SEQUEL LENTERA DON GABRIEL EMERSON
Meskipun menikah atas dasar perjodohan, Zeda Humaira Emerson dan Arsyad Ibrahim menjalani pernikahan dengan cinta yang tulus.
Arsyad adalah seorang pria yang sholeh, pintar, dermawan, pendiri sekolah TK gratis, dan tentu Arsyad juga sangat tampan, tidak ada alasan bagi Aira untuk menolak perjodohan itu.
Cintanya pada Arsyad tumbuh semakin besar saat Arsyad tak mempermasalahkan Aira yang tak kunjung hamil setelah 5 tahun pernikahan mereka berjalan.
Namun, Aira tertampar sebuah kenyataan pahit saat ia menemukan fakta, bahwa sang suami telah menikah lagi dengan salah satu guru TK-nya, bahkan istri kedua suaminya itu kini tengah mengandung.
Sementara Arsyad, ia sangat mencintai Aira lebih dari apapun, Aira adalah wanita muslimah yang begitu taat pada agama, orang tua, dan suami. Namun, ia terpaksa menduakan Aira karena sebuah alasan yang tak bisa ia tolak.
Apakah karena Aira yang tak kunjung hamil?
Atau ada alasan yang lain?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SkySal, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MC Zeda Humaira #18 - Seharusnya Tidak Seperti Itu!
"Kamu makan yang banyak, ya. Biar cucu Ummi tumbuh sehat," kata Ummi Ridha sembari menyajikan makanan untuk menantu keduanya itu.
Saat ini ia sedang berada di rumah Anggun seperti biasa. Sejak mengetahui Anggun hamil, setiap hari Bu Ridha akan datang ke rumah Anggun, memberikan perhatian dan kasih sayang yang besar untuk wanita yang tengah mengandung cucunya itu.
Bu Husna pun sangat senang dengan hal itu, karena ia yakin, jarang sekali ada yang begitu sayang pada menantunya seperti Ummi Ridha sayang pada Anggun.
"Mual, Ummi...." rengek Anggun manja.
"Itu hal biasa, namanya juga hamil muda," jawab Ummi Ridha. "Atau kamu mau makan yang lain? Biar Ummi pesan dari restaurant."
"Emm, aku mau makan salad buah aja, Ummi. Lagi malas makan makanan yang berat," kata Anggun.
"Pesan dari langganan Mama aja kalau begitu. Mama juga ingin makan salad," sambung Bu Husna dan ia segera memesan salad yang di inginkan Anggun.
"Oh ya, Ri. Apa Arsyad bisa menghadiri acara syukuran kehamilan Anggun minggu depan?" Tanya bu Husna kemudian.
"Bisa, pasti bisa," jawab Ummi Ridha tanpa berfikir dua kali yang membuat besan dan menantunya itu senang.
"Syukurlah, karena ini kehamilan pertama Anggun, anak pertama Arsyad.
"Iya, karena itulah Arsyad juga pasti antusias untuk syukuran ini."
Anggun yang di perhatikan yang begitu oleh ibu mertuanya tentu saja membuat Anggun senang, namun itu tidak cukup untuk membuatnya merasa bahagia karena yang ia inginkan adalah perhatian Arsyad. Dimana setiap wanita yang hamil akan di perlakukan bak ratu oleh suaminya, Anggun menginginkan hal itu namun ia tahu, itu tidaklah mudah.
...***...
Arsyad mengepang rambut panjang Via dengan rapi dan itu membuat Via semakin takjub pada Abinya itu.
"Nah, Tuan putri sekarang sudah cantik, rambutnya sudah rapi." Arsyad berkata sambil memindahkan Via dari kursi ke ranjang. "Gantian yang mulia ratu yang akan saya layani sekarang." lanjutnya kemudian ia menggendong Aira yang sejak tadi duduk di tepi ranjang dan kini ia mendudukan ratunya itu di kursi.
Aira memekik dan kemudian ia tertawa.
"Abi kok pintar sekali, bisa mengepang rambut dengan rapi dan bagus," puji Via sambil memegang rambutnya.
"Iya dong, Ummi yang ajarin," jawab Arsyad sembari menyisir rambut Aira dengan pelan-pelan, takut menyakiti sang istri.
Dan memang iya, Arsyad meminta Aira mengajarinya mengepang rambut karena hampir setiap malam Arsyad melihat Aira mengepang rambutnya sebelum tidur, Arsyad ingin membantu Aira dan ia menyukai hal itu.
