NovelToon NovelToon
Suamiku Mencintai Adikku

Suamiku Mencintai Adikku

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / CEO
Popularitas:19.6M
Nilai: 4.9
Nama Author: IkeFrenhas

Hanna Mahira adalah seorang wanita berumur 27 tahun. Dia bekerja sebagai karyawan staff keuangan pada sebuah cabang dari perusahaan ternama. Anna panggilannya, menjadi tulang punggung keluarga. Setelah ayahnya meninggal dunia, semua kebutuhan hidup ada di pundaknya.
Dia memiliki adik perempuan yang sekolah dengan biaya yang di tanggungnya.

Anna mencintai atasannya secara diam-diam. Siapa sangka jika sang atasan mengajaknya menikah. Anna seperti mendapatkan keberuntungan, tentu saja dia langsung menerima lamaran sang bos tersebut.

Namun, di hari pertamanya menjadi seorang istri dari seorang David Arion Syahreza membawanya pada lubang kedukaan.
Sebab di hari pertamanya menjadi seorang istri terungkap fakta yang amat menyakitkan. Bahwa David sang suami yang sangat Anna cintai mengatakan bahwa pernikahan ini adalah kesalahan terbesar yang dia lakukan.

Ada apa sebenarnya?
Anna berusaha menyingkap tabir rahasia David dan berusaha tegar atas pernikahan tersebut.

Baca kisahnya dan temani Anna mengungkap rahasia besar David

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IkeFrenhas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 20

Suara dering telpon membangunkanku. Mataku mendelik kala melihat siapa si pemanggil.

"Halo ... Ma ..."

"Halo ... Ann, kamu sakit yaa ... kok gak kabari Mama, sih. Tadi nelpon David, katanya kamu sampai dirawat. Apa ada kabar baik, Sayang?"

Suara mama terdengar khawatir, tapi juga semangat dalam satu waktu.

"Hmmm, enggak papa kok, Ma. Cuma butuh istirahat aja. Mama enggak perlu khawatir."

"Jadi, ada kabar baik?"

"Maaf ... belum, Ma."

Terdengar helaan napas panjang di seberang sana. Mungkin mama kecewa, belum mendengar kabar yang diharapkan.

"Ya udah ... sabar aja. Masih pengantin baru juga."

Terdengar suara tawa mama, yang aku yakin itu dilakukan untuk menghiburku. Sayangnya, hatiku menerima nya berbeda. Terasa ada yang meremas, nyeri itu sangat nyata.

***

Sendirian di kamar inap ini lumayan membosankan. Jangan tanyakan kemana perginya bang David. Aku juga tak ingin bertanya soal itu. Sejak aku bangun tadi, lelaki itu tak ada di sini.

'Anna, lagi apa?'

Mataku terbelalak kala membaca pesan dari pak Adrian. Pesan basa-basi, tapi juga bingung harus di balas atau tidak.

Kuputar-putar ponsel di tangan, hingga beberapa menit kemudian.

'Aku ganggu ya ...'

Satu pesan lagi masuk dari pak Adrian.

'Eh, enggak kok, Pak. Maaf.'

'Kamu lagi apa?'

'Saya lagi duduk-duduk aja di ranjang. pinginnya sih keluar, tapi kok malas banget Istirahat di rumah sakit sangat membosankan. Enakan kerja ...' Tak lupa kusematkan emot senyum di akhir chat.

'Aku temani, mau?'

Eh, duh ... apa-apaan ini. Ah, aku memancingnya. Gimana ini?

Suara dering telepon mengagetkanku. Seketika ponsel yang kupegang terpental ke atas ranjang.

Mati.

Huh. Aku menghembus napas kasar. Namun, sedetik kemudian ponsel tersebut kembali berdering. Aku gelagapan ... sejenak ragu untuk mengangkatnya, tapi kemudian ....

"Hallo, Ann!"

"Eh, haloo, Pak."

"Kamu udah makan?"

"Udah, Pak."

"Makan, apa?"

"Makan angin."

"Hahaha. Lagi sakit juga, masih bisa bercanda. Aku tuh, pinginnya ke sana temeni kamu. Tapi ... mau gimana lagi, perusahaan ini bukan punyaku."

"Bapak fokus kerja aja, saya gak papa kok."

"Ya udah, nanti makan yang banyak ya ... biar cepet masuk kerja lagi."

"Iya ... makasih, Pak."

Sambungan diputus bersamaan dengan pintu kamar yang terbuka.

