Aku hanya seorang figuran dalam kisah cintamu. Tapi tidak apa-apa, setidaknya Aku masih bisa melihatmu. Aku masih bisa menyukaimu sebanyak yang Aku mau. Tidak apa-apa Kamu tidak melihatku, tapi tetap ijinkan Aku untuk melihatmu. Karena keberadaanmu bagai oksigen dalam hidupku. (Khansa Aulia)
*Update Senin-Sabtu
*Minggu Libur 😁
^ErKa^
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ErKa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch 19 - Datang ke Rumah
Aku benci Alex! Aku benci dengan perubahannya! Dia seperti bukan Alex yang kukenal.
Bayangan Alex berciuman dengan Briana berkelebat di pikiranku. Mengingat hal itu semakin membuatku kesal dengan pria itu.
Bagaimana mungkin Alex berciuman dengan Briana?! Bukankah dari dulu Alex tidak menyukainya? Apakah putus dengan Diana membuatnya menerima Briana? Tapi mengapa harus Briana? Apa tidak ada wanita baik lainnya?
Dan juga, mengapa mereka berciuman seperti itu? Ciumannya sangat menjijikan. Tubuh mereka menempel dengan sangat ketat, sementara tangan Alex menjalar di sepanjang tubuh Briana. Mengingat hal itu membuatku mual.
Alex tidak seperti itu ketika mencium Diana. Mereka berdua terlihat seperti sepasang remaja pada umumnya. Berciuman sewajarnya. Namun yang dilihatnya kali ini benar-benar berbeda. Dia tidak terlihat seperti Alex yang dikenalnya. Alex benar-benar berubah!
Alex merokok, penampilan acak-acakan, suka bergonta-ganti pacar dan berciuman layaknya orang dewasa. Apa perubahannya ini ada hubungannya dengan Diana?
Hari itu Aku benar-benar tidak konsentrasi belajar. Untungnya guru menyuruh Kami belajar sendiri sehingga pikiranku bebas mengembara sesuka hati.
Jam pelajaran berakhir ketika waktu sudah menunjukan pukul satu siang. Aku mengambil sepedaku di parkiran dan mulai menuntunnya ke jalan raya. Pikiranku masih mengembara kemana-mana.
"Hei cewek, godain Aku dong." Tiba-tiba Alex datang dan berjalan di sampingku.
Aku begitu kesal melihat wajahnya. Apalagi begitu mengingat apa yang dilakukannya tadi siang. Ingin rasanya Aku meremat wajahnya dengan tanganku ini.
Aku mencengkram sepedaku dengan kuat. Membayangkan sedang meremat wajah Alex. Kesal sekali!!
"Khansaa... Manis... Lihat sini dong." Sejak kapan Alex menjadi seganjen ini?! Aku membuang muka. Kesal sekali melihatnya.
"Sampai kapan mau ngambek seperti itu? Iya, iya... Aku minta maaf. Maaf ya karena sudah membuat matamu yang suci melihat adegan itu..."
Aku tidak akan sekesal ini bila pelaku ciuman mesum itu bukan Kamu!! Aku kesal karena Kamu pelakunya! Kamu paham nggak sih bagaimana perasaanku?! Daripada melihatmu berciuman dengan wanita nggak jelas seperti itu, Aku lebih mengikhlaskanmu kembali bersama Diana!! Karena hanya Diana yang sepadan untukmu! Dasar Alex bodoh!!
Ingin Aku berteriak seperti itu di telinganya. Untuk menyadarkan si dungu yang sedang hilang arah. Sebenarnya apa yang terjadi pada mereka? Mengapa mereka putus?
Aku menghentikan langkahku dan menatap Alex dengan galak.
"Jelaskan padaku." tuntutku.
"Jelaskan apa?" tanya Alex dengan senyum nakalnya. Dia tidak menganggap serius perkataanku.
"Jelaskan alasanmu melakukannya!"
"Melakukannya? Ciuman maksudnya? Ya karena Aku pengen, hehe." Alex menjawab dengan senyum bodoh di wajahnya. Ingin rasanya Aku menampar kepalanya agar dia segera tersadar dan menjadi Alex yang biasanya.
"Kalau Kamu masih mau berteman denganku, Aku memberimu waktu."
"Hei gadis kecil, kenapa jadi serius seperti ini? Tidak lucu aah." Alex menarik kuncir rambutku. Aku menepis tangannya dengan galak.
"Aku bukan gadis kecil. Umur Kita hanya terpaut satu tahun. Jangan bersikap sok dewasa. Jelaskan padaku semuanya." Aku bersikukuh.
"Memang apa yang harus dijelasin? Aku sudah ngomong, Aku melakukannya karena pengen. Sudahlah, ayo Kita pulang. Aku akan mengantarmu..."
"Tidak perlu!!" Aku naik ke sepeda dan bersiap untuk mengayuh, namun ternyata Alex menarik bagian belakang sepedaku, membuatku tak bisa kemana-mana.
"Lepasin!! Aku mau pulang!"
