NovelToon NovelToon
Selir Hati Mr. Billionaire

Selir Hati Mr. Billionaire

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / nikahkontrak / patahhati
Popularitas:6.7M
Nilai: 4.8
Nama Author: alya aziz

Menjalani hubungan pernikahan, tanpa mengharap di cintai, tanpa tuntutan, dan tanpa mengharapkan sebuah pengakuan.

Tak pernah terlintas di dalam benak Arumi, bahwa ia akan menjalani sebuah hubungan pernikahan rahasia dengan seorang pria yang baru saja resmi menjadi seorang duda.

Pelariannya dari kejaran para rentenir, malah membuatnya kehilangan hal terakhir yang paling berharga baginya yaitu kesuciannya. Alfaro yang malam itu dalam kondisi mabuk telah merenggut kesuciannya di saat ia tidak sadarkan diri.

Sudah terlanjur basah, kenapa tidak sekalian menceburkan diri saja. Alfaro yang haus akan kehangatan dan belaian seorang wanita, memberikan sebuah penawaran gila kepada Arumi.

"Tugas mu hanya melayaniku selama satu tahun, aku akan melunasi semua hutang mu pada rentenir itu dan juga memberikan mu pekerjaan."


Hanya ada dua pilihan, mati secara perlahan di tangan rentenir atau menerima tawaran sang duda yang membutuhkannya sebagai penghangat ranjang.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon alya aziz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab.20 (Kedatangan Alfaro)

Setelah selesai berkaraoke ria, Arumi, Bima, dan Dinda melangkah beriringan menuju parkiran, Bima tak henti-hentinya, melirik kearah Arumi dan Dinda melihat itu. Langkah mereka terhenti saat sampai di tempat motor Dinda berada.

"Terimakasih ya, untuk hari ini," ucap Bima pada Arumi.

"Ah iya, sama-sama." ucap Arumi.

"Sampai jumpa di kantor besok, bye." Bima melangkah pergi. Kini tinggallah Arumi dan Dinda yang masih diam mematung di tempatnya.

"Rumi," panggil Dinda.

"Hm, apa?"

"Kalau aku liat nih, Bima kayaknya suka sama kamu," ujar Dinda.

"Apaan sih, jangan asal ngomong ah, yuk pulang."

Arumi menarik tangan Dinda agar bergerak dari posisinya. Dinda pun segera menyalakan mesin motor dan melaju pergi meninggalkan parkiran Mall.

~

Arumi dan bersama Dinda akhirnya sampai di halaman depan rumah Arumi. Cukup lama di tinggal pergi sang pemilik, rumput di depan rumah mulai meninggi di tambah lagi teras di penuhi dedaunan kering.

"Maaf ya Rumi, tiba-tiba aja ibu mau di antar ke rumah nenek, aku nggak jadi nginap deh," ucap Dinda dengan wajah penuh penyesalan.

"Iya nggak papa kok, salam sama ibu ya," ucap Arumi.

"Iya, aku pergi ya," ucap Dinda dan langsung tancap gas meninggalkan halaman rumah Arumi.

"Hati-hati!" teriak Arumi saat motor Dinda semakin menjauh.

Setelah kepegian Dinda, Arumi berbalik hendak masuk kedalam rumah. Namun saat melihat pekarangan rumah yang mulai bersemak, akhirnya ia memutuskan untuk bersih-bersih. Di letakkan-nya tas yang ia pakai di meja yang ada disana dan mulai menyapu bagian teras rumahnya dan setelah itu mencabuti rumput yang sudah mulai meninggi.

Rumah itu adalah peninggalan satu-satunya yang tersisa dari kedua orangtuanya. Rumah yang dulu di penuhi kenangan manis masa kanak-kanaknya. Masa dimana ibunya masih hidup dan ayahnya belum berubah menjadi seorang penjudi.

Semua kenangan itu ingin rasanya ingin Arumi ulang kembali. Iya ingin waktu berputar dimana ia hanya anak kecil yang belum punya beban kehidupan seperti yang ia pikul saat ini.

~

Hampir dua jam ia berjibaku dengan rumput dan daun-daun kering. Sesampainya di dalam ia langsung mandi dan memakai pakaian tidur buluk kesayangannya. daster di atas lutut dengan warna yang sudah memudar, tapi entah kenapa begitu nyaman baginya. Rambut panjangnya juga di ikat keatas, penampilannya saat ini sangat jauh berbeda saat ia berada di mansion.

Malam menunjukkan pukul tujuh malam, perutnya pun terasa begitu lapar, untung saja saat di Mall yang menyempatkan diri untuk membeli beberapa bungkus mie instan dan sosis, sayang sekali Dinda tidak jadi menginap.

