Erika yang merupakan gadis cantik dan baik, harus menikah kontrak dengan pria yang sudah merebut kesuciannya.
Perjanjian mereka hanya sampai Erika melahirkan seorang anak untuk Bima.
Tanpa di duga Erika melahirkan bayi kembar, tapi Erika tapi dia merahasiakan dirinya mengandung bayi kembar. Dan setelah lahir, Erika mengambil salah satu dari bayinya, dan satunya lagi di ambil oleh Bima.
Akankah Erika bisa bertemu lagi dengan bayi kembarnya yang bersama Bima, dan apakah Bima dan Erika bisa menjadi keluarga.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AngelKiss, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Khawatir.
Erika berjalan perlahan sambil membuka pintu besar di depannya itu. Perlahan dia membuka pintu itu, di intip nya Bima yang sedang duduk bersandar di atas sofa.
Wajah Bima menggambarkan ekspresi yang sulit di artikan oleh Erika, "Apa dia sedang tidur?" Pikir Erika.
Perlahan Erika masuk ke dalam kamar itu, meski kepala pelayan melarang nya untuk mendekati kamar utama, karena itu adalah kamar khusus Bima.
Di lihatnya secara teliti wajah Bima, tapi tiba-tiba wajah Erika langsung memerah saat memperhatikan wajah tampan Bima yang sedang tertidur.
"Sudah puas melihat wajah ku."
Deg..
Erika langsung mundur beberapa langkah, dia tak menyangka jika pria di hadapannya itu rupanya hanya pura-pura tidur.
Bima Kemudian bangun sambil melihat Erika yang hanya menundukkan kepalanya. "Apa tak ada yang memberitahukan kepada mu, jika kamar ini tak boleh di masuki seenaknya?" Tanya Bima dengan mata sorot mata yang mengintimidasi.
"Sa..ya hanya khawatir."
Deg...
Jantung Bima tiba-tiba langsung berdetak seakan-akan hendak melompat keluar dari tempatnya.
"Khem.... Kenapa kamu khawatir?" Tanya Bima dengan wajah angkuhnya meski jika di lihat secara teliti telinga Bima memerah.
"Karena saya sudah membuat mas Bima marah."
Deg...
Jantung Bima kembali berdetak seakan-akan hendak melompat keluar dari tempatnya.
"Argh.. Kenapa wajah nya sangat imut. Dan ekspresi itu, Argh.. ingin rasanya aku melahapnya.."
"Mas Bima."
Bima langsung tersadar dari lamunannya.
"Iya, apa?"
Bima masih memasang wajah angkuh dan sombongnya, meski hatinya bertimbal terbalik.
"Mas Bima kenapa?"
"Enggak papa, kamu ke sini."
Erika pun perlahan berjalan ke arah Bima, lalu dia pun duduk di samping Bima. Tapi tanpa di duga Bima menarik tangannya sehingga kini posisinya bersandar di dada bidang Bima.
Deg.. Deg.. Deg..
Terdengar jelas oleh Erika suara detak jantung Bima, Erika tersenyum karena di tahu jika Bima seperti nya sedang gugup.
Hening..
Tak ada satu kata pun yang keluar dari mulut Bima atau pun Erika, mereka hanya diam satu sama lain.
Perlahan Bima melingkarkan tangannya di pinggang Erika, Erika hanya diam sambil perlahan tangannya pun ikut melingkar di pinggang Bima.
Entah sudah berapa lama mereka berdua saling berpelukan, kemudian tangan Bima mengelus rambut Erika sambil mengangkat kan dagu Erika dengan jari telunjuknya.
Kini wajah istrinya ada di hadapannya, wajah cantik dan manis yang mampu membuatnya terpana.
Perlahan Bima mendekati wajah Erika, di ciumnya bibir Erika secara lembut. Bagi Erika ini adalah ciuman ter lembut pertama kalinya dari Bima.
Entah apa yang merasuki Erika, tanpa di duga dirinya pun ikut membalas ciuman dari pria di hadapannya itu.
Tak beberapa lama ciuman lembut itu pun berhenti, Erika dan Bima saling menatap satu sama lain. Wajah Erika kembali memerah layaknya sebuah buah tomat, dengan cepat dia segera memalingkan wajahnya dari Bima.
Bima hanya bisa tertawa dalam hati, wajah Erika yang seperti tadi sangatlah menggemaskan.
"Sekarang sudah malam, tidur lah."
