Estsaffa ahiara, gadis yatim piatu yang diadopsi oleh kedua orangtua angkatnya. Terpaksa menikah untuk membayar hutang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Riendiany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20 Jatuh Cinta (Tony & Laura)
"Kalau begitu lebih baik aku sakit dan tidak bangun lagi saja, toh tidak ada yang kehilanganku" Laura mendongak mendengar perkataan suaminya yang putus asa. Ia bukan lupa tapi sengaja lupa untuk membalas keusilan Tony yang mengerjainya seminggu ini.
"Aku kehilanganmu.."
"Tapi tidak mencintaiku" Tony menunduk dalam. Benarkah pernyataan cinta itu adalah sebuah ungkapan yang penting? bukankah kita bisa dengan menunjukkannya saja tanpa mengucapkannya. Maksudnya memang ada beberapa orang yang kurang begitu bisa mengungkapkan hati dan perasaannya jadi mereka lebih banyak bertindak daripada banyak bicara. Talk less do more.
Apa seperti itu yang dimaksud? Tentu tidak, karena dua orang yang dulunya hanya cinta sepihak dan kini menjadi saling berbalas itu sebenarnya hanya sedang memantik rindu. Rindu yang tidak terungkapkan namun begitu sakit menyiksa masing-masing dari mereka.
"Aku..." Laura menjepit bibirnya, seakan susah hanya untuk mengungkapkan cinta. Manik matanya menyiratkan keraguan.
"Sudah kuduga, ah...sudahlah aku memang tidak penting, yang penting kau bahagia, kau nyaman, maka pergunakan aku sesuka hatimu dan jika ka_"
Cup...
Laura membungkam bibir Tony yang banyak bicara itu dengan bibirnya. Lelaki itu terdiam, pun saat tautan bibir mereka sudah terlepas. "Kau pasti hanya ingin membuatku senang, dan berterimakasih padaku karena menyelamatkanmu dan se_"
Cup
Cup
Cup
Laura mendaratkan kembali ciuman dibibir sang suami. Berkali-kali. "Kau banyak bicara sayang" hati lelaki itu berdesir mendengar istrinya memanggil 'sayang' kepadanya.
"Aku mencintaimu, aku yakin pasti akan bahagia bersamamu, aku akan manfaatkan kau sesuka hatiku dan..."
"Dan?" Tony mengernyit mendapati sang istri yang awalnya bersemangat mengungkap kata cinta tiba-tiba menggantung dan malah meragu.
"Jangan permainkan aku lagi seperti ini atau..kubunuh kau!" Laura mendekatkan wajahnya ke wajah Tony. Mimik mukanya dibuat segarang mungkin dengan nada mengancam. Dan yang nampak tersirat malah rasa khawatir. Namun lelaki itu malah mengulum senyum dan tampak menahan tawa hingga tubuhnya bergetar.
"Jangan menertawaiku?" Laura mendelik, dengan segera direngkuhnya tubuh sang istri oleh Tony kedalam dadanya. Wanita cantik itu memukuli dada suaminya agar melepaskan pelukannya, namun yang terjadi Tony malah menenggelamkan kepala Laura kedadanya.
Dielusnya pucuk kepala sang istri, kemudian mengecupnya penuh cinta. Sungguh Tony tak percaya wanitanya itu akhirnya mengungkapkan cinta kepadanya. Bukan, bukan apa-apa, dia tidak pernah menyangka akan secepat ini. Namun hatinya membuncah bahagia, tidak ada kejadian seindah hari ini bahkan untuk malam-malam panjang serta hari-hari penuh pertengkaran yang mereka lalui seperti sudah terbayar.
"Ti amo Laura" suaranya lirih namun sang istri masih mendengarnya. Laura tersenyum kecil, tangannya menggenggam erat lengan Tony yang sekarang tengah memeluknya dari belakang.
"Aku sangat mencintaimu, sangatt, sangat, dan sangat mencintaimu sayang" Laura menempelkan pipinya ke pipi Tony yang tengah menyandarkan kepala ke bahunya.
"Oh astaga, kau benar-benar ya...bahkan kau mengulangnya hingga tiga kali" Laura berdecak, memasang wajah kesal namun yang terjadi justru sebaliknya. Hatinya berdesir, ia tidak menyangka cinta Tony begitu besar, bagaimana mungkin ia tidak menyadarinya.
"Karena hanya kau dari dulu yang aku cinta sayang" merapatkan tubuhnya sekali lagi dengan Laura, rasanya nyaman seperti telah menemukan rumah sebenarnya, rumah dari hatinya.
"Dari dulu? apa maksudnya?"
"Nanti bila saatnya aku ceritakan, yang terpenting sekarang aku bahagia, bahagia sekali" ucap Tony, potongan-potongan memori masa remaja memenuhi pikirannya.
"Ada apa? Jangan buat aku penasaran" mencubit perut sang suami yang membuat sang empunya meringis kesakitan. Namun segera mengusapnya seraya menggelitiknya.
