NovelToon NovelToon
Berdua : Menjadi Penakluk Bersaudara

Berdua : Menjadi Penakluk Bersaudara

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Reinkarnasi / Cinta Terlarang / Penyeberangan Dunia Lain
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: Alif R. F.

Dua bersaudara kakak beradik yang sudah lama memainkan MMORPG menggunakan kapsul DDVR (Deep-Dive Virtual Reality) tiba-tiba berpindah dunia disaat mereka sedang menunggu tutupnya server.

Adik perempuan yang bernama Rena sudah bertahun-tahun menggunakan kapsul DDVR yang sekaligus digunakan sebagai penunjang kehidupan karena dirinya yang mengalami koma akibat kecelakaan di masa lalu, akhirnya bisa mengalami dunia nyata meskipun dengan tubuh yang berbeda dan di dunia yang berbeda pula.

Berbeda dengan kakak laki-lakinya, Reno, yang sudah mempersiapkan pernikahannya sementara semua impiannya hampir sudah tercapai semua kini harus dihadapkan dengan situasi yang berbeda, di dunia dan dengan tubuh yang berbeda, sama sekali tidak memiliki jalan untuk kembali.

Apakah Reno akan mengalah dengan adiknya, Rena, dan hidup di dunia baru sebagai seorang Penakluk? atau dia akan tetap berusaha mencari jalan pulang sementara meninggalkan adiknya di dunia yang asing dan kejam?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alif R. F., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

#30 – Tugas Memimpin III

Di Kelemborr, di sebuah pagi yang normal, seketika berubah sesaat sebuah kapal udara berukuran sangat besar yang belum pernah dilihat oleh penduduk di dunia ini, muncul dan membuat kehebohan satu kota. Kepanikan dan kekhawatiran yang bercampur aduk pun mulai melanda. Para warga kota yang baru saja mengalami kesulitan kurang lebih dua bulan sebelumnya, kini harus dihadapkan dengan benda asing yang terbang mengitari kota mereka.

Sang Raja kemudian bersama dengan para prajurit nya pun berbondong-bondong menuju benteng kota, dengan tegas memberanikan diri untuk menghadapi apapun yang akan terjadi di depan mereka.

Para warga yang menyaksikan itu pun hanya bisa berharap bahwa tidak akan ada lagi mimpi buruk yang terjadi. Mereka semua juga mulai berdoa, sementara kapal udara di atas mereka yang begitu besar mulai menurunkan ketinggianya dan mulai menutupi sinar matahari dengan ukurannya.

Para warga pun berlarian, kembali bersembunyi ke dalam rumah-rumah mereka.

Suara langkah kaki para prajurit garnisun semakin berat dan tergesa-gesa untuk menaiki setiap sisi benteng. Sang Raja yang berada di antara mereka juga ikut berbaris, bergerak dengan langkah kaki yang pasti sambil menenteng pedang hitam nya.

Kapal pun mendarat, dan tidak terjadi apa-apa. Sang Raja dan para prajurit nya juga terlihat kembali bersama dengan seorang gadis elf.

Pagi itu tidak ada peperangan, dan semua kembali normal. Hanya saja, di bagian terluar kota, di atas savanna yang menjadi jeda antara benteng yang mengelilingi dan pemukiman, 2.500 pasukan elf dan seratus makhluk bersayap kini mendirikan kemah dan mulai menetap di sana.

Beberapa warga yang penasaran pun mulai banyak yang menanyai apa yang terjadi kepada para elf, dan para elf hanya menjawab bahwa mereka disini untuk mengantisipasi serangan atau invasi lain dari kekaisaran dan para pembelot dari selatan.

Siang hari nya, para warga dan para kesatria elf pun mulai berbaur, bahkan ada yang mulai membuat pesta kecil-kecilan di bar-bar terdekat. Sementara itu, seratus makhluk bersayap yang selalu membawa aura membunuh, kini bertengger di setiap atap menara pengawas pada benteng kota.

Di tengah hiruk pikuk nya kota yang kini dipenuhi oleh bangsa elf yang berbaur dan berbagi cerita dengan warga Kelemborr, pada sore harinya di sebuah pasar, Terry baru saja pulang dari pekerjaannya sebagai penasihat kerajaan.

Terry berjalan di antara keramaian dengan seragam kebanggaannya, dan membuat setiap warga yang melihatnya memubungkuk memberikan salam kepadanya. Namun, Terry dengan rendah hati selalu meminta mereka untuk tidak membungkukkan badan.

