku.
"Yah, ada lift juga sih, soalnya mager kalau naik tangga..!" ocehnya.
"Ji, Pak Hendra lihat Robin ada di lobi kantor pas aku cuti.."
Jihan yang mendengar kata-kataku barusan seketika terkejut. Dia meletakkan barangku sekenanya.
"Apa kamu sudah ketahuan?" tanyanya khawatir.
"Selama ini Robin tidak menghubungiku, lagipula setelah kejadian waktu itu. Aku langsung menemui resepsionis dan bilang jika ada yang mencariku, siapapun itu, aku memintanya untuk mengatakan bahwa aku sudah resign.." jawabku, seperti barang-barangku sudah semua aku bawa. Tak lupa foto lelaki muda nan tampan bertengger di meja kerjaku, di sebelah komputer, sebagai penambah semangat dan inspirasiku.
"Syukurlah kalau begitu.." ungkap Jihan lega. Peluhnya menetes deras di keningnya. Aku sangat berterima kasih karena sampai saat ini dia selalu di sampingku.
"Aku nanti akan menjemput Sandy ke kampus,mau ikut?" tanyaku ke Jihan.
"Aku mau makan malam dengan keluarga Adit, lagipula Jimmy sedang ke bandara sekarang, dia mau menjemput Tasya...!" kata Jihan,sedikit pusing dengan Jimmy yang ribut agar Tasya tinggal di rumahnya selama di Indonesia.
"Wah, akhirnya kamu akan bertemu dengan adik iparmu Ji.." godaku, wajahnya malah terlihat sedih.
"Benar aku senang, hanya saja aku pusing karena Jimmy memintaku untuk mengijinkan Tasya tinggal di rumah selama dia di Indonesia..!" ucapnya lagi, Jihan menarik nafas dalam-dalam.
"Pasti mama kamu tidak setuju kan?" tanyaku lagi. Aku tahu karena Mama Jihan sedikit konservatif.
Jihan mengagguk, wajahnya makin terlihat tertekan, pasti Jimmy akan berulah jika keinginannya tidak terpenuhi.
"Sebenarnya aku ada solusinya, hanya saja aku harus bicara dulu dengan Sandy.." kataku kepada Jihan, mendengar kalimatku barusan,wajahnya seketika berubah.
"Baiklah kalau begitu,.kabari aku secepatnya oke..!" ucapnya sambil pamit kembali ke ruangannya.
Akhirnya aku bisa sedikit tenang setelah pindah ruangan kali ini. Meskipun akan banyak gosip yang muncul setelahnya, masa bodoh. Namun rupanya Hendra Wijaya mengetahui kepindahanku ke lantai ini.
...*****...
Hari ini berlalu dengan cepat, aku pun lebih berhati-hati saat akan keluar kantor, apalagi Robin berusaha mencari keberadaanku. Bukan tidak mungkin aku akan berpapasan dengannya suatu saat nanti.
Kasus yang melibatkan Bayu dan Ayahnya sudah masuk ke tahap penyelidikan, karena bantuan keluarga Sandy semuanya berjalan sesuai rencana. Aku lega sekali, Sandy sekarang bisa menjalani hidup dengan tenang dan bahagia. Sedangkan Bayu dan Ayahnya bisa membenahi hidup mereka menjadi lebih baik. Sebagian uang yang dibawa kabur bisa kembali, hanya saja perlu waktu untuk mendapatkannya. Dan wanita itu dipastikan akan mendekam dalam penjara dalam waktu yang lama. Ternyata bukan hanya Sandy yang menjadi korbannya, setelah kasus Sandy dibuka kembali, ada beberapa pihak yang ikut melaporkan terkait kejadian yang menimpa anak mereka, sama seperti yang dialami Sandy.
Aku menyetir tanpa melihat bahwa bahan bakar mobilku hampir habis. Untung saja ada sebuah SPBU sebelum masuk ke kampus Sandy. Aku memutuskan untuk mengisi bahan bakar di SPBU tersebut. Saat menunggu pengisian bahan bakar, aku melihat sosok yang baru saja membuatku khawatir jika berjumpa dengannya. ROBIN dan RANIA terlihat sedang mengendarai motor berdua. Mereka terlihat mesra, dan apa tidak salah dengan netraku. Perut Rania terlihat menyembul ke depan, apakah dia hamil?
