Penjara Cinta Tuan Muda
Plak...
Seorang gadis tengah memegangi pipinya yang terasa panas akibat tamparan wanita di hadapannya.
"Gue udah bilang, sama Lo. Jauhin Rasya, Lo itu gak pantes buat dia." Maki wanita itu.
"Tapi aku sama kak Rasya, berpacaran." Jawab Wanita yang tengah bersimpuh di lantai.
"Alah, mana ada dia mau sama Lo yang dekil and miskin. Gue peringatkan yah jauhin dia, Kak Rasya itu milik gue, dan lo cuman benalu." Maki wanita itu sembari tertawa mengejek.
Lalu Karin langsung menendang ember di hadapannya itu tepat ke wajah Erika. Erika yang hanya bisa diam sambil menahan air mata.
"Ayo gays, kita pergi. Lama-lama kalau deket-deket sama dia nanti kita ketularan miskin." Ledek Karin sambil tertawa.
Lalu Karin dan teman-temannya langsung meninggalkan Erika sendiri.
"Ya Tuhan, salah aku apa? Sampai kau memberikan cobaan yang seperti ini kepadaku." Keluh Erika.
Lalu dia mulai bangkit sambil berjalan ke arah cermin, di tatapnya wajah dan juga pakaiannya yang sudah kotor dan juga bau.
Perlahan air mata pun mulai berjatuhan, tak ada yang mendengar tangisan gadis malang ini. Semua orang seakan menjadi tuli dan juga bisu saat melihatnya di bully oleh Karin, hanya Tuhan yang selalu melihatnya dan yang selalu mendengarkan keluh kesahnya.
Erika yang sudah cukup lama menangis pun mulai membersihkan wajah dan juga pakaiannya, Erika mulai memberanikan diri untuk keluar dari toilet karena hari sudah mulai petang dan lagi kampus pun sudah mulai sepi.
Dengan langkah pelan Erika mulai menyusuri lorong kampus yang sudah sepi tanpa ada penghuni, suara Isak tangisnya menggema di sepanjang lorong.
"Erika..."
Deg,
Erika yang mendengar suara tak asing memanggil namanya langsung menoleh ke belakang.
"Erika, ada apa denganmu sayang?"
Seorang pria tampan menghampiri Erika, dengan wajah khawatir pria itu langsung menutupi tubuh Erika dengan jaket miliknya.
"Pasti ulah Karin lagi?" Tanya Rasya.
Erika hanya bisa diam membisu sambil menundukkan kepalanya. Dengan sigap Rasya langsung menggendong Erika yang sedang menggigil kedinginan, di bawa Erika ke dalam mobil sport keluaran terbaru.
"Sekarang kita ke rumah sakit yah." Ucap Rasya sambil menyalakan mesin mobil.
Tapi Erika hanya menggelengkan kepalanya. "Aku mau pulang aja kak." Jawabnya dengan nada lembut.
"Pulang tapi..." Ucapan Rasya langsung di potong oleh Erika.
"Saya mohon kak, saya mau pulang aja." Sambungnya memohon.
Dengan wajah kesal Rasya langsung membanting stir ke arah rumah Erika.
Tak memakan lama, mobil sport milik Rasya sudah berhenti di depan gang sempit. Erika pun langsung turun dari dalam mobil tanpa mengucapkan satu kata pun.
Rasya yang masih berada di dalam mobil hanya bisa melihat punggung kecil kekasihnya yang mulai menjauh.
Tak terasa hujan pun mulai turun, langit yang awalnya cerah berubah menjadi hitam di sertai ribuan tetesan air yang berjatuhan dari langit.
Erika terus berjalan menerobos hujan yang semakin deras, tubuh kecilnya mulai kembali menggigil. Letak rumahnya masih jauh, di butuhkan waktu sekitar 20 menit dari depan gang menuju rumahnya.
Di sela-sela hujan, Erika pun kembali menumpahkan air mata miliknya. Setidaknya dengan adanya hujan tak akan ada yang melihat jika dirinya sedang menangis.
Setelah berjalan kaki cukup lama Erika kini sampai di depan rumah kontrakan yang kecil, yang berukuran sekitar 6x6 meter persegi.
"Assalamualaikum."
"Wa'alaikum salam."
Jawab seorang wanita sambil membukakan pintu rumah, "Eh, nak. Kok kamu pulangnya hujan-hujanan sih." Tegur sang Ibu pada Erika.