Arumi duduk kursi yang ada di dapur miliknya. Setelah seharian berada di luar, sekarang rasanya begitu sepi. Ia mengehela nafasnya pelahan, mencoba mengumpulkan kembali semangat yang sempat tergoyahkan karena keheningan yang di rasa.

Tok.. tok... tok..

Arumi menghentikan aktivitasnya, saat mendengar suara ketukan pintu dari luar. Ia mengeryitkan keningnya heran, siapa kira-kira yang datang bertamu, kalau Dinda tidak mungkin, apa mungkin tetangganya? Ah tidak mungkin, semenjak seluruh warga tahu jika Ayah Arumi mempunyai hutang hingga milyaran, mereka seakan menjaga jarak dan tidak ingin berhubungan dengan Arumi. Malang memang saat harus menghadapi semua sendiri tanpa pegangan.

Perlahan Arumi melangkah menuju pintu, ia terlihat ragu-ragu saat akan membuka pintu. Namun suara ketukan pintu itu malah semakin kuat, dan akhirnya ia memberanikan diri untuk membuka pintu.

Krekk.

Pintu terbuka, dan ternyata orang yang berada di sana adalah si Tuan muda Dingin, Alfaro Wilson. Dengan wajah datarnya ia menyodorkan sebuah paper bag kehadapan Arumi, membuat sang Tuan rumah sampai terkesiap.

"Tuan kenapa bisa kemari?" tanya Arumi bingung.

"Ambil ini, bukannya kamu besok harus bekerja, kenapa tidak membawa pakaian kantor, dasar ceroboh."

"Ah iya, terimakasih."

Arumi meraih paper bag itu dari tangan Alfaro. Suasana tiba-tiba saja menjadi hening antar keduanya, hanya ada suara jangkrik yang menggema di antara mereka.

"Ehm, aku sudah jauh-jauh kemari, apa tidak di tawari minum," ucap Alfaro, memecah keheningan itu.

"Oh iya, si-silahkan masuk Tuan."

Arumi membuka pintu lebar-lebar, agar Alfaro bisa masuk kedalam. Tanpa di persilahkan, Alfaro langsung duduk di di kursi ruang tamu rumah itu.

"Tuan mau minum apa?"

"Apa saja, aku sangat haus."

Apa dia habis berjalan kaki kemari, kenapa sampai sehaus itu, batin Arumi.

"Baiklah, tunggu sebentar."

Arumi beranjak menuju dapur, ia memeriksa tas belanjanya tadi, seingatnya ia membeli beberapa minuman kaleng dan juga teh botol.

"Huh, untung saja ada," ucapnya saat minuman kaleng dan teh botol itu sudah di genggaman.

Arumi kembali keruang tamu dan meletakkan minuman-minuman itu di hadapan Alfaro, barulah ia ikut duduk di sofa berhadapan dengan Alfaro.

Alfaro meraih teh botol itu, lalu meneguknya hingga habis. Arumi sampai terperanga saat melihat bagaimana Alfaro menghabiskan satu botol penuh hanya dalam beberapa detik.

Ternyata dia benar-benar haus, batin Arumi.

Setelah meletakkan botol minuman itu di atas meja, Alfaro beralih melihat Arumi yang ada di hadapannya saat ini. Penampilan Arumi yang begitu sederhana dengan daster buluk dan Rambut yang di ikat sembarangan, membuat Alfaro tiba-tiba saja tertawa sendiri.

"Hahaha, ternyata seperti ini penampilan mu saat keluar dari Mansion ku," kekeh Alfaro sambil menunjuk kearah Arumi.

Arumi terlihat kesal, dengan wajah cemberutnya ia menatap tajam kearah Alfaro. Melihat Arumi menatapnya seperti itu tawa itu langsung terhenti.

"Apa Tuan tidak punya rencana untuk pulang, ini sudah malam, tidak enak dengan tetangga," ucap Arumi kesal.

"Rumah mu cukup jauh dari rumah yang lain, lagi pula ini masih jam tujuh, dan tiba-tiba saja aku merasa lapar," ucap Alfaro lalu tersenyum penuh arti kepada Arumi.

Arumi mencoba menahan emosinya karena tingkah aneh Alfaro, ia masih bingung kenapa Alfaro tiba-tiba saja datang kemari.

"Baiklah, jika Tuan mau makan, tapi di rumah ini saya hanya punya mie instan, bagiamana?"

"A-apa mie instan ... boleh saja, aku tidak pernah memakan makanan ya satu itu, tapi sepertinya tidak buruk, buatlah."

"Baiklah, tunggu sebentar." Arumi kembali berdiri dari posisinya. Tiba-tiba saja Alfaro salah fokus ke area tubuh bagian belakang Arumi yang terlihat begitu menantang karena daster itu cukup pendek. Ia pun semakin merasa tersiksa saat sesuatu yang berada di dalam sana mulai mengeras dan terasa sesak.