Wah, benar-benar bajingan si Robin, bisa-bisanya dia mencariku ke kantor, sedangkan wanitanya sedang hamil.Apa maksud tujuannya mencariku. Segera aku tutup kaca mobil, dan berlalu menuju ke kampus Sandy.
Dasar anak nakal, batinku. Sekarang dia lebih agresif, senang sekali memeluk mendadak, mencium tidak kenal.tempat dan waktu. Entah keberanian dari mana yang dia dapat. Sepertinya setelah masalah masa lalunya terselesaikan, dia seolah menjadi pribadi baru yang lebih hangat dan menyenangkan. Bahkan Ibunya dibuat heran dengan sikapnya belakangan ini.Sayangnya sebentar lagi Ibu akan kembali ke Prancis, sedang Cakrawala akan tinggal sedikit lebih lama di sini. Mereka akan melakukan program memiliki momongan, karena Luna ingin sekali segera hamil.
Aku sampai di parkiran fakultas, dan mencari-cari sosok pria mudaku. Aku belum melihatnya, aku haus,aku akan keluar mencari minum. Ada minimarket di dekat parkir fakultas. Aku akan menelpon Sandy supaya dia tidak mencariku.
"Sayang, aku sudah sampai di parkiran, tapi sepertinya aku haus, jadi temui aku di minimarket dekat tempat parkir ya.." kataku sembari berjalan menuju ke minimarket. Banyak juga mahasiswa yang masih berada di kampus di jam segini. Aku pun sudah sampai di dalam minimarket dan segera memilih minuman dingin.
"Baiklah, aku sedang bersiap keluar kelas sayang..!" jawab Sandykala.
"Aku mau beli roti,kamu mau apa? Ahh, iya nanti pilih sendiri ya. Aku tunggu..!" kataku lagi, dan aku pun mengakhiri panggilan teleponku. Aku masukkan kembali ponselku ke dalam tas. Saat sedang memilih minuman, aku tak sengaja bertabrakan dengan seorang mahasiswa yang berada di dekatku.
"Ah,.maaf aku tidak sengaja!" ucapku sembari mengambil makanannya yang terjatuh.
Dia pun tersenyum,dan berusaha membantuku mengambil makanannya yang lumayan banyak.
"Tidak apa-apa, harusnya aku membawa keranjang belanja. Ini terlalu banyak jika hanya membawanya dengan tanganku.." jawabnya, dia memang sedikit kerepotan. Lalu dia pun mengambil keranjang belanja dan memindahkan makanannya yang jatuh ke keranjang.
"Ohh..ini,sekali lagi saya minta maaf!" ucapku, sambil aku serahkan sebungkus keripik kentang yang masih aku pegang. Aku pun segera permisi dan melanjutkan belanjaanku. Namun baru dua langkah aku berjalan, mahasiswa tersebut mendatangiku kembali.
"Permisi, apakah anda mahasiswa di sini? Aku belum pernah melihat anda soalnya?" tanyanya tiba-tiba. Aku sedikit terkejut dengan sikapnya.
"Aku bukan mahasiswa sini, aku hanya..!" kalimatku terpotong olehnya.
"Benar dugaanku, pasti anda bukan anak kampus sini. Perkenalkan saya Teddy, mahasiswa tahun ke-3, jurusan sastra Prancis..!" kenalnya, dia mengulurkan tangan, aku yang terdiam sejenak karena perkenalannya yang mendadak menjadi bingung harus menjawab apa.
Aku juga ragu untuk membalas perkenalannya, saat pikiranku sedang bingung, Sandy terlihat di dekat pintu minimarket. Sandy pun masuk, dan aku refleks memanggilnya. Mahasiswa di depanku pun terkejut mendengarnya.
"Sayaangg, sebelah sini!" panggilku. Karena hanya ada beberapa mahasiswa di dalam, Sandy langsung mengenali suaraku, dan segera menghampiriku.
Dia sedikit kaget saat melihatku sedang bersama mahasiswa lain.
"Ah sayang, apa yang sudah kamu beli? Lalu..siapa ini? Ohh rupanya Senior Teddy, halo senior!" sapa Sandy begitu mengetahui siapa mahasiswa yang sedang bersamaku.
Wajah Teddy terlihat menahan malu, dia tidak menyangka bahwa aku adalah pacar Sandykala juniornya.
"Oohh..ya, haaii Sandy!" jawab Teddy gugup.