"Iya Bu, Erika lupa gak bawa payung." Jawabnya sambil tersenyum.
"Ya udah, ayo masuk. Lalu ganti baju, nanti kamu masuk angin." Ajaknya pada putrinya itu.
Erika pun mulai melangkahkan kakinya ke dalam rumah kecil miliknya itu, terlihat kedua adiknya sedang duduk di lantai sambil mengerjakan tugas sekolah mereka.
"Kak Erika." Sapa Rara adik pertama Erika.
"Eh, Rara. Kamu rajin yah." Jawab Erika sambil tersenyum manis.
"Rere juga rajin kok kak." Ucap si bungsu yang tiba-tiba angkat bicara.
"Iya, Rara sama Rere sama-sama rajin." Jawab Erika sambil tersenyum kepada kedua adik kembarnya itu.
"Udah ah, jangan ganggu kakak kamu. Dia harus ganti baju, nanti kalau Kak Erika sakit gimana." Omel sang ibu.
Dan Erika kembali tersenyum, lalu langkah langsung menuju ke sebuah kamar sempit yang tak lain adalah kamarnya sendiri. Kamar yang berukuran sangat kecil dengan tembok yang sudah lapuk di makan waktu.
Di bukannya satu persatu pakaian yang menempel di tubuhnya, di lihat beberapa luka lebam yang dia dapatkan dari Karin. Sebuah helaan nafas panjang terdengar dari Erika.
Lalu Erika langsung mengambilnya pakaian bersih yang ada di dalam lemari, pakaian yang sudah usang di pakaiannya sebagai pakaian sehari-hari.
Setelah itu, Erika langsung berjalan keluar kamar. Dan di sana sudah ada ibunya yang tengah menyiapkan makan malam, makanan yang di susun di atas lantai bukan di atas meja makan layaknya orang-orang.
"Ayo nak, kita makan dulu." Ajak sang ibu seraya tersenyum pada Erika.
"Iya Bu." Jawabnya sambil berjalan menghampiri ibunya, Erika pun ikut membantu ibunya menyiapkan makan malam.
Di keluarganya hanya ada dirinya, ibu dan juga kedua adiknya. Sementara Ayahnya sudah pergi meninggalkan mereka semua dan menikah lagi dengan wanita yang kaya raya.
"Yah, sekarang makannya cuman ikan asin sama telor lagi." Keluh Rara.
"Sut, jangan gitu. Ini tuh makanan, rezeki dari Allah." Ucap Erika yang memberikan nasehat kepada adiknya.
"Iya kak." Jawabnya sambil mengambil piring yang terbuat dari plastik.
"Iya udah, ayo makan." Ajak sang ibu sambil sambil tersenyum tapi di balik senyuman itu tersimpan tatapan sendu kepada ketiga putrinya.
Lalu Erika dan anggota keluarganya langsung menyantap makanan yang ada di depan mereka, meski bukan makanan mahal setidaknya Erika sangat bersyukur karena masih bisa di berikan rezeki oleh yang maha kuasa.
Tak beberapa lama, acara makan malam pun selesai. Erika yang sedang membereskan peralatan makan langsung di tegur oleh ibunya.
"Erika."
"Iya Bu."
"Kamu abis nangis yah?"
"E..nggak kok Bu."
"Jangan bohong Erika, ibu tahu."
"En..ggak kok Bu."
"Kamu di bully lagi, di kampus kamu?"
Erika hanya bisa diam membisu, dia tak ada niat untuk menjawab pertanyaan dari ibunya.
"Ya udah, sekarang kamu tidur aja, biar ibu yang lanjutin."
Dan Erika pun langsung bergegas menuju kamar miliknya, di dalam kamar Erika langsung merebahkan tubuhnya di atas ranjang sambil memeluk erat guling miliknya.
Tanpa terasa air mata kembali jatuh dari kelopak matanya, perlahan Erika mulai menangis tersedu-sedu. Tapi dia berusaha agar tangisannya tak terdengar oleh ibu dan juga adik-adiknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Nurhayati Nia
thor aku singgah di karyamu
2023-07-24
0
cipaa ✨
sedih lo ceritanya
2023-07-18
0
Nur Lizza
aku mampir thor
tp blm apa2 aku uda nangis
2023-01-05
0