"Ah, kenapa dia bangun di saat seperti ini," gumam Alfaro sambil mengusap wajahnya dengan kasar.

~

Sekitar sepuluh menit, akhirnya Arumi kembali dengan dua mangkuk mie instan di atas nampan yang ia bawa.

"Silahkan di makan, setelah selesai anda bisa langsung pulang."

"Tuan rumah yang tidak punya hati, tamu itu adalah raja, mengerti!"

"Ya, maaf, silahkan di makan Tuan Al yang terhormat."

Dengan wajah kesalnya, Alfaro meraih mangkuk berisi Mie instan itu. Karena memang pada dasarnya ia tidak pernah makan mie instan, ia langsung saja memasukkan mie itu kedalam mulutnya, sampai pada akhirnya--.

"Ahk.. panas," pekik Alfaro saat merasakan sensasi terbakar di dalam mulutnya, karena kaget kuah mie yang masih panas itu pun sampai tumpah sedikit ke bajunya, tapi walau hanya sedikit, ia pun tetap bisa merasakan panasnya.

Melihat itu, Arumi langsung mengambil tisu dan mendekati Alfaro, "Tuan ini bagaimana, sudah tau ini panas bukannya di tiup dulu," oceh Arumi sambil membersihkan kemeja Alfaro yang terkena kuah mie itu.

Jarak mereka begitu dekat, hingga Alfaro bisa mencium bau shampoo dari rambut Arumi. Nalurinya yang sejak awal sudah terpancing kini sudah benarkah tidak bisa di tahan lagi. Ia menahan tangan Arumi yang sedang membersihkan kemejanya.

Sontak Arumi mendongakan kepalanya, melihat Alfaro yang saat ini sedang menatapnya. Arumi menelan sekuat tenaga, saat pandagan mereka saling beradu, membuat detak jantung Arumi tidak beraturan.

Dengan gerakan cepat Alfaro meraih tekuk leher Arumi dan mulai menyatukan bibir mereka. Kali ini sentuhan Alfaro lebih lembut dari biasanya, membuat tubuh Arumi menjadi kaku seketika, apa ia sudah candu dengan sentuhan pria yang walau begitu dingin, tapi tetaplah suaminya.

Alfaro melingkarkan tangannya di pinggang Arumi, dan semakin memperdalam ciuman mereka. Gerakan yang di penuhi hasrat, yang menggelora, membuat Alfaro lupa atas perjanjiannya sendiri.

Lama mereka hanyut dalam penyatuan bibir yang begitu panas. Hingga akhirnya Arumi mendorong tubuh Alfaro karena merasa susah bernafas. Arumi memandangi Alfaro dengan nafas yang tersengal-sengal, sementara itu Alfaro seakan baru tersadar jika ia baru saja melanggar satu pasal dalam surat perjanjian mereka.

"Maaf, maafkan aku," ucap Alfaro yang tidak berani menatap langsung mata Arumi.

Alfaro berdiri dari posisinya, meraih jaketnya dan langsung beranjak pergi, meninggalkan Arumi yang masih membisu dalam kebingungannya.

Sesampainya di dalam mobil, ia mengumpat dirinya sendiri, bagaimana bisa seorang Alfaro yang selalu berpegang pada surat perjanjian kontrak pernikahan yang ia buat, kini malah melanggar, padahal ia bisa saja menahannya sampai besok, saat Arumi sudah kembali ke Mansionnya.

Bersambung 💓

Jangan lupa like+komen+vote ya readers 🙏😊

1
tri
ets dah ada yg cemburu, ,/Shy//Shy//Shy/
tri
Luar biasa
Fajar Ayu Kurniawati
.
Riza Rama
Kecewa
Riza Rama
Buruk
tri
,/Facepalm//Facepalm/ dinda mmg the best kelakuannya, aril....aril, knp ga ngaku aja sik
Idha Giatno
Luar biasa
Nenie Chusniyah
luar biasa
MommaBear
Luar biasa
Anonymous
ok
Rahma Putri
Luar biasa
Alet
keren
Ririn Nursisminingsih
meleleh a thor😍😍
Ririn Nursisminingsih
thor semua karyamu udah a baca...penulisanya sangat bagus alurnya tidak berbelit2 a suka..💪💪
Ririn Nursisminingsih
hadech kok malah saling berbohong mending arumi bilang aja udah nikah
Ririn Nursisminingsih
ayoo arumi srmangat tunjukan kmu wanita cerdas,kuat,ndak mudah ditindas
Ririn Nursisminingsih
ambil aja arumi buat alvaro bucin sama kmu...biar tau rasa dia
aisyahara_ㅏㅣ샤 하라
Luar biasa
aisyahara_ㅏㅣ샤 하라
mampir di arumi
Novie Yanti
iy senyum senyum sendiri.. sweet banget
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!