"Sayang, tadi aku tidak sengaja menabrak seniormu,maafkan saya senior!" ucapku kepada Teddy. Dia terlihat kikuk,tidak seperti tadi.
"Maafkan pacar saya senior,apa yang anda butuhkan? saya akan bantu..!" kata Sandy. Namun segera senior tersebut,berpamitan dan dengan tergesa-gesa membayar belanjaannya.
"Mau minum apa?" tanyaku, aku mengelus pipinya yang halus ini. Kenapa makin ke sini dia makin tampan.
"Aku mau susu pisang dan onigiri.." jawabnya, dia pun mengambil beberapa susu pisang dan onigiri berbagai rasa. Aku yang melihatnya seperti itu merasa sedang menemani anak kecil berbelanja.
"Baiklah, aku akan beli kopi dan beberapa keripik kentang, ah ya, aku juga lupa belum beli sabun mandi.." kataku, aku pun pindah menyusuri rak yang berisi perlengkapan mandi.
"Sayang, aku lebih suka yang aroma bunga, jangan yang buah ya sabun mandinya!" pesannya,dia segera mengambil keranjang belanja. Dan saat dia memindahkan susu pisang dan onigiri ke dalam keranjang, beberapa mahasiswi nampak sedang membicarakannya.
"Ahh, itu yang namanya Sandykala, mahasiswa paling tampan di fakultas bahasa.." kata mahasiswi yang sedang berbelanja.
"Di jurusanku, sastra Rusia ada Jimmy, cowok yang paling tampan di kelas kami.." kata mahasiswi lainnya. Wah rupanya bukan hanya Sandy yang populer, Jimmy juga. Aku yang mendengar pembicaraan mereka hanya tersenyum, sedangkan orang yang sedang mereka bicarakan terlihat masa bodoh.
"Apa kalian tahu, Kak Asdos yang membantu dosen linguistik bahasa itu menaruh perhatian lebih ke Sandy.."
"Yang benar saja? Setahuku Kak Asdos itu berpacaran dengan dosen yang mengampu mata kuliah itu.." sanggah temannya yang lain.
"Sungguh? Benarkah? Lantas kenapa dia menaruh hati kepada Sandy?"
"*Entah lah, ini gosip lama yang aku dengar dari senior tahun ke-3, lupakanlah, ayo ki*ta ke sana, nanti keburu dia pergi.." ajak mahasiswi yang lain. Mereka berjalan ke arah Sandy yang sedang memilih makanan ringan jenis lain.
Aku masih membiarkan mereka mendekati Sandykala, karna aku juga sudah paham watak Sandy, dia tidak akan menanggapi godaan wanita lain. Aku pun ikut mendekat ke arah Sandy "Akan aku pantau terus kalian cewek-cewek centil!" batinku.
"Haii Sandy!" sapa mereka bersama, Sandy yang sedang memilih makanan ringan, akhirnya menoleh ke arah mereka.
"Ya!" jawab Sandy singkat, lalu dia kembali sibuk memilih makanan ringan yang ada di hadapannya.
"Kamu baru selesai kelas ya? Apa setelah ini mau ikut kami makan malam?" tanya salah satu mahasiswi yang paling dekat posisi Sandy berdiri.
Sandy masih mengacuhkan mereka, meskipun sebenarnya aku tahu, bahwa dia mendengarkan apa yang mereka katakan. Apa aku bilang, Sandy tidak akan menggubris kalian semua.
Setelah selesai memilih makanan ringan, dia pun mencari keberadaanku yang sejak tadi dia kira sudah ada di depan kasir. Gerombolan mahasiswi itu masih saja mengikutinya. Dan saat Sandy berbalik ke arah mereka, dia baru sadar bahwa aku ada di belakang mahasiswi tersebut, tanpa mereka sadari.
"Sayang, sedang apa kamu di situ?" tanyanya ke arahku. Sontak gerombolan mahasiswi itu pun keheranan,karena Sandy memanggil sayang ke arah mereka.
"Oh ya, aku mengikutimu!" jawabku sambil tersenyum. Dan itu membuat mereka yang ada di depanku membubarkan diri.
"Ayo kita bayar lalu pulang, aku seharian ini merindukanmu..!" kata Sandy sambil menggandeng tanganku ke arah kasir.
Sewaktu aku melewati mereka, aku hanya bisa tersenyum sambil berkata.
"Maaf permisi ya!"
RASAKAN KALIAN!