terinspirasi dari film: Takut Gak Sih.
menceritakan seorang You Tuber dengan nama Chanel Takut Gak Sih yang membuat konten untuk membongkar kasus kematian para arwah gentayangan dari berbagai daerah dan pulau.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Abdul Rizqi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
misteri tangisan bayi part 2
Keesokan harinya Tim Takut Gak Sih kini sudah berada di dalam mobil, siap untuk pergi menjenguk ibunya Dina yang saat ini sedang sakit.
Sebuah minibus putih dengan stiker TGS dan poster bergambar wajah para anggotanya melaju perlahan di jalanan semarang, Atmo tampak menyetir di depan, sementara Galang duduk di sampingnya dengan wajah bengong sesekali menggaruk belahan kepalanya.
Sementara Cahaya dan Vina duduk di belakang, sesekali tertawa cekikikan, entah mereka sedang membicarakan apa.
"Lang, akhir akhir ini kamu kayaknya udah ngga lihat ada hantu lagi.." celetuk Atmo.
"Lah.... ini aku lihat hantu.."
"Hah? Di mana Lang?"
"Ini loh di sampingku... haha.."
"Oh asem! Oh ya Lang, aku mau terimakasih sama kamu sama Mbak cahaya dan Mbak Vina juga, berkat kalian saya ngga nganggur, lagi... dapur di rumah juga ngebul terus, Anita juga bawaannya seneng tiap hari.. terutama sama kamu Lang, kalau aku ngga ketemu kamu di taman kota waktu itu, mungkin sampe sekarang saya masih nganggur..." ucap Atmo berterimakasih.
"Kira kira dengan apa ya saya bisa bales kebaikan kamu Lang?" Tanya Atmo.
"Emmm..." Galang berpikir sesaat, "kamu bisa bales kebaikan saya dengan kebaikan juga, Ngat..."
"Maksudnya?" Tanya Atmo penasaran.
"Mbak Anita baik, Ngat.. hahaha.."
"Ehhh??? Nggak nggak...!!! Gundulmu peyang! Wuoohhhh moh aku lepas Anita enak aja!"
"Hahaha... bercanda Ngat.."
Hanya butuh waktu beberapa menit untuk mereka sampai di rumah Dina, karena rumah Dina masih berada di semarang bukan di luar kota.
Dina begitu terkejut, melihat kedatangan Cahaya dan yang lainnya.
"Eh, mbak Cahaya." Kaget Dina.
"Gimana kondisi ibu kamu, Din?" Tanya Cahaya di tangan Cahaya tampak membawa buah buahan yang tersusun rapi di keranjang.
"Silahkan masuk dulu, mbak.." ucap Dina.
Setelah membuatkan minum untuk mereka, dan meminum minuman itu mereka berempat kemudian di ajak masuk ke dalam kamar untuk melihat sendiri bagaimana kondisi dari Ibunya Dina.
Tampak seorang wanita yang tidur dengan wajah pucat di atas ranjang, tubuhnya terlihat begitu lemas seolah tidak memiliki energi.
"Ya gini kondisi ibu aku, mbak. Maaf banget aku harus ninggalin rumah mbak, karena di rumah ini ibu ngga ada yang rawat, bapak aku udah cerai sama ibu ngga lama mungkin sebulan setengah yang lalu..."
"Ibu kamu sejak kapan kaya gini, Din?" Tabya Vina penasaran.
"Ibu aku kaya begini baru kemarin sore Mbak, tiga hari yang lalu ibu aku cuma ngeluh badannya lemes aku suruh aja istirahat jangan kerja lagi... tapi eh tau tau kaya begini, kaya ngga ada energi gitu katanya makin hari makin lemes bahkan buat angkat tangannya sendiri aja susah banget tangannya sampe gemeter.." ucap Dina dengan mata berkaca kaca.
Sementara Galang terdiam, dalam hatinya Galang beristigfar beberapa kali. Galang melihat seorang bayi dengan tubuh yang berlumuran darah sedang memeluk ibunya Dina dari samping.
"Ada yang ngga beres dengan ibunya Dina.." Batin Galang.
"Terus kenapa kamu ngga bawa kerumah sakit aja, Din?" Tanya Cahaya.
"Emmm... aku ngga ada uang mbak.." ucapnya dengan wajah menunduk, air mata yang awalnya ia tahan kini mengalir juga, ia merasa bersalah karena tidak dapat berguna bagi ibunya.
"Udah bawa aja, soal biaya biar aku yang urus..."
"Ngga usah di bawa kerumah sakit, ibunya Dina bukan sakit secara medis..." sahut Galang.
"Hah?!!!" Semua orang di situ terkejut.
"Maksud kamu apa, Lang? Ibunya Dina di guna guna gitu?" Tanya Cahaya.