Erika pun menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. Perlahan dia bangun dari sandarannya di dada bidang Bima.
"Kau tidur di sini saja."
Erika tercengang saat mendengar ucapan Bima, karena dia kira kamar ini adalah kamar pribadi Bima. Jadi tak boleh di tiduri oleh orang lain.
Bima yang sadar akan tatapan Erika pun langsung memberikan alasan. "Jangan berpikir yang macam-macam dulu, jarak dari sini ke kamar mu cukup jauh. Lagi pula kau sedang hamil anak ku, aku tak ingin membahayakan keselamatan anak ku karena kecerobohan mu." Jawab Bima dengan nada angkuhnya.
"Terimakasih mas Bima." Jawab Erika.
Lalu Bima langsung mengajak Erika untuk tidur di atas ranjang, di dalam dekapan hangat Bima. Erika mulai memejamkan matanya. Tapi tidak dengan hati dan juga jantung nya, sejak dari tadi jantung nya tak berhenti-henti berdetak dengan kencang.
Saat ini Erika sangat gugup, karena baru pertama kali Bima memperlakukan nya dengan baik.
"Tidurlah, jangan banyak memikirkan hal aneh." Bisik Bima tepat di telinga Erika.
"Mas Bima tahu dari mana aku belum tidur?" Tanya Erika.
"Bukan urusan mu, sekarang cepat tidur. Atau kau ingin aku membuatmu lemas terlebih dahulu, baru kau bisa tidur nyenyak begitu?"
"Ba..ik saya tidur sekarang."
Perlahan Erika kembali memejamkan matanya, tak beberapa lama rasa kantuk pun mulai datang. Dan kini Erika sudah terlelap dalam mimpi indahnya.
Bima perlahan membuka matanya setelah mengetahui jika Erika sudah tidur, lalu Bima pun bangkit dari tidurnya. Kini dia hanya duduk sambil bersandar di samping Erika.
Di lihatnya wajah damai Erika saat sedang tertidur lelap dan perlahan tangan Bima mengelus rambut panjang Erika, hatinya merasa tenang saat melihat Erika.
Tapi gerakan tangan nya pun terhenti saat ingat tentang status mereka berdua, pernikahan yang hanya sebuah kontrak yang akan berakhir sebentar lagi.
Bima tak boleh terbawa oleh perasaannya saat ini, karena ini semua hanyalah sandiwara. Tak boleh ada rasa untuk wanita di hadapannya itu, karena wanita itu hanyalah alat untuk nya.
Bima menghela nafas panjang, entah kenapa hatinya terasa hampa dan juga kosong. Di tatapnya lagi wajah Erika, sebuah senyuman hangat terukir di wajah tampan Bima tak kala melihat wajah manis Erika.
"Apakah anak ku akan tampan dan cantik?"
Entah kenapa tiba-tiba pikirannya langsung memikirkan hal itu, dengan cepat Bima menghapus pikirannya tentang anaknya.
Tapi jika di pikir-pikir lagi, anaknya dan Erika pasti akan tampan dan juga cantik karena dia dan Erika juga memiliki paras yang di atas rata-rata.
Bima kembali berbaring di samping Erika, kini wajahnya dan Erika saling berhadapan. Terdengar dengkuran halus dari mulut mungil Erika.
Perlahan Bima pun ikut memejamkan mata, dan tak beberapa lama Bima segera pergi ke alam mimpi nya.
...
Di pagi hari yang cerah.
Erika baru bangun tidur, tapi dia tak mendapati Bima di sampingnya.
"Kemana dia?" Pikir Erika.
Dengan hati-hati Erika turun dari ranjang yang cukup tinggi, dengan langkah pelan dan mata yang masih mengantuk Erika berjalan pergi meninggalkan kamar itu karena dia takut jika Bima marah dan mengusirnya karena belum pergi dari kamar pribadinya.
Jadi dari pada dia di usir mending Erika segera pergi sendiri.
Setelah kembang ke kamarnya, Erika langsung merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Jika di pikir-pikir lagi ranjang nya dengan ranjang yang ada di kamar pribadi Bima sangat berbeda jauh.
Ranjang Bima lebih empuk dan juga nyaman, hal itu membuat Erika ingin berlama-lama berbaring di atas ranjang itu tapi apa boleh buat pemiliknya tak se ramah itu sampai mengizinkan Erika berbaring lebih lama lagi.
Perlahan Erika kembali melanjutkan tidur cantiknya.