Ini cerita sederhana seorang pemuda di pedesaan. Tentang masalah pertumbuhan dan ketertarikan terlarang. Punya kakak ipar yang cantik dan seksi, itulah yang di alami Rangga. Cowok berusia 17 tahun itu sedang berada di masa puber dan tak bisa menahan diri untuk tak jatuh cinta pada sang kakak ipar. Terlebih mereka tinggal serumah.
Semuanya kacau saat ibunya Rangga meninggal. Karena semenjak itu, dia semakin sering berduaan di rumah dengan Dita. Tak jarang Rangga menyaksikan Dita berpakaian minim dan membuat jiwa kejantanannya goyah. Rangga berusaha menahan diri, sampai suatu hari Dita menghampirinya.
"Aku tahu kau tertarik padaku, Dek. Aku bisa melihatnya dari tatapanmu?" ucapnya sembari tersenyum manis. Membuat jantung Rangga berdentum keras.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desau, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 19 - Pacaran
Astrid tersenyum sambil terpaku menatap Rangga. Dia lalu bergeser mendekati lelaki itu dan menyandarkan kepala ke bahunya. Sedangkan dua tangannya memeluk erat Rangga.
"Hangatnya..." lirih Astrid.
"Perempuan itu rumit," ungkap Rangga.
Astrid terkekeh. "Memang sulit memahami perempuan. Tapi saranku saat kau mencoba ingin membuat mereka bahagia, perhatikan dengan seksama. Maka kau akan tahu," jelasnya.
Dahi Rangga berkerut dalam. "Aku masih tak mengerti," ungkapnya sembari menatap Astrid.
"Nanti kau akan ngerti." Saat itu atensi Astrid tertuju ke balik celana Rangga lagi. Ia melihat milik cowok itu masih mencuat. "Kau butuh bantuanku untuk ini?" tanyanya sambil menyentuh aset pribadi Rangga tanpa izin.
"Hei! Jangan asal sentuh dong!" ujar Rangga seraya menjauhkan tangan Astrid dari sana.
"Kan aku menawarkan bantuan. Kau mau apa tidak?" tanggap Astrid.
"Dari tadi kau bicara soal bantuan terus. Aku nggak..." ucapan Rangga terhenti saat melihat Astrid tiba-tiba mengeluarkan aset pribadinya dari celana. Tanpa basa-basi, cewek tersebut memasukkannya ke mulut.
Mulut Rangga refleks menganga lebar. Ia bisa merasakan kenikmatan saat Astrid melakukan itu. Namun mata Rangga segera menyapu ke sekitar. Takut kalau ada orang yang melihat. Ia sendiri tahu kalau di lokasi sekitar gubuk itu merupakan wilayah ladang penduduk desa.
"Aah... Ssyyyy..." Rangga mendesah. Dia terlanjur menikmati suguhan Astrid. Alhasil dia melupakan kekhawatirannya dan fokus pada dirinya dan Astrid. Ia terbawa suasana bahkan mulai memegangi kepala Astrid.
Rangga bisa merasakan hisapan Astrid yang kuat dan nikmat. Sesekali gadis itu juga menjilati dua biji salak Rangga. Lalu kembali lagi mengemut milik Rangga seperti permen lolipop.
Sampai akhirnya Rangga mencapai kllimaksnya. Susu kental manisnya seketika keluar dan muncrat. Ia mengeluarkannya cukup banyak.
Kini Rangga tersengal-sengal dan ambruk ke lantai gubuk. Dia seperti melayang. Kenikmatan yang dirasakannya itu membuat sekujur tubuhnya bergetar dalam sesaat. Rasanya juga sangat berbeda dibanding melakukannya sendiri.
Rangga menatap kosong ke plafon gubuk. Ia maish berusaha mengatur nafas sambil memperbaiki celana. Membungkus kembali aset pribadinya dengan celana.
Astrid lalu ikut telentang ke samping Rangga. Ia tak bisa berhenti menatap cowok itu. Astrid sepertinya benar-benar sudah sangat kecintaan pada Rangga.
"Bagaimana?" tanya Astrid.
"Luar biasa. Makasih..." jawab Rangga.
"Kalau kau berterima kasih padaku, cium dulu dong," sahut Astrid.
Rangga terkekeh sambil menatap gadis itu. Dia lalu memagut bibir Astrid. Sedangkan Astrid dengan senang hati membalas ciumannya.
Di luar hujan mulai reda. Matahari juga semakin turun ke barat. Pertanda kalau hari sudan semakin sore.
Rangga dan Astrid asyik berciuman. Merasa cukup, Astrid mendorong Rangga dan menghentikan ciuman itu.
"Aku rasa sudah cukup," ucapnya.
Rangga mengangguk dan duduk. Dia melihat hujan sudah reda.
"Aku sepertinya harus pulang sekarang. Pamanku pasti mencariku," kata Astrid.
"Pamanmu Pak Warsito kan?" tanya Rangga.
"Iya, dari mana kau tahu?" tanggap Astrid.
"Di sekolah semua orang sudah tahu tentang itu. Siapa sih yang nggak tahu sama juragan beras terkaya di desa ini?"
"Pamanku sekaya itu di mata orang sini?"
"Begitulah." Rangga mengangkat bahunya. Dia dan Astrid mulai beranjak dari gubuk. "Ngomong-ngomong, kenapa kau pindah ke sini? Aku yakin sekolah-sekolah di kota jauh lebih baik dari sekolah di sini. Tapi kau malah pindah ke sini. Pasti ada sesuatu kan?" sambungnya.
Astrid tak langsung menjawab. Gadis itu hanya tersenyum tipis. Dia berucap, "Aku akan cerita kalau kau memutuskan jadi pacarku."
Rangga memutar bola matanya. "Kau nggak pernah menyerah ya? Baiklah kalau itu maumu. Kita pacaran mulai sekarang," tanggapnya tanpa harus berpikir. Setelah mendapat banyak kenikmatan hakiki, dia tak perlu berpikir dua kali untuk setuju.
"Cih! Mentang-mentang sudah aku kasih enak, baru mau. Tapi itu belum semuanya. Kita akan lakukan yang lebih nanti," kata Astrid sambil mengerlingkan sebelah matanya. Kemudian beranjak ke arah rumahnya. Kebetulan arah rumahnya dan rumah Rangga tidak sejalur.
Rangga menggeleng sambil tersenyum. Walau Astrid memberikan banyak hal hari itu, namun jantungnya tak berdebar untuk gadis tersebut.
Rangga lebih mengerti dita sebaliknya juga begitu rasanya mereka cocok
mangats thor sllu ditunggu up nya setiap hari