NovelToon NovelToon
Obsesi Cinta Tuan Gumiho

Obsesi Cinta Tuan Gumiho

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Reinkarnasi / Beda Usia / Cinta Beda Dunia / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:9.9k
Nilai: 5
Nama Author: Heryy Heryy

Kim Min-seok siluman rubah tampan berekor sembilan, yang sudah hidup lebih dari 1000 tahun,Kim Min-seok hidup dengan menyembunyikan identitasnya sebagai seekor gumiho,Ia berkepribadian dingin dan juga misterius.

Dirinya menjalin hidupnya dengan kesepian menunggu reinkarnasi dari kekasihnya yang meninggal Beratus-ratus tahun yang lalu.

Kim Min-seok kemudian bertemu dengan Park sung-ah mahasiswi jurusan sejarah, saat itu dirinya menjadi dosen di universitas tersebut.

Mereka terjerat Takdir masa lalu yang mempertemukan mereka, mampukah Kim Min-seok mengubah takdir tragis di masalalu yang terulang kembali di masa depan.

apakah kejadian tragis di masalalu akan kembali terjadi kepada dirinya dan juga kepada park sung-ah.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Heryy Heryy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

༿BAB༌༚19

Di dalam kuil yang gelap dan lembab, udara terasa kental dan penuh dengan bau tanah basah serta lumut yang tumbuh di dinding-dinding yang lapuk.

Park Sung-ah yang dirasuki oleh jiwa Imugi berdiri tegak di depan lukisan yang telah menyegel tubuh Imugi selama berabad-abad.

Tangannya yang terangkat semakin dekat dengan permukaan lukisan—hanya satu sentimeter lagi, tapi jiwa Imugi yang menguasai dirinya merasakan bahwa kekuatan lemah dari gerhana Matahari masih tidak cukup untuk memecah segel sepenuhnya.

Ada sesuatu yang kurang—sesuatu yang hanya bisa datang dari dirinya sendiri, dari darah yang membawa kesan jiwa Song Hye-yoon.

"Kau butuh lebih banyak dari itu, Sung-ah," bisik jiwa Imugi dengan suara yang keras dan mengerikan, bunyinya bergema di dalam kepala Sung-ah seperti deru badai yang jauh.

"Darahmu—darah reinkarnasi Song Hye-yoon—itu adalah kunci yang sesungguhnya. Tanpa darahmu, segel ini tidak akan pernah terbuka sepenuhnya. Beri padaku darahmu, sekarang!"

Tanpa disadari oleh dirinya sendiri, mata Sung-ah melayang ke lantai kuil yang berdebu. Di sana, tergeletak pisau kecil yang kaku—mungkin adalah pisau pemotong ranting yang tertinggal oleh seorang pendaki yang pernah menjelajahi kuil ini bertahun-tahun yang lalu.

Pisau itu berwarna hitam karena karat, tapi ujungnya masih tajam seperti baja baru. Dia membungkuk perlahan, tubuhnya terasa berat dan tidak bisa dikendalikan, mengambil pisau itu dengan jari-jari yang gemetar.

Saat tangannya menyentuh permukaan pisau yang dingin, dia merasakan sensasi dingin yang menyebar ke seluruh lengan.

Tanpa berpikir dua kali—seolah-olah tangan itu bukan miliknya—dia mengangkat pisau itu ke atas dan menggores dengan kuat tangannya yang kiri, tepat di bagian punggung telapak tangan. Rasanya seperti disambar petir—rasa sakit yang menyakitkan menyebar dengan cepat ke seluruh tubuh, membuat dia menggigil dan hampir menjatuhkan pisau.

Darah merah yang hangat mulai menetes dari luka itu, tetesan demi tetesan menjatuh ke tanah dan menyentuh sepatu ketsnya yang putih, menjadikannya berwarna merah gelap.

"Gunakan darahmu, tulis kata-kata yang kuucapkan!" teriak jiwa Imugi di dalam kepalanya, suaranya semakin keras dan memaksa. "Tulis 'gerbang pintu keluar'—itu adalah kata kunci yang telah ku buat selama seribu tahun yang lalu, kata yang hanya bisa dibaca oleh darahmu! Tulis sekarang!"

Dengan tangannya yang berdarah dan terkontrol sepenuhnya, Sung-ah mengangkat ujung jarinya yang berdarah ke permukaan lukisan. Setiap sentuhan jarinya ke dinding lukisan membuat darahnya mengalir lebih deras, dan rasa sakit yang menyakitkan semakin memburuk.

Tapi jiwa Imugi tidak memperdulikan penderitaannya—dia hanya melihat tujuan akhir: kebebasan yang telah dia tunggu selama berabad-abad.

