"Punya mata nggak?" mengabaikan permintaan maafnya, orang itu malah membentak. Ia menatap Rahma benci. "Kalo punya tuh dipake baik-baik, jangan asal nabrak aja." Pemuda berwajah rupawan itu mendengkus keras, kesal tentunya. "Dasar aneh," ucapnya lagi.
Ridho Ahmad Wibowo dari awal sekolah sangat tidak suka dengan gadis bernama Rahma. Bahkan tak segan-segan membully walaupun gadis itu tidak salah apa-apa.
Namun, takdir berkata lain dimasa depan ia malah menikahi gadis itu dengan perjuangan yang tak mudah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon WidiaWati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Patah hati
Di kantin
Siang itu Rahma dan Dimas pergi ke kantin bersama, saat sampai di kantin mpok Nani Rahma memesan Bakso dan begitu juga dengan Dimas. Terlihat mereka berdua asik bercakap-cakap.
"Rahma, kamu pulang nanti sama siapa?" tanya Dimas sambil memakan bakso pesanannya.
"Aku pulang nanti sama ayah naik angkot," jawab Rahma menghentikan makannya sejenak.
"Oh sama ayahmu ya, padahal aku mau tawarin kamu pulang bareng," ucap Dimas sedikit kecewa.
Melihat wajah pemuda itu kecewa Rahma pun berkata, "Kalo kamu mau kita pulang bareng, nanti aku telpon ayah jangan jemput ke sini."
Sebenarnya itu adalah salah satu cara bagi Rahma agar Ridho menjauh darinya.
"Benarkah, kamu mau pulang dengan ku?" tanya Dimas terlihat senang.
"Hmmm." yang sertai anggukan Rahma.
"Terima kasih," ucap Dimas dengan gembiranya.
"Buat apa berterima kasih, seharusnya aku yang berterima kasih padamu karna mau mengantarkan ku pulang."
"Ya ... terima kasih karna baik padaku," ujar Dimas.
Di meja yang agak jauh Ridho terus memperhatikan dua orang itu, hatinya benar-benar sakit melihat kedekatan mereka berdua. Makanan yang sedari tadi dia pesan hanya diacak-acak saja dengan sendok. Indra melihat temannya yang fokus dengan Rahma dan siswa baru itu, merasa kasihan pada temannya itu. Ia tau betul apa yang kini dirasakan oleh temannya itu. Tapi apa boleh buat, ia juga tidak bisa berbuat apa-apa.
"Rahma, Kenapa lo nyuruh gue jauhin lo, dan malah memilih dekat dengan anak baru itu. Apa bener lo nggak ada rasa sedikit pun sama gue. Ternyata cinta bertepuk sebelah tangan itu sesakit ini, baru tau gue," batin Ridho.
Indra menepuk pundak Ridho. "Bro, melamun aja lo. Cepat habisin makanannya, ntar keburu masuk lagi. Dari tadi gue perhatiin makanannya lo acak-acak aja, nggak dimakan."
"Gue nggak laper, lo bayar makanannya ya. Oh ya sekalian sama makanan lo, gue ke kelas dulu," ucap Ridho memberikan satu lembar uang seratus ribu dan meninggalkan Indra sendirian di sana.
Indra mengambil uang itu. "Rezeki anak emak, untung ada Ridho yang bayarin makanan gue. Kan nggak jadi ngirit jajan gue."
Setelah selesai makan, Rahma dan Indra kembali masuk ke kelas karna waktu jam istirahat sudah habis. Dan Rahma mendudukan diri di bangkunya dan Dimas pun juga hendak menyusul. Namun sayangnya saat sebelum Dimas duduk di samping Rahma, dengan cepat Ridho menerobos dan duduk di samping gadis itu.
"Ets maaf ya anak baru, mulai sekarang gue yang duduk di sini. Lo duduk di bangku itu aja ya," ucap Ridho sambil menujuk bangku di samping Indra.
"Tapi kan, buk Susi nyuruh gue duduk di sini," sahut Dimas yang terlihat kesal.
"Asal lo tau Rahma itu calon istri jadi jangan deket-deket sama calon istri orang," ucapnya dengan suara lantang yang membuat semua orang di kelas itu kaget.
"Apa? Cewek aneh itu calon istrinya Ridho," ucap Rani kaget.
"Keterlaluan sekali, dia nggak menepati kata-katanya," guman Sinta dalam hati.
"Oh ternyata Rahma itu calon istri Ridho, kok bisa sih padahal dulu dia sangat membenci Rahma," ucap salah seorang murid di kelas itu berbisik-bisik.
"Mungkin benci jadi cinta," ujar temannya lagi.
"Pantasan Sinta diputusin, jadi itu alasannya."
"Rasanya aku nggak rela, kenapa harus Rahma sih. Kenapa nggak aku aja, aku dari dulu suka sama dia eh dia nya pacaran sama Sinta, sekaligus udah putus sama Sinta kok Rahma sih yang dipilih," ucap salah seorang cewek yang menyukai Ridho.
"Rahma apa bener lo calon istrinya dia?" tanya Dimas sambil menunjuk Ridho.
"Bukan, aku bukan calon istrinya dia," jawab Rahma sambil menggeleng yang juga terkejut dengan ucapan Ridho.
"Rahma kenapa nggak ngaku sih. Ngaku aja jangan malu kalo kamu itu calon istrinya aku," ucapnya Ridho lembut yang berhasil membuat gadis itu salah tingkah.