Galang menggeleng, "aku tidak tahu pasti, tapi aku akan mencoba mengeceknya..." jawab galang ia berjalan dan duduk di bersila di atas ranjang dengan ibunya dina di depannya.
Ketika Galang hendak memejamkan matanya, Bayi penuh darah itu bangkit ia menatap Galang dengan tatapan tidak suka.
Grr!!
Ia menggeram bagaikan binatang buas, namun tiba tiba bayi itu memasang ekspresi ketakutan dan pergi begitu saja.
Galang mengerutkan keningnya, segera ia menoleh kebelakang. Galang melihat seorang nenek tua dengan wajah hitam dan rupa yang sangat menyeramkan berdiri di sana.
Galang menghela nafas lega, sebelum akhirnya ia memejamkan matanya.
Lap!
Jiwa Galang berpindah seketika itu juga, kali ini Galang berada di dalam sebuah ruangan kecil seukuran 3×4.
Galang tolah toleh, ia mendapati bahwa ruangan ini ternyata berada di dalam gubuk.
Di depan Galang duduk dua pria berbeda usia.
"Jadi, kamu benar benar menyetujui pesugihan bayi Bajang itu Wiryo?" Tanya seorang kakek tua dengan pakaian serba hitam dan rambut gondrong awut awutan layaknya dukun.
"Ya mbah Abrit, saya menyetujuinya.." jawab laki laki bernama Wiryo itu.
"Kamu sudah mengetahui syaratnya bukan? Kamu harus memberikan tumbal bayi Bajang itu... ketika tumbal itu sudah lemah kamu juga haus menyiapkan tumbal lainnya.."
"Saya mengerti Mbah..."
"Lalu, siapa tumbal yang akan kamu berikan?" Tanya Mbah Abrit.
"Rencannya saya mau memberikan tumbal mantan istri saya, dan ketika mantan istri saya sudah tewas saya akan memberikan tumbal anak saya, Dina!"
"Bagus! Apakah kamu juga sudah mengambil rambut mereka berdua?" Tanya Mbah abrit.
"Sudah mbah..."
"Pantesan aja, kemarin sore aku denger suara bayi nangis. Ternyata itu dari pesugihan bayi bajang, kemarin sore dia pasti lagi nyariin Dina.." batin Galang.
Lap!
Jiwa Galang kembali pada raganya.
Galang menghela nafas panjang sebelum berucap kepada Dina, "Din, kamu yang sabar ya. Ibu kamu hendak di jadikan tumbal, oleh bapakmu Wiryo.."
"Hah?" Dina kaget bukan kepalang.
"Ya saya serius, bukan cuma ibu kamu aja yang di jadikan tumbal. Bahkan kamu juga di jadikan tumbal, setelah ibu kamu sudah tidak punya tenaga lagi maka gantinya adalah kamu..." ujar Galang.
Dina terlihat menangis histeris, dia percaya percaya saja dengan ucapan Galang karena kemampuan Galang memang ia sudah mengetahuinya.
"Terus saya harus apa mas?" Tanya Dina sesenggukan.
"Lebih baik sekarang kita bagi tugas aja, Aya, Vina kalian berdua cari ustadz yang berpengalaman meruqyah seseorang. Sementara Aku dan Atmo akan mencari bukti tentang pak Wiryo. Dina kamu di rumah saja jaga ibumu.."
Semuanya mengangguk...
Cahaya dan Vina kemudian melesat pergi menggunakan mobil, sementara Galang dan Atmo menuju rumah Pak Wiryo untuk mencari bukti..
Singkat cerita akhirnya Galang tiba di sebuah rumah sederhana dengan warna cat hijau telur.
"Menurut petunjuk dari Dina ini rumahnya, Ngat." Ucap Galang.
"Terus, kita harus gimana Lang? Apa kita bertamu saja kesana..."
"Emmm... aku ada ide, Ngat. Mending kita langsung aja bertamu kesana, aku bakalan coba tanya dia baik baik, kamu siapin hape ngerekam jawaban dari dia untuk di jadikan bukti. Aku bakalan coba mancing dia dengan pertanyaan agar mengaku..."
"Ide bagus lang!"
***
Ternyata oh ternyata bayi itu bukanlah arwah penasaran, melainkan iblis pesugihan.
Kira kira apakah Galang dan Atmo berhasil mendapatkan buktinya? Dan apakah Cahaya dan Vina mampu mencari ustadz yang mampu menolong ibunya Dina?
Dan bagaimana cara Galang mengatasi dukun di belakang Pak Wiryo? Akankah Khodam Atmo keluar lagi?
Langsung saja buka bab berikutnya... jangan lupa komen dan kasih ulasan bintang lima.