"Anna ...." Suara itu, suara yang amat aku rindukan. Suara yang selalu mampu membuatku nyaman, tenang, tak peduli sebesar apapun masalah yang melanda. Jika bersamanya, aku merasa kuat, merasa sehat, merasa tegar dan merasa mampu menghadapi segala badai apapun.

Namun, suara itu pula yang melemahkan ku saat ini. Sebab ku tahu, aku tak mungkin lagi mampu membagi segala kisahku.

Aku bergegas turun dari ranjang, berjalan ke arahnya. Lantas menghambur dalam pelukan wanita paruh baya itu. Wanita yang telah melahirkanku.

"Ibu ...."

"Anna ...."

Lama kami berpelukan, hingga tak sadar ada dua orang yang tengah memperhatikan kami. Kalau saja aku tak mencium wangi parfum lelaki itu, mungkin aku tak pernah tahu jika bang David dan adikku Alina berdiri di sana.

Segera kulepaskan pelukan pada ibu. Menyeka air mata dan menyambut kedatangan Alina.

Aku dan Alina berpelukan, erat. Dia juga menangis. Ku elus pucuk kepalanya ....

"Kakak ... Alina kangen banget."

"Iya ..."

"Gimana keadaan kamu, Ann?" Ibu bertanya dengan suara serak. Kami sudah duduk di sofa, sedangkan bang David duduk di ranjang.

"Anna, sehat ... Bu ... besok udah bisa pulang, kan, Bang." Aku menggenggam tangan ibu, satu tangan mengelus pucuk kepala Alina yang menyandarkan kepalanya di bahuku dengan kedua tangan memeluk pinggang.

Kemudian tatapanku beralih pada bang David, meminta dukungan atas pernyataan ku.

"Iya, kalau udah boleh pulang sama dokter. Besok Anna udah bisa pulang." Lelaki itu menjawab pelan. Sesaat dia menatap dalam padaku, lalu pandangannya melirik ke arah Alina. Mereka bertatapan, kemudian saling membuang pandangan.

Ah, sekarang tatapan mereka berdua begitu terekam dalam ingatan. Lalu menyayat hati. Aku benci situasi dan perasaan ini.

Aku memandang ibu, lekat. "Ibu, siapa yang mengabari aku di sini?"

"Mama mertuamu. Dia sangat khawatir. Setelah mendapat kabar darinya, ibu langsung meminta adikmu untuk memesan tiket. Kami berangkat langsung."

Aku mengangguk. Tentu tidak mungkin jika bang David yang mengabari keluargaku.

"Oh iya, saat suamimu ke Malang, ibu suruh saja menginap di rumah. Daripada nginap di hotel, iya tho. Lha, kok malah menolak. Terus ibu bujuk saja ... masak menolak tawaran ibu. Syukurlah dia mau. Kalau menginap di rumah, kan, makannya terjamin daripada makan di luaran." Tiba-tiba saja ibu menceritakan itu, membuatku kikuk, bingung harus membalas apa.

Karena, kami tidak pernah membahas itu. Jangankan berbicara hal pribadi, sekedar mengobrol basa-basi pun rasanya tidak pernah. Entahlah, jika aku lupa. Yang kuingat, selama pernikahan kami. Hanya ketidak pedulian dan sikap cuek yang kami tampilkan, aku hanya bersikap biasa saja seperti tak terlalu akrab dengannya, tak juga mencoba meminta perhatian padanya.

Bagiku, diabaikan saja sudah cukup menyakiti hati, tak perlu menambah sakit hati dengan meminta perhatian dan tidak terbalaskan. Maka, aku akan melakukan hal-hal yang aku sukai tanpa harus menuntut balasan apapun padanya.

Menyiapkan makanan yang aku sendiri tidak tahu, bang David tahu atau tidak jika makanan yang terhidang di meja itu hasil masakanku.

Menyetrika dan mencuci bajunya, yang aku sendiri juga tak tahu, bang David tahu tidak jika aku yang menyiapkan pakaiannya.

Bagiku, uang yang dia berikan ke rekeningku tiap bulan sebagai gaji aku bekerja di rumahnya. Itu sudah cukup. Walaupun, pada kenyataannya, aku belum pernah menggunakan uang tersebut.

Uang itu masih utuh. Aku khawatir, jika suatu saat pernikahan ini tidak bertahan. Dia atau aku akan mengungkit setiap pemberian yang telah diberikan. Padahal, bagiku sendiri, apapun yang telah diberikan tidak selayakna diungkit-ungkit.