"Rahma apa bener yang dia bilang?" tanya Dimas lagi.
Gadis itu menggelengkan kepalanya bahwa apa yang dikatakan Ridho itu tidak benar.
"Lo jangan ngaku-ngaku Rahma aja bilang nggak, sekarang pergi sana gue mau duduk!" tegas Dimas.
"Nggak gue nggak mau pergi, lo aja sana yang pergi mulai sekarang, ini jadi bangku gue," sahut Ridho yang tak mau beranjak dari sana.
"Pergi nggak lo." Dimas menarik tangan Ridho agar berdiri dari duduknya dan duduk di sana.
Ridho yang tidak terima kembali menarik tangan Dimas agar berdiri dari bangku itu dan dia duduk kembali di sana. Tejadilah rebut-rebutan bangku. Orang-orang yang menyaksikan hal itu hanya bisa menonton dan sesekali tertawa. Sedangkan Rahma malah pusing melihat tingkah mereka berdua yang seperti anak kecil yang sedang berebutan mainan.
Di saat mereka sedang rebut-rebutan bangku guru pun masuk ke kelas itu dan langsung menghentikannya. Bukannya berhenti tapi mereka malah tidak mempedulikan guru itu sama sekali. Dan akhirnya mereka pun di hukum keliling lapangan 100 kali.
"Ini gara-gara lo gue jadi di hukum," ucap Ridho yang kini sedang berada di lapangan sekolah.
"Kok lo nyalahin gue, kan lo yang duduk di bangku gue. Berarti lo yang salah," ujar Dimas yang tak terima.
"Ya salah lo lah ngapain duduk di samping calon istri gue."
"Eh Rahma itu bukan calon istri lo, jadi lo jangan mimpi disiang bolong kayak gini."
"Pokok Rahma itu calon istri gue, lo nggak boleh deket-deket."
"Jangan ngaku-ngaku lo, dia aja bilang nggak."
Guru yang mengajar di kelas memperhatikan Ridho dan Dimas berdebat di lapangan itu. Dengan geram guru mendekatinya.
"Eh kalian ibuk suruh keliling lapangan, bukan berdebat. Ayo laksanakan hukuman kalian atau ibuk tambah lagi hukumannya!" tegas guru itu dengan suara lantangnya.
"Baik Buk," jawab Ridho dan Dimas bersamaan dan melaksanakan hukuman mereka.
Jam pelajaran pun telah selesai, saatnya murid-murid semua pulang dan meninggalkan sekolah.
Di lapangan terlihat Ridho dan Dimas telah bercucuran keringat membasahi tubuhnya. Mereka terlihat sangat lelah dan mendudukan badannya di rumput lapangan dengan menjulurkan kedua kakinya lurus ke depan.
Ada sebotol air mineral yang suguhkan seseorang kepada Dimas. Pemuda yang tak kalah gateng dengan Ridho mendongakan kepalanya ke atas kemudian ia tersenyum.
"Terima kasih," ucapnya pada seseorang itu yang ternyata adalah Rahma.
Ridho yang melihat itu hanya diam, hatinya sakit. Ternyata benar mungkin gadis itu tidak menyukainya. Ia pergi meninggalkan tempat itu, ingin sekali ia menangis tapi ia tahan. Di balik sifatnya yang sombong dan angkuh Ridho menyembunyikan kesedihannya selama ini. Di tinggal oleh mamanya pergi untuk selamanya ia tidak rela. Apalagi papanya yang sama sekali tidak mempedulikannya yang ada dipikirannya, orang akan bahagia karna banyak uang. Padahal, Ridho sama sekali tidak bahagia atas apa yang difasilitaskan papanya kepadanya.
Kini Ridho berjalan menuju kelas untuk mengambil tasnya dan setelah itu ia berjalan menuju parkiran tempat mobilnya terparkir.
Di parkiran tampak Indra yang menunggu di sana.
"Bro gue nebeng ya, motor gue rusak," ucap Indra.
Bukannya malah menjawab, pemuda hanya diam medengar ucapan temannya itu dan langsung masuk ke mobilnya.
"Bro gue nebeng, motor gue rusak," ucap Indra mengulangi kata-katanya lagi.
"Masuklah," jawab Ridho singkat dan Indra pun masuk ke dalam mobil itu.
Rasanya sulit sekali bagi Ridho untuk berbicara. Hatinya sekarang lagi tidak baik, ia melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh yang membuat Indra takut.
"Bro lo mau mati ya, pelan-pelan dong Bro gue nggak mau mati sekarang," ucap Indra dan pemuda itu hanya diam. Ia tetap melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh, menyelap-nyelip mobil yang ada di depannya.
"Bro pelan-pelan, gue nggak mati sekarang. Gue belum bahagian emak gue," ucap Indra lagi sambil memejamkan matanya.
Ridho memberhentikan mobilnya. "Turun!"
"Lah Bro lo marah sama gue, kenapa lo turunin gue di tengah jalan," ujar Indra dengan masih memejamkan mata.
"Buka mata lo, liat baik-baik kita udah sampai di rumah lo," ungkap Ridho dan Indra pun membuka matanya.
"Kita udah sampai, cepet banget. Hah gila lo Bro jantung gue mau copot gara-gara lo tau nggak."
"Jangan banyak bacot lo, cepetan turun."
Indra pun turun dari mobil tersebut dan seketika mobil itu melaju dan hilang di pandangannya.
Terimakasih telah membaca😇