Hari mulai gelap, dan Terry masih berjalan menuju rumahnya yang cukup jauh. Khusus hari ini, ia tidak menggunakan kuda nya, karena setelah peperangan, ia sudah tidak lagi memiliki kuda sementara pihak kerajaan masih terus berbenah.

Lampu-lampu sihir di jalanan mulai menyala, dan Terry pun akhirnya sampai di mansion nya yang besar. Di balik gerbang jeruji, seorang butler sudah menunggunya.

"Selamat datang, tuan Terry," kata sang Butler, sementara dua penjaga membukakan gerbang.

Terry mulai berjalan memasuki mansion nya dengan gelagat bangga.

"Tuan," panggil si butler yang berjalan di belakangnya. "Utusan tadi menjelang sore, telah datang untuk meminta jatah paket minggu ini."

Terry menghela nafas panjang sambil terus berjalan. "Ini baru hari rabu, seharusnya dia datang hari sabtu. Dan tidakkah mereka mengetahui akan situasi kerajaan saat ini?"

Si butler tidak menjawab dan terus berjalan mengikuti Terry dari belakang.

Terry yang bisa mendengar keheningan itu pun mulai mengepal tangan nya lebih erat. "Baiklah, aku akan segera mengirimkan surat kepada mereka. Kau siapkan saja tinta dan perkamen nya."

"Siap, tuan," jawab Terry.

Malam hari nya, di dalam kamar nya, setelah menulis begitu panjang, Terry kemudian mengecap surat itu dan mulai memasukkannya ke dalam kotak kecil di atas meja nya.

Di dalam kotak itu, sudah terdapat  banyak perkamen yang sama.

"Ini benar-benar merepotkan," keluh Terry, mulai bersandar dan meregangkan tubuhnya. "Apanya yang ramalan, kalian saja yang memang lihai dalam bermain kata-kata. Haaa, kalau begitu segera, setelah semua ini selesai, aku lebih baik pensiun dini dan kembali ke keluarga ku."

Di atas meja nya, Terry memandang dengan teduh sebuah lukisan yang terbingkai rapi dan menggambarkan seorang wanita dan dua anak kecil duduk di kursi merah. Itu adalah potret keluarga nya.

***.

Pagi hari di sebuah jalanan di dalam kota Wildermere, seorang pria gendut berpakaian bangsawan sambil ditemani dengan dua puluh pengawal nya yang berdiri membentuk lingkaran, berdiri di atas pijakan tinggi sambil terus berorasi sehingga membuat keramaian di sekitarnya.

"Saudara-saudaraku sekalian, para warga Wildermere ku yang aku dambakan, dengarkanlah! Dengarkanlah tuanmu ini!"  seru si bangsawan gendut, dengan gelambir yang mengayun-ayun di lehernya. "Aku adalah Tedd Ealdward, satu-satu nya putra yang tersisa dari mendiang penguasa Ealdklif, Tuan Terein Ealdward. Pada hari ini, aku memproklamasikan kembalinya diriku dari pengasingan dan akan segera membebaskan Eldklif dan kota ini dari genggaman orang-orang asing itu!"

Di antara warga yang menonton, beberapa dari mereka ada yang mulai berbisik satu sama lain. "Orang asing? Apa yang dimaksud gendut itu adalah tuan Ouros dan Nyonya Auriel?"

"Lagipula, siapa si gendut itu? apa kamu pernah mendengar namanya? Todd? Tidd? Suaranya terlalu kurang jelas karena gelambir di lehernya, aku jadi sulit mendengarnya, kekeke."

"Hahaha, benar. Konyol sekali kalau dia benar-benar bermimpi untuk mengambil Ealdklif yang bahkan sudah disetujui Raja."

"Oh, Tedd, aku pernah mendengarnya," kata salah satu warga ikut masuk ke dalam obrolan dua orang. "Dia dari dulu sudah menjadi bocah yang nakal dan bodoh, kalau tidak salah. Dan beberapa tahun yang lalu dia juga sebenarnya sudah dicoret dari keluarga nya karena skandal dan telah membuat malu nama ayahnya, tuan Terein."

"Lalu?"

"Ya … itu saja."

Salah satu dari warga kemudian mendongak dan mulai bersorak, "Woi gendut! Lebih baik kau pergi saja! Kami khawatir tidak memiliki persediaan cukup untuk leher menggelambir mu itu!"