Satu per satu, dia menulis huruf-huruf itu di permukaan lukisan yang kasar. Huruf 'g' yang melengkung, huruf 'e' yang kecil, huruf 'r' yang menonjol—semua dibuat dengan darahnya yang merah menyala.

Setiap huruf yang ditulis membuat dia merasa semakin lemah, tapi dia tidak bisa berhenti. Saat dia menulis huruf terakhir, 'r' dari kata 'keluar', darahnya telah menyebar di sebagian besar permukaan lukisan, membentuk kata-kata yang jelas dan terukur.

Pada saat itu, sesuatu yang luar biasa terjadi. Lukisan itu mulai memancarkan cahaya terang yang menyilaukan—cahaya yang lebih terang dari matahari yang terbit di pagi hari, membuat seluruh kuil menyinari seperti siang hari.

Cahaya itu berwarna emas dan putih, menyilang kegelapan dan membuat dinding-dinding kuil yang lapuk dan dipenuhi lumut terlihat lebih jelas.

Suara bunyi ledakan yang kecil terdengar, seolah-olah sesuatu yang kaku telah pecah, dan tubuh Imugi yang besar yang ada di dalam lukisan mulai bergerak perlahan.

Dia melangkah keluar dari lukisan dengan langkah yang lambat dan kaku, seolah-olah baru saja bangun dari tidur yang panjang selama berabad-abad.

Tubuhnya raksasa dan mengerikan—badan ular yang besar dengan sisik hitam yang menyilaukan, mata yang merah menyala seperti bara api, dan gigi yang runcing seperti pisau.

Tapi saat tubuhnya keluar sepenuhnya dari batasan lukisan, cahaya yang terang itu tiba-tiba padam seketika, seperti dimatikan oleh sakelar yang besar.

Dan dalam sepersekian detik, kekuatan yang seharusnya kuat dan menakutkan dari Imugi itu lenyap seperti asap yang ditiup angin.

Imugi tersebut akhirnya keluar dari segel. Tapi saat itu, kekuatan Imugi tersebut hilang sepenuhnya.

Tanpa kekuatan yang membuatnya menjadi makhluk yang ditakuti, tubuh Imugi yang besar itu mulai berubah. Cahaya putih yang lemah dan lembut menyelimuti tubuhnya, membungkusnya seperti selimut.

Dalam waktu yang singkat, bentuk ular raksasa itu menghilang, digantikan oleh wujud manusia—seorang pria muda dengan rambut hitam yang panjang dan lurus, jatuh ke bahunya, dan mata yang berwarna merah tua yang terlihat lelah dan lemah.

Tubuhnya kurus dan tipis, dan pakaiannya yang berwarna hitam terlipat-lipat dan lusuh, seolah-olah telah dipakai selama berabad-abad.

Pada saat itu, jiwa Imugi yang telah merasuki tubuh Park Sung-ah keluar dari sana dengan cepat, seolah-olah terlempar dari tubuhnya. Sung-ah terkejut sepenuhnya, matanya yang tadinya kabur dan dipenuhi kegelapan menjadi jernih kembali.

Dia memutar kepala, melihat di sekitar kuil yang sekarang gelap lagi, hanya disinari oleh cahaya bulan yang masuk melalui jendela yang kecil. Dia melihat tangannya yang berdarah, luka yang dalam dan berdarah deras, dan kata-kata yang ditulis dengan darahnya di dinding.

Dia melihat pria muda yang aneh berdiri di tempat lukisan itu tadi, dan dia menyadari apa yang telah dia lakukan—dia telah membuka segel yang telah menyegel makhluk jahat itu selama berabad-abad.

Sung-ah merasa sangat ketakutan. Tubuhnya menggigil karena takut dan rasa sakit, dan dia mundur perlahan ke belakang, kaki dia terjepit oleh batu besar di lantai kuil. Dia merasa seperti anak kecil yang hilang di hutan malam, tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.

 "Siapa... siapa kamu?" tanya dia dengan suara yang serak dan lemah, suaranya hanya terdengar sebagai bisikan.

Pria muda itu—Imugi yang sudah lepas dari segel—menatapnya dengan mata yang penuh kebencian dan dendam. Dia melangkah mendekati Sung-ah dengan langkah yang lemah tapi tegas, tubuhnya terlihat goyah tapi matanya tetap terarah ke arahnya.

"Kau tidak mengenalku, Song Hye-yoon? Atau seharusnya Park Sung-ah—reinkarnasi wanita yang telah menyegelku di dalam lukisan itu selama berabad-abad?" ucapnya dengan suara yang dingin dan dingin, bunyinya bergema di dalam kuil yang sunyi.