"Tidak ada..tidak ada apa-apa" Lelaki itu menjauh dari tubuh sang istri. "Sudah sayang aku tidak tahan kalau kau menggelitikku, nanti aku bisa pipis dicelana" mencoba menghalau tangan sang istri yang masih saja ingin menggapai perutnya.
Keduanya kemudian terdiam, dengan mata menatap satu sama lain. Laura berkedip namun tetap memasang mata melihati lelakinya yang tampak tampan. Entahlah mungkin karena sedang jatuh cinta jadi semuanya tampak menawan. Kemana saja ia selama ini, ia hanya berkutat dan terobsesi oleh Adrian, padahal lelaki didepannya ini adalah paket sempurna untuknya.
Dan Tony, ia bahkan sampai membuang muka, menahan senyum kecilnya, kemudian memegang dadanya dan mengusapnya pelan. Diliriknya sang istri dari ekor matanya, wanita cantik itu..ah...ia gemas sekali. Ditariknya kedua tangan Laura kemudian dikecupnya punggung tangan itu bergantian. Setelah itu diletakkannya kedua telapak lembut itu menangkup ke pipinya.
"Aku milikmu sayang, hidupku, semuanya.." Laura menatap dalam manik mata sang suami, dan tak mendapati kebohongan sama sekali. Hingga air dalam matanya menggenang, sedikit saja ia berkedip sudah pasti tumpah membasahi pipinya yang merona.
"Iya aku tahu...apakah kita sudah bisa pulang?"
"Apa kau begitu merindukanku?" Tony meneleng, menaikturunkan alisnya menggoda sang istri.
"Aku rindu rumah" dan malah jawaban spontan itu yang keluar dari bibir Laura membuat lelaki didepannya itu menekuk wajahnya.
"Jadi hanya rumah?" ulangnya memastikan jawaban istrinya.
"Ahhh..Tony, maksudku... tentu saja aku rindu rumah dan..." Laura menjepit bibirnya menghentikan ucapannya yang membuat Tony semakin penasaran.
"Dan?"
"Dan juga pemiliknya tentu saja..." dan berhasil mengembangkan senyum tipis dibibir Tony.
"Kita pulang sekarang, biar Reza yang mengurus administrasinya dan membawa barang-barangku" lelaki itu segera berdiri diulurkanlah tangannya untuk menggandeng sang istri dan diterima oleh Laura yang dengan manja memasukkan tangannya diantara lengan dan tubuh Tony.
Mereka berjalan menyusuri lorong rumah sakit hingga sampai di basement. Datanglah mobil sedan mewah menghampiri kedua orang itu. Mobil itu melaju meninggalkan seorang lelaki yang sesaat menunduk hormat sebelum mobil itu melesat pergi meninggalkan rumah sakit.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
"Selamat datang Tuan, Nyonya" sapa Bibi Yan seraya menunduk hormat.
"Terimakasih bi" ucap mereka bersamaan.
"Rumah...baik-baik saja kan bi?" Bibi Yan tampak kebingungan menjawab pertanyaan sang majikan. Dia seperti ingin menyampaikan sesuatu namun diurungkannya.
"Ba-baik Tuan".
"Bersihkan dirimu, nanti aku menyusul" didorongnya pelan tubuh Laura yang dijawab anggukan oleh istrinya itu yang dengan segera meninggalkan suami dan kepala pelayannnya di bawah.
"Ada apa bi? kenapa kau tampak gugup?" bibi Yan kelihatan sangat gelisah sejak kedatangan sepasang suami istri itu yang tiba-tiba mengabarkan akan pulang ke rumah pagi ini.
"A-anu Tuan, ada nona Magda di ruang kerja"
"Apa!? kenapa kau membiarkannya masuk?" bibi Yan mengkerut melihat kemarahan sang majikan, namun dia tidak bisa berbuat apa-apa karena rupanya wanita bernama Magda ini telah mengancamnya.
Mengapa wanita itu muncul disaat semuanya kembali membaik seperti sediakala. Tony memijat pelipisnya, kali ini ia akan tegas dengan keputusannya.
Tuk..tuk...tuk
Suara high heels menggema di lantai bawah rumah mewah Tony. Muncullah seorang wanita cantik yang berjalan layaknya model di catwalk. Dia berhenti tepat dijarak satu meter di depan Tony.
"Sayang, aku merindukanmu..." suara manja wanita itu membuat Tony muak. Bibi Yan segera mengambil kesempatan untuk pergi dari ruangan itu karena tidak ingin terlibat obrolan mereka.
"Kau tetap disini bi!" teriak Tony lantang. Menghentikan langkah bibi Yan yang sudah hampir keluar dari ruang tamu. Dan akhirnya memutar tubuhnya berjalan kembali ke tempat semula.
Siapa Magda??😬
Mungkinkah ada masa lalu yang belum usai? entahlahhh...ikuti terus ya...
grazie mille, ti amo *Rien*💜💜💜💜
terima kasih othorku🤣🤣🤣💯💯💯👏👏👏