Para warga yang mendengar itu pun tertawa keras dan mulai menertawakan Tedd.

Tedd merasa kesal dan langsung turun dari pijakan tinggi nya dan mulai berjalan melewati parameter yang sudah dibuat dari saf para pengawal nya.

Tedd menunjukkan cincin nya, dan mulai mengarahkan tangan nya ke arah warga. "Kalian! Dasar orang rendahan yang kurang ajar! Kalau begitu, aku akan menghukum kalian di sini!"

Dari cincin nya kemudian keluar bola api yang langsung menembak sang pria yang telah menyorakinya. Pria itu pun terbakar sekujur tubuh, dan membuat nya berguling-guling di tanah sementara warga yang lainnya pun mulai berlarian.

"Tuan Tedd, hentikan!" kata salah satu pengawalnya yang memiliki pedang hitam di pinggang nya.

"Tsk, baiklah kalau begitu, mari kita kembali ke penginapan!" Tedd pun mulai bergerak balik badan dan berjalan kembali menuju ke penginapan bersama dengan dua puluh pengawalnya.

Siang hari, Tedd duduk di atas balkon penginapan, bersama dengan satu orang pengawalnya yang membawa pedang hitam.

"Jadi, bagaimana cara anda untuk mendapatkan kembali Ealdklif?" tanya si pengawal.

"Siapa yang peduli dengan itu semua, aku disini hanya untuk pamer kekuatan baru ku ini!" jawab Tedd sambil memutar-mutar cincin biru yang ada di jari tengah nya.

"Tapi, apakah anda tidak merasa khawatir dengan pasukan orang asing itu?"

"Maksudmu orang yang telah merebut kastil ku kembali? Hah! Malah aku merasa bersyukur karena mereka sudah membantai seluruh keluargaku yang bodoh itu!"

"Hmm, sepertinya anda belum tahu kalau yang membantai keluargamu bukanlah orang asing itu, tapi orang-orang sebangsamu juga, yakni para perompak."

"Apa bedanya?" kata Tedd mulai mengetuk-ngetuk meja dengan jari nya. "Lagipula pendeta itu hanya memintaku untuk membuat kekacauan di Wildermere dengan kekuatan ini. Setelah itu, aku bisa mendapatkan banyak harta dari mereka. Hm, sungguh mudah, bukan?"

Di tengah perbincangan itu, terlihat lima orang berzirah hitam dengan corak keemasan, serta dengan mata yang menyala biru, muncul di depan penginapan mereka.

"Oh, tuan, tampaknya kita memiliki tamu," kata si pengawal yang melihat ke bawah terlebih dulu. "Apa-apaan mereka itu, keluar cahaya biru dari mata dan sela-sela zirah mereka. Dan tampaknya mereka kesini untuk menangkap anda, tuan."

"Huh? Memangnya mana ada bangsawan yang peduli dengan rakyat jelata? Aku yakin kesatria berzirah itu kesini untuk memalak penginapan saja," jawab Tedd dengan santainya. "Apalagi melihat setelan mereka yang seperti itu, mana ada orang seperti mereka yang mau mengurusi atau membela rakyat jelata?"

"Apakah anda yakin?"

"Bukankah memang begitu normalnya? Aku pun dulu sebelum diasingkan sering memalak orang-orang rendahan ini. hahaha, uangku dulu sangat banyak, dan mereka sangat bodoh karna selalu takut dengan ancaman kosong."

"Hei, tampaknya mereka mulai masuk, tuh," kata si pengawal, mengerutkan keningnya melihat ke arah lima orang berzirah hendak melangkah, sebelum akhirnya salah satu dari mereka mendongak dan menatap tajam ke arah si pengawal.

Si pengawal pun tersentak, terkejut bukan main. Matanya terbelalak sesaat tatapannya bertemu dengan orang berzirah itu.

"Sepertinya mereka bukanlah orang biasa … entah kenapa … tubuhku langsung merinding sesaat matanya yang menyala itu menatapku. Bukankah sudah cukup aneh ada orang yang memiliki anggota tubuh yang menyala?"

"Hehhh … tidak aneh sama sekali menurutku. Apakah kamu tidak pernah memakan jamur Bozot? Ya … itu membuat matamu bercahaya, meski cahayanya berwarna merah."

"Tapi itu tidak hanya keluar dari sela-sela helm nya, tapi juga di  beberapa sela-sela zirahnya juga ikut menyala biru."