"Hei kenapa marah sih? Sini ikut Aku dulu." Alex menarik tanganku, membuatku turun dari sepeda dan membawaku ke gang kecil yang ada di sana.
"Kenapa marah? Kesal liat Aku ciuman? Pengen Aku cium juga?" Alex mendekatkan wajahnya. Aku benci melihat Alex yang seperti ini. Aku menepis wajah Alex dengan kedua tanganku.
"Aku benci!!"
"Benci? Benci sama Aku?"
"Ya!! Aku benci Alex yang sekarang!! Aku benci!! Lepasin! Aku mau pulang!"Alex memepet tubuhku sehingga tubuhku terjepit di antara kedua tangannya.
"Kenapa benci? Aku masih Alex yang dulu. Aku Alex temanmu..."
"Bukan!! Kamu bukan temanku! Temanku tidak seperti ini! Tidak merokok! Tidak gonta-ganti pacar! Tidak ciuman mesum seperti itu! Kamu bukan temanku!" Aku mendorong tubuh Alex dengan kuat hingga tubuh pria itu terdorong ke belakang. Aku menggunakan kesempatan itu untuk berlari menuju sepedaku.
Kemudian Aku mengayuh cepat. Airmata membanjiri pipiku. Dasar Alex bodoh!!
Aku menyukainya. Benar-benar menyukainya. Aku tidak berharap perasaanku untuk dibalas. Aku cukup puas hanya dengan melihat Alex. Kalaupun Alex bersama Diana, itu sudah wajar. Mereka pasangan yang serasi. Mereka sudah bersama sebelum Aku mengenalnya. Tapi sekarang apa?! Alex benar-benar berubah. Aku tidak suka dengan perubahannya!
***
Tok... Tok... Tok...
"Nduk, Nduk? Sudah tidur? Ada temanmu datang." Terdengar ayah mengetuk-ngetuk pintu kamarku.
"Belum Yah." Aku membuka pintu kamar. "Siapa Yah?"
"Ayah juga tidak tahu. Coba Kamu lihat sendiri."
Aku bertanya-tanya, siapa yang datang malam-malam? Seingatku teman akrabku hanya teman-teman SMP dan sudah lama Aku tidak berkomunikasi dengan mereka.
Tanpa berganti baju Aku ke depan rumah. Awalnya Aku tidak bisa menebak siapa yang datang, karena dia berdiri membelakangiku. Tapi begitu melihat motor yang terparkir di halaman, Aku jadi tahu siapa yang datang.
"Alex?" Dan pria itu berbalik. Wajahnya tampak kacau. Dia tersenyum hambar melihatku. Tidak ada keceriaan dibuat-buat seperti yang kulihat sebelumnya.
"Khansa... Ada waktu sebentar?" Mata Alex tampak putus asa. Aku melihat jam di dinding. Waktu masih menunjukan pukul setengah delapan malam.
Sepertinya Alex benar-benar butuh seseorang. Dia tampak rapuh dan putus asa.
Tanpa menjawab pertanyaan Alex, Aku pergi ke dalam rumah. Meminta ijin pada ayahku dan berganti baju.
Kemudian Aku kembali lagi ke depan rumah dan di ikuti oleh ayah di belakangku.
"Jangan malam-malam pulangnya. Jangan dibawa kemana-mana anak gadis Ayah." Ayah berhenti sejenak dan memperhatikan Alex dari atas sampai ke bawah. "Siapa namamu? Dimana rumahmu? Ada nomor rumah yang bisa dihubungi?" Ayah bertanya secara beruntun. Membuatku malu saja.
Alex mendekat dan mengambil tangan ayahku. Dia mencium tangan ayahku.
"Nama Saya Alex Pak. Saya teman sekolahnya Khansa. Rumah Saya di perumahan Mojopahit No. 12, nomor rumah (03xx)456789. Nomor HP 0812345678x."
"Jangan malam-malam. Maksimal jam sembilan Kamu sudah harus mengantarnya pulang. Lebih dari itu, Aku telepon orangtuamu."
"Baik Pak." Alex tampak sangat sopan. Aku sangat malu dengan sikap ayahku. Biasanya ayahku sangat demokratif mengenai berbagai hal. Jarang mendikteku untuk melakukan hal ini-itu. Tapi saat ini sepertinya insting sebagai orang tua yang memiliki anak gadis bekerja.
"Yah, Khansa keluar dulu ya. Sebelum jam sembilan sudah balik rumah."
"Iya Nduk, hati-hati. Bawa ini." Ayah meletakkan sesuatu di tasku. Tiba-tiba saja tasku menjadi berat. Aku mengintip apa isinya dan ternyata batu!!
Apa ayah menyuruhku untuk menghantam anak orang dengan batu? Ckckckck...
Pada akhirnya malam itu Kami pergi berdua. Entah Alex akan membawaku kemana, Aku hanya pasrah saja. Sebenarnya Aku masih kesal dengan Alex. Tapi melihat raut wajah sedih dan putus asa membuat kekesalanku menghilang.
***
Happy Reading 🥰
akunya
Emg keren lu Thor/Ok/