"Wah, Abi baik sekali," puji Via lagi yang membuat Arsyad dan Aira tertawa.
"Iya sih, Mas. Jarang loh ada laki-laki yang bisa mengepang rambut rapi begini kecuali memang hairstylist," sambung Aira.
"Aku hanya ingin memberikan yang terbaik untukmu, Sayang," jawab Arsyad sambil mengepang rambut Aira.
Setelah selesai, Arsyad kembali menggendong Aira ke ranjang yang membuat Aira kembali tertawa renyah karena Arsyad sungguh memperlakukannya bak ratu.
"Mas, ini sudah malam, Ummi dimana, ya?" Tanya Aira kemudian. "Akhir-akhir ini sering sekali pulang malam, setiap hari juga keluar."
"Mungkin lagi ada urusan sama temannya, Sayang," jawab Arsyad padahal ia tahu dengan pasti, Umminya pasti pergi ke rumah Anggun.
"Oh gitu, soalnya baru sekarang Ummi sering keluar, dulu lebh sering di rumah, keluar cuma kalau punya urusan penting," gumam Aira.
"Oh ya, Ummi. Kenapa Nenek bilang Ummi tidak bisa punya anak?" Tiba-tiba Via menyela dengan kata-kata yang menohok di hati Aira, ia memandang putrinya itu dengan bingung. Bahkan, Arsyad pun sangat terkejut mendengar hal itu.
"Nenek ... nenek bilang apa?" Tanya Aira dengan suara tercekat.
"Nenek pernah bilang ke bunda Kinan, kalau Ummi nggak bisa punya anak," ujar Via dengan polosnya yang membuat Aira langsung menatap Arsyad.
Arsyad pun terperangah mendengar hal itu, Arsyad baru tahu ibunya mengumbar kekurangan Aira pada orang lain.
"Ummi jangan sedih ya kalau anak Ummi pergi, nanti ada anak yang lain. Ibunya Via juga pergi, sekarang datang ibu yang lain, jadi Via tetap punya ibu deh," celoteh Via dengan girang tanpa tahu bahwa hati umminya sedang sakit saat ini.
"Sayang...." Arsyad langsung duduk di depan Aira dan menggengam tangan istrinya itu. "Jangan dengarkan apa kata orang, bahkan jika itu kata ibuku sendiri. Jangan sedih, ya...." Arsyad mengecup tangan Aira sembari menatapnya dengan lembut.
Aira memaksakan bibirnya tersenyum dan mengangguk, padahal hatinya begitu sakit mengetahui mertuanya sendiri membicarakan hal menyakitkan seperti itu pada orang lain karena Aira sangat yakin, ia bukannya tidak bisa punya anak, hanya belum di kasih.
Arsyad memeluk Aira juga Via, kemudian memberikan kecupan lembut untuk dua wanita itu dan berkata, "Via, Via harus ingat, ya. Ummi bisa punya anak, tapi nanti. Sekarang anaknya sedang di persiapkan oleh Allah," ujar Arsyad.
"Wah, bener, Bi? Via udah nggak sabar punya adik kecil kalau begitu."
"Via bantu do'a, ya," lirih Aira dan Via mengangguk. "Sekarang Via ke kamar Via, ya. Nanti Ummi nyusul."
"Baik, Ummi." Aira membantu Aira turun dari ranjang kemudian anak itu langsung berlari keluar kamar.
Kini Aira menatap Arsyad dengan begitu sayu dan Arsyad melihat kekecewaan dan luka di mata sang istri. "Tidak seharusnya Ummi berkata seperti itu, Mas. Apalagi sama orang asing, aku bukannya nggak bisa punya anak, cuma belum di kasih sama Allah."
"Aku minta maaf atas nama Ummi, Sayang," lirih Arsyad.
"Nggak ada yang perlu di maafkan sebenarnya, Mas. Hanya saja, mengatakan pada orang lain bahwa aku nggak bisa punya anak, itu seperti melepaskan hijabku di depan orang lain. Aku bukannya malu karena belum punya anak, hanya saja anak adalah masalah rumah tangga. Apakah itu fakta atau bukan, di bicarakan pada orang lain sungguh menyakitkan." hati Arsyad terasa perih mendengar ucapan penuh penekanan, ini pertama kalinya Aira berbicara dengan nada emosi tentang ibu mertuanya.
"Aku tahu, biar aku berbicara dengan Ummi nanti."
"Nggak usah, biar aku aja."
...TBC.......