"Hahaha, mungkin dia tidak hanya memakan jamur nya, tapi juga digunakan untuk mandi," jawab Tedd yang justru malah tertawa.

Di tengah tawa nya yang keras, tiba-tiba pintu kamar nya terdobrak dari luar, sementara kepala dua pengawal yang menjaga pintu mulai menggelinding ke bawah kaki nya.

"Sial! Apa-apaan ini!?" Tedd berdiri dari kursinya, menghindari kepala yang menggelinding.

Kemudian, hampir bersamaan dengan itu, lima orang-orang berzirah tadi kini sudah berada di dalam ruangannya, dengan pedang mereka yang sudah dipenuhi darah segar.

"Tedd," kata salah satu dari orang berzirah, salah satu dari Dark Paladin. "Atas perintah Tuan kami, anda ditangkap atas aksi penyerangan terhadap salah satu warga di kota ini."

Tedd yang melihat semua kejadian itu pun langsung mengarahkan tangannya, bersiap-siap untuk menembakkan sihir nya ke arah Dark Paladin.

"Sial sial sial—"

Belum sempat Tedd menembakkan sihir nya, si pengawal yang sedari tadi berada di sebelahnya, berlari menuju para Dark Paladin hendak menyerang mereka.

Si pengawal menebaskan pedang hitam nya ke arah salah satu dark paladin yang mana bilah pedang yang mengarah ke arah nya langsung segera ditangkap.

"T-tidak mungkin! Pedang ini terbuat dari logam sihir—"

Kepala nyatiba-tiba diremas, sementara bilah pedang nya masih dipegang dengan begitu erat oleh dark paladin itu. "Arrghhhh! Apa yang kau—"

Splat!

Otak dan darah, beserta pecahan tengkoraknya pun berceceran kemana-mana. Setelah meremas kepala si pengawal hingga hancur, Dark Paladin itu pun langsung melempar tubuh tak bernyawa nya ke samping.

"Aaaaaaaah!" Tedd beteriak sekeras-keras nya bersamaan dengan bola sihir yang mulai muncul dari telapk tangan nya.

Namun, Dark Paladin itu langsung memegang tangan nya sambil mulai meremasnya.

"Tu-tunggu … aku … aku akan mengatakn segalanya, sebenarnya aku disini--- aaaaarhhh!!!!!!!" dan kini telapak tangannya pun hancur, sementara Dark Paladin itu menggenggam cincin nya yang terlepas.

Dengan santainya, Dark Paladin itu pun mulai menarik kerah belakangnya, dan mulai menyeretnya keluar.

"Tu-tunggu … aku bisa … aku bisa menjelaskan semuanya … aku akan memberitahukan semua nya!" teriak Tedd sambil memegangi tangannya yang berkucuran darah.

Tedd pun diseret di jalanan kota, sementara para warga memandangnya dengan tatapan kesal sekaligus puas.  Sementara itu, Tedd terus merintih kesakitan, karena tubuhnya yang terus diseret sampai-sampai kulit di bokongnya mulai tergerus.

"Aaarghhh! Hentikan!" Tedd berusaha memberontak, tetapi genggaman Dark Paladin itu terlalu kuat.

Perjalanan panjang dari penginapan menuju penjara dan pos penjagaan di dermaga pun benar-benar menyiksanya. Sehingga sesampainya di pos penjagaan yang terdapat penjara di dalamnya, Tedd sudah begitu lemas, sementara hampir setengah bagian bokongnya sudah habis sedang darahnya sampai membuat jalur di sepanjang jalan.

"To-tolong, maafkan aku," lirih Tedd.

Di pos penjagaan, terdapat juga beberapa prajurit Elf yang berjaga. Mereka adalah regu yang bertugas bersama dengan para Dark Paladin sebagai penegak hukum. Sementara selama itu, mereka terus berada di bawah tekanan arua membunuh hanya dengan berada di dekat para Dark Paladin.

Dark Paladin yang menarik Tedd pun mulai memerintahkan salah satu prajurit elit Elf, "Siapkan sel—"

"Si-siap, sir Dark Paladin!" jawab sang prajurit elit elf dengan sikap hormat, sementara matanya penuh ketakutan sambil melihat betapa sadis nya keadaan Tedd saat ini.

Dark paladin pun memasuki Pos penjagaan menuju ke dalam penjara yang berada di rubanah. Dan semenjak saat itu, tidak pernah ada yang melihat Tedd keluar dari sana.

***.

Bersambung …

***.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!