Kerjakan, jika tak ingin maka tak usah dikerjakan. Jika mau mengerjakan, maka tak perlu mengungkitnya. Karena itu hanya akan menjadi beban dalam hidupku sendiri.

***

Kedatangan ibu bagaikan obat mujarab pada sakit yang kuderita. Rasanya, tubuhku telah kembali sehatm Ah, ingin sekali pulang bersamanya.

Ingin sekali kutinggalkan kota penuh kenangan menyakitkan ini. Kembali pada seorang Anna yang dulu. Rasanya, selama tinggal di kota ini, aku menjadi sangat rapuh dan mudah menangis. Menyebalkan.

Duduk di ranjang, malam telah larut. Ibu tengah terlelap di sofa. Sedangkan Alina, entah ke mana.

Bang David, jangan tanyakan padaku.

Niat hati ingin ke kamar mandi, tapi langkah kaki menuju ke luar kamar. Malam begini, sangat sepi.

Samar terdengar suara tangisan di luar, seperti ada orang yang tengah mengobrol. Entah, apa.

Rasa penasaran tiba-tiba mencuat ke permukaan. Perlahan, kubuka pintu kamar.

Di sebuah kursi panjang, ada dua orang yang tengah duduk saling berhadapan.

Seorang wanita tengah menangis, dengan seorang lelaki tengah menghapus air matanya.

"Maafkan aku, Na. Tapi ... hatiku mulai menerima pernikahan ini."

"Aku sangat mencintaimu, Bang ..."

Apa yang sedang mereka bicarakan. Bang David mulai menerima pernikahan ini?

***

Terimakasih telah membaca ceritaku sampai sini.

Jangan lupa tinggalkan like, komentar dan votenya yaa. Sebagai penyemangat ku 😍😍

1
Dewi Nurani
segala hormon jadi alasan , dicerita ini orang² nya pada lemah semua , gak punya pendirian gampang kerayu
sungguh menyebalkan
Dewi Nurani
anna terlalu manjain s alina makanya jadi kurang ajar , adik itu dididik bukan dibiarkan semaunya , itu baru namanya sayang
Dewi Nurani
si anna nya cengeng tingkat tinggi sungguh menyebalkan , gak ada tangguh²nya jadi perempuan gak ada jaga harga dirinya takut banget ditinggalin , jaga gengsi dong
Dewi Nurani
si anna cengeng dikit² nangis , tegas dong sama adiknya
terus adiknya juga kenapa gak sopan gitu , rasanya gak mungkin ada yg gitu amat , gak ada segen² nya sama kaka sendiri
Rini Haryati
bagus
Firgi Septia
buat apa menyayangi adik pelakor macam gitu Alina gimana nasibmu begitu kalau kamu jadi orang yg bodoh /Frown//Frown/
Firgi Septia
bodoh Anna buat apa minta maaf aduh /Frown//Frown/
Wiwit
ga jelas ceritanya
Rose 19
David mau jadi duri di antara anda sama adrian
Rose 19
selsaikan hubunganmu sama David, trus pergi yang jauh sama sampai luka di hatimu sembuh.fdan buktikan pda mereka klo kmu wanita yg kuat dan hebat.
Rose 19
sakit ya an, klo di bohongin org yang kita sayang.
Fitrian Delli
dasar anaknya saja bodoh, mau d bohongi
Fitrian Delli
minta cerai saja bodoh
Elin Handoko
bnr membosankan
Ike Frenhas: 😁😁😁

terima kasih udah mau mampir baca yaa
total 1 replies
Fazira Fauziah
ceritanya bagian ini keren kak
semangat
Ike Frenhas: terima kasih sudah mampir baca ya, Kak
total 1 replies
Fazira Fauziah
ka ceritanya bagus tapi terlalu muter muter yah ka gitu lagi gitu lagi kelakuannya
Lienda nasution
Adrian ini apa tidak punya kelg thor
Lienda nasution
kok aq berharap ana meninggalkan Adrian walau cuma sebentar sebagai hukuman karena bersikap terlalu lunak sama Alina sang perempuan jalang itu biar tau rasa itu Adrian
Lienda nasution
ceritanya bagus 👍👍👍👍🤭
Elis Rosyidah
lanjut ka
Ike Frenhas: sudah tamat. baca cerita yang lain yaa. banyak yang udah tamat. hehe
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!