Sung-ah menggeleng perlahan, air mata mulai menetes dari matanya. "Aku... aku tidak tahu apa yang kamu bicarakan. Aku bukan Song Hye-yoon. Aku adalah Park Sung-ah, mahasiswa di kampus itu. Aku tidak tahu apa yang telah aku lakukan—aku merasa seperti tubuhku bukan milikku sendiri."

"Kau adalah dia! Darahmu yang membuka segel itu membuktikannya!" teriak Imugi, matanya menyala dengan kemarahan yang semakin besar. "Kau telah menyegelku di dalam tempat yang gelap itu selama ratusan tahun, membuatku menderita dan sendirian.

Kau telah merampas kehidupanku, merampas semua yang kumiliki. Sekarang, aku akan membunuhmu untuk membalas dendamku—untuk membalas semua penderitaan yang kuberikan!"

Dengan sedikit kekuatan yang masih tersisa di dalam tubuhnya yang lemah, Imugi mendekati Sung-ah dengan cepat. Dia menggenggam leher Sung-ah dengan tangan yang kuat, jari-jari yang panjang dan kurus memegang erat lehernya yang tipis.

Sung-ah merasa sulit bernapas, dada dia terasa sesak, dan matanya mulai memerah karena kurangnya udara. Dia mencoba melawan, mencoba melepaskan tangannya yang menggenggam lehernya, tapi dia terlalu lemah dan terluka.

Kemudian, dengan kekuatan yang tiba-tiba muncul, Imugi melemparkan dia ke dinding kuil yang keras dengan kekuatan yang cukup untuk membuat dinding itu retak dan batu-batu kecil jatuh dari atas.

Sung-ah terjatuh ke tanah dengan bunyi yang keras, tubuhnya menabrak tanah yang keras dan berdebu. Dia merasakan rasa sakit yang menyakitkan di punggung dan kepalanya, dan darah mulai menyembur dari mulutnya, mengalir ke dagunya yang putih.

Tubuhnya terluka dan berdarah—luka di tangannya semakin parah, dan dia merasa bahwa nyawanya mulai melayang. Dia mencoba berdiri, tapi kaki dia lemah dan tidak bisa menopang berat tubuhnya.

Dia hanya bisa duduk di tanah, menatap Imugi yang sedang mendekatinya dengan wajah yang penuh kebencian dan dendam.

Saat Park Sung-ah sekarat dan hampir tidak bernapas, pintu kuil itu tiba-tiba terbuka dengan kekuatan yang besar, membuat bunyi ledakan yang keras yang bergema di seluruh kuil.

Kim Min-seok datang dengan kecepatan yang luar biasa, mendobrak pintu kuil yang tua dan lapuk hingga retak dan terlepas dari engselnya. Cahaya matahari yang penuh masuk ke dalam kuil, menyilang kegelapan dan membuat Imugi menutup mata karena menyilaukan.

Min-seok masuk ke dalam kuil dengan cepat, matanya berwarna emas yang terang dan penuh kemarahan yang tak terlukiskan. Tubuhnya dipenuhi dengan kekuatan yang penuh, energi yang dia dapatkan dari matahari yang sudah muncul kembali.

Dia melihat Imugi tersebut sudah lepas dari segelnya, berdiri dengan wujud manusia di depan Sung-ah yang terluka dan terbaring di tanah. Darahnya berjalan dingin—semua yang dia khawatirkan selama berabad-abad telah terjadi.

"Imugi!" teriak Min-seok dengan suara yang keras dan penuh kemarahan, suaranya bergema di dalam kuil yang sempit. "Berhenti sekarang! Jangan sentuh dia!"

Imugi memutar kepala, melihat Min-seok yang datang. Dia merasakan energi yang kuat dan menakutkan dari tubuh Min-seok—energi yang jauh lebih kuat dari kekuatannya yang sudah hilang sepenuhnya.

Dia tahu bahwa saat ini Kim Min-seok bukanlah tandingannya—dia tidak memiliki kekuatan apapun untuk melawannya. Dia hanya bisa melihat dan merasa dendamnya semakin membesar.

"Kim Min-seok," bisik Imugi dengan suara yang lemah dan penuh kemarahan, matanya menatap Min-seok dengan pandangan yang kebencian. "Kau... kau yang membuatku menderita. Kau yang membantu dia menyegelku. Kau akan membayar untuk semua ini juga—aku berjanji!"

Tanpa berpikir lagi, Imugi mencoba kabur ke arah jendela kuil yang kecil di sudut kuil. Tapi Min-seok lebih cepat. Dia melompat ke arah Imugi dengan kecepatan yang luar biasa, seolah-olah terbang di udara.

Dia menghajar Imugi dengan pukulan yang kuat di wajah, membuat Imugi terjatuh ke tanah dengan keras, mulutnya berdarah.

Min-seok tidak berhenti—dia mengeluarkan semua kemarahannya yang telah terpendam selama berabad-abad, menghajar Imugi dengan pukulan setelah pukulan di wajah, dada, dan perutnya hingga Imugi tersebut terluka parah dan tidak bisa berdiri lagi.

"Kau tidak akan membahayakan siapa pun lagi! Kau tidak akan menyentuh dia lagi!" teriak Min-seok, memberikan pukulan terakhir yang kuat di perut Imugi, membuat Imugi terbang ke dinding kuil dan terbaring tak berdaya.

Imugi tersebut benar-benar kehilangan kekuatannya. Tubuhnya penuh dengan luka dan darah, dan dia tidak bisa bergerak sedikit pun. Tapi dendamnya masih ada, dan dia masih memiliki sedikit kekuatan untuk melarikan diri.

Dengan kecepatan yang sangat lemah dan dengan kesusahan, dia merangkak ke arah jendela kuil, membukanya dengan tangan yang terlukis, dan melompat keluar ke hutan yang gelap dan rimbun di luar.

Min-seok mencoba mengejarnya, tapi Imugi sudah menghilang di antara pohon-pohon pinus yang tinggi, hilang seperti asap.

Min-seok menghela nafas panjang, merasa kelelahan dan kemarahan yang campur aduk. Dia mengangkat kepala, melihat ke arah tempat Sung-ah terbaring. Dia melihat tubuhnya yang lemah dan berdarah, wajahnya yang pucat dan dingin. Dia berjalan cepat ke arahnya, langkahnya tergesa-gesa, membungkuk di samping tubuhnya yang terbaring di tanah.

"Sung-ah! Park Sung-ah, bisakah kamu mendengar aku?" tanya dia dengan suara yang lemah dan penuh kekhawatiran, tangannya yang lembut menyentuh wajahnya yang dingin. Dia merasa hatinya hancur ketika melihat darah yang mengalir dari mulutnya dan luka di tangannya.

Sung-ah membuka mata dengan lambat, matanya yang kabur dan lelah melihat wajah Min-seok. Dia mencoba tersenyum, tapi darah menyembur lagi dari mulutnya, jatuh ke dagunya. "Dosen Kim... maaf... aku tidak tahu apa yang aku lakukan... aku tidak berniat membuka segel itu..." bisik dia dengan suara yang sangat lemah, suaranya hanya terdengar sebagai bisikan angin.

Min-seok melihat wajahnya dengan mata yang penuh air mata. Dia melihat cahaya yang familiar di matanya—cahaya yang lembut dan penuh kasih, cahaya yang dia kenal terlalu baik, cahaya yang dia cari selama berabad-abad. Pada saat itu, setelah ratusan tahun menunggu dan mencari, akhirnya ia tahu.

Park Sung-ah adalah reinkarnasi dari Song Hye-yoon—wanita yang ia cintai dengan sepenuh hati, wanita yang mengorbankan dirinya untuk menyegel Imugi dan melindungi dunia, wanita yang ia tunggu dengan kesabaran yang tak terlukiskan selama berabad-abad.

"Jangan khawatir, Hye-yoon... Sung-ah," bisik dia dengan suara yang tersedak dan penuh kasih, tangannya yang lembut menyentuh pipinya yang basah oleh air mata.

Dia membungkuk lebih rendah, mengangkat tubuhnya yang lemah dan penuh luka dengan hati-hati, seolah-olah dia adalah benda yang paling berharga di dunia.

Dia memeluknya dengan erat, memeluk tubuhnya yang dingin dan terluka ke dalam pelukan yang hangat dan penuh cinta—pelukan yang ia tunggu selama berabad-abad.

1
𝓪𝓻𝓽𝓾𝓻 𝚝𝚎𝚖
crezy up thr
Almahira
🤭🤭🤭 kisss lagi🤭
𝓪𝓻𝓽𝓾𝓻 𝚝𝚎𝚖: ko kamu gak ada novel?
total 1 replies
Almahira
gue juga pengen 😭
Almahira
wah nafsunya memuncak, nih dosen 🤭
Almahira
wah udah Kiss kissan aja
Almahira
kaya adegan sinetron aja🤣
Almahira
pasti nangis lah jadi cewek kalo di kasih harapan palsu 😭😭
Almahira
wah di kasih harapan palsu,😭😭😭
Almahira
seneng banget tuh 🤭🤭
Almahira
kalau kaya gitu visualnya saya juga mau
Han Sejin: haaa🤣
total 1 replies
🐌KANG MAGERAN🐌
semangat
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!